Ketika TNI mengerahkan dua kapal selamnya ke perairan
yang berbatasan dengan Filipina untuk melakukan blokade pagar betis terhadap
gerilyawan Marawi, maka itulah kemampuan maksimal yang dimiliki karena memang
hanya punya dua kapal selam. Kapal selam kita hanya dua selama kurang lebih 40
tahun padahal negeri ini dua pertiga adalah perairan.
Sebentar lagi kekuatan kapal selam kita bertambah. Ada
dua kapal selam baru yang mau datang dari pabrikannya di Korsel. Kedatangan dua
kapal selam baru itu sedikit mengurangi sesak nafas akan kurangnya alutsista
pemukul strategis bawah air. Dua kapal
selam jelas tidak punya efek gentar jika yang dihadapi adalah perairan
kepulauan negeri ini yang banyak dilintasi kapal-kapal asing termasuk juga
kapal selam asing.
Semua kalangan baik pemikir strategis Hankam, Mabes TNI,
Akademisi, Pemerhati Pertahanan selama puluhan tahun sepakat bahwa alutsista
strategis bawah air kita harus berada di kisaran angka 10-12 kapal selam
sebagai ukuran standar untuk mengawal perairan NKRI. Tetapi selama puluhan
tahun itu pula angkanya tidak pernah bergerak dari jumlah rakaat sholat
rawatib.
KRI 402 Nanggala, jam operasinya tinggi |
Selama pemerintahan SBY, delapan tahun berwacana terus
agar kita bisa menambah jumlah kapal selam. Cari format sana sini. Kilo sempat
digadang-gadang dan mampu membuat sejumlah orang mabuk kepayang karena akan
mendapat kapal selam jenis Kilo, jumlahnya tidak tanggung-tanggung 12 biji dan
sempat diumumkan Menhan waktu itu.
Akhirnya di tikungan terakhir Changbogo menyalip semuanya
termasuk U214. Changbogo dipilih karena pola transfer teknologinya sebagaimana
yang diinginkan pemerintahan SBY. Proyek
tiga kapal selam ini, dua diantaranya dibuat di Korsel dan satu di PAL
Surabaya. Dua kapal selam segera tiba
dan satu kapal selam lagi sedang dibuat di PAL Surabaya.
Begitu ketatnya “cara membuat kapal selam” di PAL
Surabaya sampai-sampai mengambil fotonya saja tidak diperkenankan dan seluruh
karyawan steril dan menjaga rahasia. Kita hormati itu karena ini adalah
alutsista strategis teknologi tinggi yang teknologinya harus kita kuasai. Tentu
harapannya adalah setelah kita menguasainya maka pembuatan kapal selam
selanjutnya istiqomah di PAL. Istiqomah supaya fathonah, konsisten agar ilmunya
dapat.
Banyak yang sedang dilakukan pemerintah untuk
mengembangkuatkan tentaranya. Kita sedang menanti kedatangan 5 jet tempur F16
blok 52 tahun ini. Tahun berikutnya kita mendapatkan 10 jet tempur Sukhoi SU35.
Proyek pengadaan kapal perang jenis Fregat dengan Denmark menemukan jalan
terang sementara galangan kapal dalam negeri sedang mengerjakan pembuatan 2
kapal cepat rudal (KCR), 8 kapal patroli cepat, 6 LST (Landing Ship Tank) 1
Landing Plattform Dock (LPD) dan 1 kapal selam.
Latihan PPRC di Natuna |
Pembangunan pangkalan militer Natuna sedang giat
dilakukan termasuk pembangunan bunker kapal selam, bunker jet tempur,
penempatan UAV, radar dan pertambahan pasukan. Berbagai serial latihan tempur
dilakukan di Natuna. Sementara Morotai juga akan dibangun menjadi salah satu
pangkalan militer setelah Natuna selesai. Dan pangkalan kapal selam di Teluk
Palu sudah operasional.
Yang menarik adalah ketika infrastruktur yang dibangun
diperlukan, sudah tersedia. Misalnya
pangkalan kapal selam di Teluk Palu dan Bandara Miangas di Sulut. Dua-duanya baru selesai. Saat-saat seperti
sekarang ini ketika TNI melakukan penambahan kekuatan di perbatasan dengan
Filipina infrastruktur di dua tempat itu sudah operasional. Sangat membantu
banget, Alhamdulillah.
Dinamika punya perbatasan laut yang luas itu bisa dilihat
dari beberapa titik panas. Tahun 2005 tiba-tiba saja Ambalat memanas dan
membuat kita tersentak. Bagaimana tidak tersentak karena kita baru menyadari
bahwa militer kita giginya kurang taring, begitu nyengir diketawain tetangga. Nah setelah itu barulah dimulai program
pembangunan militer secara besar-besaran yang hasilnya bisa kita lihat
sekarang.
Ambalat tenang, muncul Natuna. Kali ini si Lidah Naga
menggeliat menjulurkan lidahnya untuk menyatakan bahwa lidahnya sampai di
perairan Natuna. Meski si Naga
menyatakan tidak mengklaim Natuna tapi secara militer kita mesti siap, maka
dibangunlah pangkalan militer segala matra disana.
Nah sekarang selatan Filipina bergolak. Kali ini militan
jihad berbaju ISIS mengamuk dan menggegerkan.
Ini bukan persoalan antar negara tetapi militan yang rembesannya bisa
saja masuk tanah air. Maka TNI kerahkan pasukan dan sejumlah kapal perang
terasuk dua kapal selam miliknya. Dari operasi intelijen militer ini baru
terasa pentingnya jumlah alutsista pemukul bawah air diperbanyak secepat
mungkin.
Pesan dari semua dinamika itu adalah percepat pengadaan
alutsista strategis seperti kapal selam, kapal permukaan, jet tempur dan
lain-lain. Karena di kemudian hari bisa saja terjadi ada empat titik panas
sekaligus yang harus “dilayani” dengan metode militer. Ketersediaan alutsista yang mencukupi baik
dari sisi kuantitas dan kualitas mutlak ada di segala matra TNI.
Anggaran ditambah dan cermati jika ada yang mencoba
mengutil. Dua kasus korupsi besar yang terkuak yang terkait dengan pengadaan
alustsista bisa dijadikan muhasabah.
Mumpung kita ada di bulan penuh rahmah dan maghfiroh maka jadikan kasus
korupsi itu sebagai madrasah ibrah. Yang jelas datangkanlah alutsista strategis
dengan cara-cara yang amanah, istiqomah dan fathonah. Bukankah begitu ikhwah
fillah.
****
Jagarin Pane / 11 Juni 2017