Barusan kita sudah menyaksikan unjuk kekuatan jet-jet
tempur kita di Natuna. Bulan Oktober ini dan dua bulan ke depan kita masih akan
terus menyaksikan latihan militer dua matra lainnya yaitu TNI AL dan TNI AD di
pulau terdepan Laut Cina Selatan. Pergerakan sejumlah alutsista itu dan setiap
ada raungan dan dentuman amunisi pastilah sejumlah milyaran rupiah musnah
bersama raungan dan dentuman itu.
Ini bukanlah perbuatan atau perilaku sia-sia karena ini
justru adalah adrenalin bernegara dan berbangsa. Bangsa
dan negara manapun di dunia ini pasti akan melakukan uji adrenalin, uji
kemarahan karena di setiap dentuman yang menghabiskan milyaran duit itu ada
suasana kebanggaan terhadap sebuah eksistensi bernegara. Militer itu adalah adrenalin negara, jadi
raungan dan dentuman itu adalah keniscayaan yang mempertontonkan ketangguhan,
kehebatan dan keperkasaan.
Kesiapsiagaan di pangkalan TNI AL Surabaya |
Bagaimana agar kehebatan dan ketangguhan itu bisa
diperlihatkan dengan lebih spektakuler lagi, tentu dengan kucuran anggaran
pertahanan yang lebih besar dan terbesar. Persoalan pertahanan, persoalan
kewibawaan teritori tidak bisa dikaitkan dengan kondisi ekonomi dalam hubungan
sebab akibat. Pertahanan teritori adalah harga diri dan harga mati yang harus
terus diupayakan mendapatkan prioritas anggaran tuntutan jaman.
Meski kita sudah dan sedang dalam proses modernisasi
militer, kebutuhan untuk mengawal dan mewibawakan teritori dari ancaman yang
sudah di depan mata perlu kecepatan dan percepatan. Pemenuhan cepat
terhadap tambahan 2 skuadron jet tempur
dan belasan kapal perang striking force bukanlah keinginan tetapi kebutuhan.
Sebagaimana beberapa tulisan kita terdahulu bahwa Kupang perlu penempatan
minimal 4 jet tempur bersama Natuna dan Tarakan, akhirnya terjawab.
Ada kabar baik soal penambahan anggaran pertahanan.
Menteri Keuangan dan Menteri Pertahanan bersama Komisi I DPR bersepakat
mencarikan cara untuk penambahan anggaran pertahanan tahun 2017. Presiden
Jokowi sudah berkomitmen bahwa anggaran pertahanan diupayakan sebesar 1,5 %
dari PDB kita. Itu artinya anggaran pertahanan kita bisa mencapai 250 trilyun
pertahun.
Tentu tahun depan tidak perlu mimpi terlalu jauh. Mencapai angka di kisaran 120-125 trilyun
rupiah saja patut disyukuri karena itu berarti sudah ada peningkatan yang cukup
menggembirakan. Yang lebih menggembirakan tentu adanya kesepakatan tiga saudara
sebangsa itu (DPR, Menkeu,Menhan) untuk lebih memprioritaskan penyediaan
anggaran pertahanan republik sebagai tulang punggung eksistensi ber NKRI.
Menkeu hari-hari belakangan ini terlihat lebih sumringah
terutama adanya pencapaian yang menggembirakan soal Tax Amnesty. Ruang fiskal mulai terasa sejuk bersama
tobatnya anak bangsa untuk memarkir dananya di tanah air sendiri. IHSG dan rupiah menunjukkan trend
menggembirakan dan situasi ini akan sangat membantu membangun persepsi APBN
tahun depan.
F16 di Pekanbaru AFB |
Tahun depan diprediksi akan ada penambahan alutsista baru
seperti jet tempur, kapal perang, kapal selam, radar, tank, artileri, peluru
kendali jarak sedang, UAV, tank amfibi.
Disamping itu ada program instalasi radar dan rudal jet T50 golden
eagle, pembangunan pangkalan militer besar di Natuna, alokasi penempatan 1
flight jet tempur di Kupang, Natuna, Tarakan. Semua program itu bersama dengan
latihan gabungan TNI memerlukan anggaran besar.
Kita optimis dengan program MEF (Minimum Essential
Force)yang sedang memasuki tahap II ini. Ada konsistensi meneruskan program MEF
dari pemerintahan sebelumnya disamping karena memang banyak kewajiban
pembayaran alutsista pesanan rezim sebelumnya yang harus dilunasi pemerintahan
eksiting. Pesanan alutsista baru untuk
pemerintahan sekarang baru akan terlihat tahun 2017 dan seterusnya bersamaan
berkurangnya pembayaran multy years pengadaan alutsista sebelumnya.
Pembangunan kekuatan militer dengan situasi dan kondisi
lingkungan yang mudah demam merupakan kewajiban mutlak. Apalagi jika melihat sejarah ambisi klaim dan
haus teritori negara pemilik nine dash line yang keras kepala dan susah diajak
senyum. Kita perkuat militer kita untuk
memastikan rasa aman rakyat kita di perbatasan. Kita perkuat alutsista kita untuk
memastikan teritori kita tidak dilecehkan negara lain.
Jaminan perkuatan itu ada di anggarannya. Jadi kita
menyambut gembira adanya kekompakan eksekutif dan legislatif untuk menyediakan
anggaran pertahanan yang lebih besar di tahun-tahun mendatang. Tetapi harus juga diingat kalimat terang
benderang Presiden Jokowi baru-baru ini untuk perkuatan alutsista : beli sesuai
kebutuhan bukan keinginan. Untuk yang
terakhir ini, ujiannya ada di jajaran Kementerian Pertahanan bersama para Jenderal
TNI. Kita lihat saja dan semoga amanah,
istiqomah dan fathonah.
****
Jagarin Pane / 15 Oktober 2016
17 comments:
Alhamdulillah..
Semoga jaya
Semoga jaya
semoga terealisasi dan blanjanya tepat guna aamiin
semoga tak sekedar wacana
Jozzz
Semoga pengajaran materi bernegara dan berbangsa semakin tajam
Ulasan nya sangat menarik....
Ulasan nya sangat menarik....
Coba aja setiap warga negara Indonesia tercinta ini apalagi yang sdang bekerja nyumbang rp5000an setiap orangnya. coba bayangkan berapa dana yang terkumpul dengan total penduduk di Indonesia? banyak bukan..? tapi sbelum kita bisa membabad musuh negara kita harus ganyang dulu para oknum pungli & koruptor!!!
Seeeeempurna.... hal inilah yang sejak dulu di gadang gadang oleh rakyat indonesia
HidupTNI
Jayalah NKRI
Seeeeempurna.... hal inilah yang sejak dulu di gadang gadang oleh rakyat indonesia
HidupTNI
Jayalah NKRI
kereeen
Prediksi bola dan berita
Abg Sexy Pamer body
Tante sexy bikin ulah
Agen terpercaya MAXBET
Agen resmi terpercaya SBO*BET
Maju trus TNI....
Maju trus TNI....
saya suka dengan kata kata ini
Kita optimis dengan program MEF (Minimum Essential Force)yang sedang memasuki tahap II ini. Ada konsistensi meneruskan program MEF dari pemerintahan sebelumnya disamping karena memang banyak kewajiban pembayaran alutsista pesanan rezim sebelumnya yang harus dilunasi pemerintahan eksiting. Pesanan alutsista baru untuk pemerintahan sekarang baru akan terlihat tahun 2017 dan seterusnya bersamaan berkurangnya pembayaran multy years pengadaan alutsista sebelumnya.
Post a Comment