Industri pertahanan terkemuka PT PAL Indonesia sepanjang Selasa pekan ini memamerkan unjuk kinerja program strategis Kementerian Pertahanan. Kunjungan Menteri Pertahanan ke PT PAL Indonesia di Surabaya memberikan testimoni dan gambaran kepada khalayak tentang berbagai proyek strategis angkatan laut yang dipercayakan kepada industri pertahanan strategis ini. Semuanya on going project.
Sajian informasi yang dipergelarkan memperlihatkan berbagai aktivitas PT PAL Indonesia yang saat ini telah dan sedang merekrut banyak tenaga kerja dan ahli perkapalan Indonesia. Sama halnya dengan Dirut PT PAL yang dipercayakan kepada seorang Kaharuddin Djenod. Dia adalah seorang ahli rancang bangun perkapalan yang sudah bekerja mapan dan diakui di Jepang. Kemudian dipanggil pulang Erick Thohir untuk menakhodai PT PAL Indonesia mulai April 2021. Penempatan Djenod di posisinya saat ini adalah keputusan yang sangat cerdas. The right man on the right place, menempatkan sosok profesional pada keahliannya menghasilkan produktivitas dan kinerja yang cemerlang.
PT PAL saat ini sedang mengerjakan proyek prestisius, yaitu membangun 2 kapal perang terbesar untuk TNI AL. Kapal perang striking force heavy fregate Merah Putih berbobot 5996 ton dengan panjang 140 meter ini akan menjadi uji kemampuan, kecakapan dan teknologi PT PAL paling akbar. Sejauh ini galangan kapal BUMN ini sudah terbukti mampu membangun berbagai jenis kapal perang untuk TNI AL. Seperti kapal patroli cepat, kapal cepat rudal, landing platform dock, kapal tanker logistik, kapal rumah sakit, korvet 10514 Martadinata Class. Termasuk kerjasama pembuatan 3 kapal selam Nagapasa Class dengan Korsel. Sebuah pencapaian yang patut diapresiasi.
Pada saat yang bersamaan PT PAL baru saja memulai pekerjaan pembangunan 2 kapal perang landing platform dock (LPD) pesanan kedua untuk angkatan laut Filipina. Dalam istilah perkapalan memulai pekerjaan lunas kapal disebut keel laying. Seperti kita ketahui beberapa tahun yang lalu jiran utara yang baik hati ini memesan 2 kapal LPD produksi PT PAL. Kedua kapal perang sudah diserahkan dan ternyata sangat membantu dalam pertempuran di Marawi Filipina Selatan yang terkenal heroik itu. Terutama dalam deploy pasukan, tank dan logistik tentara Filipina. Jadi battle proven neh.
Manila merasa puas dengan kinerja 2 kapal perang pesanan pertama Tarlac Class. Kemudian memesan 2 unit lagi ke PT PAL. Artinya kita sudah mampu mengekspor kapal perang. Uni Emirat Arab juga sudah sign kontrak efektif pengadaan 1 unit LPD dengan PT PAL. Namanya juga negara sultan, spek yang diinginkan pasti memakai kriteria sultan. Berita ekspor kapal perang ini bergaung luas di media internasional. Sebuah iklan gratis yang menguatkan posisi industri pertahanan Indonesia.
Proyek strategis yang lain adalah memodernisasi 41 KRI eksisting. Anggaran yang disediakan US$ 900 juta. PT PAL sebagai lead integrator, tidak bekerja sendirian. Ada beberapa galangan kapal swasta nasional yang mendapat kepercayaan untuk proyek ini. Bagian penting dari refurbishment 41 KRI adalah memasang infrastruktur tempur dengan peluru kendali surface to surface. Pilihannya adalah memakai rudal Atmaca buatan Turkiye dengan jarak tembak 220 km. KRI yang mendapatkan instalasi perkuatan peluru kendali ini adalah Parchim Class (12 KRI), Fatahillah Class (3 KRI), FPB (10 KRI). Informasi soal rudal ini yang kemudian menjadi topik pembicaraan kalangan forum militer tanah air. Dari pabrikannya di Turkiye ada kabar bahwa Indonesia sudah memesan 45 rudal Atmaca. Diam-diam jalan terus rupanya.
Parchim Class seperti kita ketahui adalah korvet anti kapal selam. Korvet ini dibeli bekas dan borongan dari inventori angkatan laut Jerman Timur tahun 1993. Pemasangan rudal Atmaca tentu semakin menggagahkan posturnya yang sering wira wiri patroli di perairan Natuna. Demikian juga dengan korvet Fatahillah Class yang sebelumnya punya rudal Exocet Blok 2 yang sudah expired. Instalasi rudal Atmaca akan mengembalikan marwahnya sebagai KRI pemukul dengan kekuatan peluru kendali. Selain instal rudal, program upgrade KRI eksisting meliputi repowering, pembaharuan teknologi tempur, sistem navigasi dan komunikasi, combat management system. Basis semuanya adalah Network Centric Warfare.
Untuk Martadinata class (2 KRI), Bung Tomo Class (3 KRI) dan Diponegoro Class (4 KRI) saat ini sudah memiliki infrastruktur tempur dengan rudal Exocet Blok 3. Sementara 8 kapal cepat rudal Clurit Class 40 meter buatan galangan kapal swasta nasional sudah mempunyai rudal C705 buatan China. 6 kapal cepat rudal 60 meter buatan PT PAL beberapa diantaranya sudah dipasang rudal. Upgradenya untuk sistem navigasi dan komunikasi. Selain program strategis diatas sebenarnya ada beberapa program PT PAL Indonesia sudah "siap tayang". Misalnya membangun kapal LHD (kapal induk helikopter) dan kapal selam mini tanpa awak. Sementara ini tahan diri dulu untuk menyelesaikan on going project, termasuk melanjutkan program Nagapasa Class jilid dua.
Pencapaian prestasi monumental PT PAL Indonesia saat ini dalam perspektif kita merupakan keberhasilan based on manajemen profesional. Tentu dengan dukungan penuh Kementerian Pertahanan. Sangat wajar kita mengapresiasinya karena BUMN ini mampu menguatkan dan menunjukkan sinergitas internal dan koordinasi eksternal.Termasuk mengelola pergulatan kepentingan antar pihak yang memang selalu ada dalam bisnis korporasi. Menjadi lead integrator bersama 9 galangan kapal swasta lainnya untuk upgrade 41 KRI tentu banyak pergulatan manajemen didalamnya. Harapan besar kita semoga semua program strategis ini dapat diselesaikan sesuai target waktu. Semuanya untuk menguatkan Jalesveva Jayamahe.
****
Jagarin Pane / 26 Januari 2024