Perjalanan menumbuhkan kekuatan alutsista militer Indonesia sudah
berlangsung sembilan tahun sejak program MEF (Minimum Essential Force)
diterbitkan tahun 2010. Dengan sebuah
peta jalan besar untuk mampu menumbuhkembangkan koleksi alutsista berteknologi
terkini. Perjalanan sepanjang waktu itu
sudah memberikan nilai tambah yang luar biasa bagi institusi militer negeri
pejuang.
Kamis kemarin tanggal 28 Juni 2018 sebuah kapal perang baru jenis LST
(Landing Ship Tank) diluncurkan di Lampung dari sebuah galangan kapal swasta
nasional yang berprestasi. Galangan kapal itu saat ini sedang membangun 4 kapal
perang LST untuk TNI AL setelah sebelumnya sukses membangun KRI Teluk Bintuni
520 yang selanjutnya menjadi nama kelas LST ini, Bintuni Class.
PT PAL Surabaya saat ini juga sedang membangun 1 kapal perang jenis LPD
(Landing Platform Dock), 1 kapal selam Nagapasa Class dan 3 Kapal Cepat Rudal.
Galangan kapal swasta nasional lainnya juga ikut bersuka cita karena kecipratan
proyek membangun belasan Kapal Patroli Cepat (KPC), Kapal logistik BCM TNI AL, kapal-kapal
Bakamla dan KKP. Artinya semua galangan kapal nasional di negeri ini sedang
bergembira ria mendapatkan rezeki besar dari program MEF TNI.
2 Fregat terbaru kita |
Tentara langit kita juga sudah memesan 11 jet tempur Sukhoi SU35 dan
diprediksi akan menambah minimal 5 unit lagi. Disamping itu Kemhan juga sedang
memproses pengadaan 5 pesawat Hercules seri J dari AS, sedang mempersiapkan
tambahan 3 skadron tempur dengan calon terkuat F16 Viper, tambahan helikopter
Apache, kemudian menambah sedikitnya 5 radar militer, menambah perolehan
Oerlikon Skyshiled dan peluru kendali anti serangan udara jarak sedang Nasams.
Jet tempur Golden Eagle yang jumlahnya 15 biji juga diperkuat dengan
infrastruktur radar Elbit, menambah jet latih Grob dan KT1 Wong Bee. Pesanan
Helikopter Caracal, pesawat CN295 terus dilakukan. PT DI sebagai pintu gerbang
penyaluran produksi kerjasama sedang menyelesaikan berbagai order pekerjaan
seperti 11 Helikopter anti kapal selam Panther untuk TNI AL.
PT Pindad juga sedang bersinar terang dengan berbagai pesanan TNI AD.
Produksi panser Anoa terus berjalan, proyek tank medium Kaplan produksi bersama
dengan Turki, rantis Komodo, panser Badak, ranpur Sanca. Semua industri
pertahanan strategis sedang sibuk dengan berbagai aktivitas bisnis alutsista
untuk militer kita.
KRI Teluk Lada 521 yang baru diluncurkan |
Jadi sudah terbiasalah kalau kita membaca berita atau mendengar kabar
berlanja alutsista tentara yang terus menerus. Padahal ini baru ingin memenuhi
kebutuhan minimal alutsista TNI, belum sampai pada kebutuhan memadai apalagi
ideal. Program MEF dirancang menjadi 3 jilid.
Jilid I sudah khatam, sekarang kita di jilid II dan terakhir MEF jilid
III tahun 2020-2024. Akan banyak pesanan baru skala besar untuk berbagai jenis
alutsista mulai akhir tahun ini dan MEF jilid III nanti.
Perolehan alutsista sepanjang sembilan tahun ini sangat luar biasa. Dan
kita patut bersyukur karena pengambil keputusan di republik ini tidak terlambat
memperkuat militernya apalagi ketika dihadapkan dengan kondisi kawasan terkini
yang dinamis dan hangat. Laut Cina Selatan adalah hotspot yang paling tinggi
tensinya dan akan menjadi kawasan yang penuh dengan provokasi dan saling gertak
utamanya antara Cina dan AS.
Terkait dengan manajemen belanja alutsista, catatan kita adalah kemasan
manajemen Kemhan harus terus menerus dikawal, dikritisi dan dievaluasi. Kasus
Helikopter Agusta Westland AW101 dan yang terakhir soal satelit militer yang
menjadi rumor internasional karena Kemhan gagal bayar diharapkan bisa menjadi
wahana instrospeksi. Kinerja Kemhan
sebagai pemegang anggaran terbesar dan manajemen pengadaan alutsista adalah
ujian sesungguhnya.
Manajemen Kemhan diharapkan mampu menyuarakan aktualisasi perkembangan
kinerja dan tantangannya. Jangan sampai sebuah bottle neck proyek lalu menjadi
sorotan media yang menunjukkan belum terkoordinasinya paket-paket decision
strategis dan taktis. Selama 4 tahun ini kita melihat suasana itu dalam
mekanisme bermanajemen. Anggaran yang dikucurkan pemerintah adalah yang
terbesar, maka penggunaannya juga diharapkan terukur dan terstruktur.
Tentara Langit Indonesia |
Kita mengapresiasi perkuatan militer negeri ini. Apalagi jika dihadapkan pada konflik kawasan
yang mudah panas. Semua negara di
kawasan ini sedang membangun kekuatan militernya secara sistematis. Kita lihat
Vietnam, Filipina, Singapura, Thailand, Australia, Jepang serius banget
mengembangkuatkan militernya. Cina apalagi, benar-benar tak terbendung dengan
libido membangun kekuatan militer ofensif secara besar-besaran.
Maka berita belanja alutsista yang sudah menjadi berita biasa itu dan
dikonsumsi masyarakat luas, tidak enak jua diperdengarkan lagu sumbangnya
manakala ada proyek yang sumbang prosesnya. Misalnya pesanan 2 kapal perang jenis
LST di Koja Bahari yang mestinya sudah diluncurkan paralel bersama KRI Teluk
Bintuni beberapa tahun lalu sampai saat ini belum selesai jua.
Perjalanan program MEF masih panjang.
Dan sepanjang waktu itu kita akan mendapatkan berita-berita yang
membanggakan dan membungakan hati untuk perkuatan militer kita. Kedatangan berbagai jenis alutsista dan
kembali memesan berbagai jenis alutsista adalah konsumsi berita yang sudah
biasa.
Nah sepanjang waktu itu pula bisa minimalisir
berita-berita sumbang. Tentu dengan
model komunikasi dan gaya kepemimpinan yang lincah, cerdas, jelas, terukur dan terstruktur.
Public Relation adalah pintu komunikasinya. Semua rumor dan sentimen negatif
bisa diluruskan sehingga tidak menimbulkan opini yang keliru. Semoga ya karena
bahagia itu sederhana.
****
Yogya / 29 Juni 2018