Belanja militer Indonesia tahun 2016-2019 terus dipacu
untuk memenuhi kriteria kekuatan pukul yang mampu diandalkan. Contohnya TNI AU
dalam 4 tahun ke depan mendapat asupan dana US$ 3,1 milyar untuk belanja
alutsista. Bulan Maret mendatang sudah kontrak pembelian 10 unit jet tempur
Sukhoi SU35 lengkap dengan persenjataannya. Tidak hanya itu, TNI AU juga sedang
mendatangkan 5 unit Hercules, 4 pesawat bom air
Beriev Be200, 6 helikopter Caracal, 4 Radar, termasuk melengkapi 15 unit
jet tempur T50 dengan radar dan rudal, juga 11 pesawat KT1 Wong Bee. Tumben
Wong Bee juga dikasih rudal.
Angkatan Laut ikut mempercepat laju modernisasinya.
Setelah meluncurkan 1 kapal perusak kawal rudal PKR 10514 di Surabaya Januari
lalu, proyeksi empat tahun ke depan TNI AL akan mendapatkan minimal 6 kapal
fregat baru, 5 kapal selam baru, 4 kapal cepat rudal (KCR) 60 m, 54 tank amfibi
BMP3F, 11 Helikopter anti kapal selam, berbagai jenis peluru kendali anti
kapal, meriam artileri, roket dan peluru kendali pertahanan udara pangkalan.
Apache dan Ahmad Yani Class, luar biasa |
Yang menarik, wilayah perairan luas Indonesia saat ini sudah
ada pembagian tugas dimana BAKAMLA ditugaskan menjaga kemanan laut khususnya
dari motif ekonomi seperti pencurian ikan dan penyelundupan. TNI AL khusus
menjaga teritori kedaulatan negara dari ancaman militer asing. Kapal-kapal BAKAMLA yang berukuran besar
dipersiapkan juga menjadi armada cadangan TNI AL manakala terjadi perang.
Kapal-kapal BAKAMLA yang berukuran 80 meter dan 110 meter dipersiapkan dengan landasan
peluru kendali anti kapal.
BAKAMLA saat ini punya 20 kapal dan dalam empat tahun ke
depan akan menjadi 50 kapal dari berbagai ukuran. Sementara TNI AL yang saat ini punya 170 KRI
akan dipertahankan dalam jumlah yang sama dengan melakukan pergantian armada
yang sudah uzur dengan KRI berwajah fregat modern. Termasuk juga armada
pendukung dan pangkalan AL. Jumlah KRI
sebanyak itu akan didistribusikan kedalam tiga armada, barat, tengah dan timur.
Sementara itu Angkatan Darat juga mengembangkan postur
tempurnya terutama kemampuan daya pukulnya. Sambil menunggu kedatangan 8 heli
Apache juga bersiap mendapatkan 8 heli Chinook, persenjataan artileri berat, 60
panser Badak dan Anoa. Juga penambahan batalyon kavaleri, artileri dan infantri
di berbagai Kodam. Termasuk pembentukan Kodam Merdeka di Sulawesi dan Kodam
Papua Barat.
Indonesia tidak akan terbendung lagi soal modernisasi
kekuatan militernya. Ini sejalan dengan pertumbuhan GDP yang juga tidak
tertandingi di kawasan ini. Anggaran
berbasis PDB yang mulai diterapkan tahun depan akan memastikan bahwa dalam 3
tahun ke depan anggaran militer Indonesia akan menjadi yang tertinggi di ASEAN.
Sebagai contoh jika dipakai formula 2% dari PDB maka kita anggaran pertahanan
kita menjadi nomor satu di rantau ASEAN.
Fregat terbaru, KRI Martadinata 331 |
Malaysia yang selama puluhan tahun komunitas forum
militernya selalu melecehkan postur militer Indonesia, sudah mulai terpana dan
terbangun dari mimpi kebanggaan keperkasaan militernya. Forum itu yang
mayoritas pengisinya justru hanya dari satu puak “pemilik” semenanjung, selama
ini selalu meremehkan kekuatan militer kita.
Namun saat ini kondisi ekonomi negerinya yang tersendat mengharuskan
belanja militernya dipuasakan untuk beberapa tahun.
Selama 4 tahun ini tidak ada belanja militer yang
mengejutkan dari negeri jiran itu selain perbaikan alutsista, upgrade dan
penambahan suku cadang. Bahkan dua kapal
selamnya pun ikut di rawat inap selama 18 bulan karena berbagai alasan teknis. Nah
selama periode itu pula mereka mendengar dan menyaksikan gempitanya modernisasi
militer tetangga sebelahnya yang bernama Indonesia, sebuah nama yang selalu
diidentikkannya dengan TKI sehingga kesan melecehkan terbawa sampai bathin
mereka.
Tiada hari tanpa ada kabar bagus tentang alutsista, baik
berupa kedatangan alutsista baru maupun pesanan untuk kedepannya. Akhir
Februari ini akan datang 4 pesawat Super Tucano, awal Maret kedatangan 5 jet
tempur F16 Blok 52 Id, bulan-bulan berikutnya KCR, Radar, Hercules, Panser Badak,
Helikopter Caracal, Tank Amfibi, Tank Leopard, Nexter, Astross, ATGM, UAV dan
lain-lain akan beruntun datang memenuhi kesatrian militer negeri ini. Belum
lagi adanya pesanan baru. Tahun ini dan tahun-tahun berikutnya adalah
tahun-tahun yang paling meriah melihat kedatangan berbagai jenis alutsista
canggih di negeri ini.
Malaysia dalam banyak hal memang selalu meremehkan kita,
karena kacamata mereka hanya wajah TKI itu. Tetapi ketika kita mulai serius
memodernisasi militer kita selama lima tahun terakhir ini, mereka khususnya
forum milternya mulai bercermin diri dan mulai tahu diri. Apalagi saat ini
Indonesia sedang membangun pangkalan militer di Natuna, mereka semakin gelisah.
Karena meski pangkalan ini untuk membentengi ancaman dari utara Laut Cina
Selatan tapi juga sekaligus bisa sebagai pangkalan penggempur Sabah, Sarawak
dan memotong jalur logistik militer Malaysia ke Kalimantan jika pecah konflik
Ambalat.
Makna dari semua pertumbuhan dan pemekaran militer
Indonesia karena indikator potensi hebat yang dimiliki Indonesia memang tak
tertandingi. Itu sebabnya mengapa
lembaga pemeringkat militer Global Fire Power menempatkan Indonesia sebagai
kekuatan miilter terkuat no 12 di dunia, nomor wahid di ASEAN dan mengungguli
Australia. Indikatornya jelas, jumlah
SDM raksasa, SDA melimpah, wilayah luas, alutsistanya bertambah modern.
Jadi ke depan kita akan menjadi kekuatan militer yang
akan diperhitungkan di regional ini. Kalau hanya sekelas Malaysia atau hanya
imbangi Singapura hanyalah sasaran antara. Jangka waktu sepuluh tahun ke depan
kita harus menjadi yang terbaik dalam keunggulan teknologi alutsista berikut
kuantitasnya. Optimisme itu menjadi ruang kesejukan manakala pertumbuhan
ekonomi kesejahteraan dan PDB kita semakin membaik. Biarkan tetangga terpana
sekaligus membalikkan opini bahwa wajah kita bukan TKI karena 4 tahun ke depan
cerita tentang TKI sudah game over alias tidak ada lagi. Dan kita tiba-tiba saja sudah jauh
meninggalkan jiran yang selama ini merasa dialah yang paling jaguh.
****
Jagarin Pane / 18022016