Invasi pasukan Rusia ke Ukraina adalah pertempuran anti mainstream yang membuat sebagian besar opini masyarakat dunia terbuka mata hatinya. Soal kedahsyatan pertempuran itu adalah yang terhebat di Eropa sejak perang dunia kedua. Namun untuk ukuran seluruh dunia perang Teluk jilid satu dan dua adalah yang terdahsyat. Lebih dahsyat lagi karena model pertempurannya keroyokan. Pasukan penyerbu merupakan pasukan gabungan berbagai negara dipimpin AS. Lebih dahsyat lagi setelah perang usai negara-negara Arab diwajibkan bayar iuran perang. Lebih dahsyat lagi sampai saat ini tidak terbukti adanya senjata pemusnah massal yang dimiliki Irak sebagai alasan untuk menyerbu. Lebih dahsyat lagi Saddam Husein dieksekusi berdasarkan subyektivitas pembenaran sepihak. Ini satu contoh saja.
Tetapi dunia diam saja kan. Tidak mampu mengungkap, terasa ada terkatakan tidak. Karena dunia hanya punya satu kekuatan super power yang mendominasi kekuatan militer, ekonomi dan opini setelah Pakta Warsawa dan Uni Sovyet bubar. Ketika masih ada kekuatan penyeimbang Pakta Warsawa, AS dan NATO tidak bisa "petintang petinting" dan merasa menjadi pemilik kebenaran. Artinya opini pembenaran argumen soal perang Teluk menjadi kebenaran, karena perjalanan kesalahan terbesar dalam sejarah dunia yang tertulis menjadi konsumsi lintas generasi. Jadi dianggap benar.
Sampai kemudian pertempuran terhebat antara Rusia dan Ukraina membuka opini mata hati masyarakat dunia. Membuka luka lama tentang sebuah sejarah pembenaran, menyerbu dan menghabisi rezim Irak dan Libya karena kebencian dilapis ambisi penguasaan sumber daya energi fosil. Padahal sebelumnya Saddam Husein adalah sekutu AS ketika bertempur dengan Iran tahun 1980 selama 8 tahun. Irak diniscayakan menjadi "alat" pihak yang membenci Iran pada waktu itu. Saddam Husein dan Khadafi sukses membangun ekonomi kesejahteraan untuk rakyatnya.
Mengapa AS membenci Iran, karena Shah Iran Mohammad Reza Pahlevi yang merupakan "NATO" nya AS di Timur Tengah, sekutu terkuat dan andalan Uncle Sam digulingkan Ayatullah Khomeini tahun 1979. Rezim kerajaan yang paling disayang AS ini tumbang oleh revolusi keagamaan egaliter. Jika dalam perang Vietnam, Paman Sam harus kalah secara militer maka di Iran si Pakde kalah secara intelijen. Dua-duanya mengharuskan dia angkat koper. Yang lebih menghebohkan adalah keluarnya tentara AS dari Afghanistan setahun lalu yang katanya karena alasan perubahan geopolitik dan geostrategis. Apa iya.
Fakta sejarah diatas adalah sedikit cuplikan bagaimana kemudian sejarah ditulis berdasarkan kepentingan subyektivitas sepihak. Bagaimana kemudian kita lalu bisa menyaksikan tontonan kehebatan film Rambo dan film-film lain yang "berbau" Vietnam, Panama, Afghanistan dan lain-lain yang menggambarkan nilai-nilai kepahlawanan versi AS. Sebagian dari kita lantas terpukau dengan spirit nasionalis patriotik berbasis kemanusiaan di jalan cerita film-film itu. Seakan menjadi fakta sejarah. Padahal sejatinya jauh panggang dari api.
Standar ganda yang diperlihatkan selama tiga dekade sejak berakhirnya perang dingin bertemu dengan tembok besar yang bernama Rusia. AS dan NATO seperti kehabisan amunisi gertak sambal. Yang terakhir tidak berani melakukan pembatasan ruang udara di Ukraina karena sudah di ultimatum Rusia. Bahkan ancaman sanksi ekonomi AS dan NATO dibalas dengan memutus berbagai kerjasama, salah satunya soal terminal antariksa dan peluncuran wahana antariksa. Bahkan terang-terangan Rusia mengatakan AS sebagai bandit ekonomi. Sebuah statemen yang menohok untuk pemilik hegemoni yang sudah mulai tergerus dengan tampilnya China sebagai kekuatan ekonomi dan militer di masa mendatang.
Bagi kita hikmah dari pertempuran Rusia dan Ukraina bagi adalah bersikap proporsional saja. Sembari berharap ada penyelesaian secara terhormat dan bermartabat, tidak sampai menjadi perang nuklir yang mematikan peradaban. Hikmah yang lain adalah dalam konteks membangun manajemen pertahanan terpadu. Dalam pandangan kita jalan terbaik adalah membangun kekuatan pertahanan dengan kemampuan sendiri. Tidak perlu berharap banyak dapat dibantu AUKUS atau negara lain misalnya. Meski armada kapal induk dan berbagai kapal perang berseliweran di Laut China Selatan bukan jaminan kita terlindungi soal Natuna. Contohnya sudah ada, Ukraina babak belur dihajar Rusia, dan bantuan AS dan NATO yang diharapkan tak kunjung datang.
Kita bangunkuatkan manajemen pertahanan modern dengan network centric warfare. Kita perÄ·uat alutsista TNI dengan teknologi terkini secepatnya, sajian kedatangannya harus cepat, tidak pakai lama. Investasi bidang pertahanan memang memerlukan dana besar namun jika diamortisasikan berdasarkan umur teknis akan menjadi nilai yang wajar. Eksistensi negeri salah satunya adalah perkuatan manajemen pertahanan disamping manajemen pertumbuhan ekonomi kesejahteraan. Manajemen pertahanan adalah pagar perlindungan eksistensi ketahanan nasional termasuk ketahanan ekonomi. Dua-duanya, manajemen pertumbuhan ekonomi kesejahteraan dan manajemen perkuatan pertahanan adalah perlambang harga diri dan kehormatan negeri. Itu harga matinya dan itu juga opini mata hati kita untuk negeri jamrud khatulistiwa.
****
Jagarin Pane / 08 Maret 2022