Desember ini genap sudah dua tahun hadirnya blog analisis
alutsista di layar maya kita dengan jumlah kunjungan lebih dari sejuta pembaca. Selama itu pula banyak tulisan yang sudah
dihadirkan, disimak dan dibaca pembaca bahkan tidak sedikit diantaranya sudah
dipublikasikan di media cetak surat kabar dan majalah militer. Selama itu pula sudah banyak jenis kelamin
komentar, tanggapan dan ungkapan yang dicetuskan. Dan yang menggembirakan tentu saja semua
celotehan tertulis yang dilontarkan pembaca via dialog on line atau email sebagian
besar bernilai positif, bersemangat kuat untuk mendukung pembangunan kekuatan
tentara sekaligus membangkitkan semangat patriotik nasionalis untuk bangga
memiliki militer yang kuat.
Namanya juga analisis tentu perlu waktu untuk
menyelesaikan sebuah tema bahkan karena kehabisan “tinta ide” tulisan yang
sudah punya judul pun kadang hanya mampu terselesaikan tiga paragraf lalu buntu
sehingga tak jadi layak tayang. Namun
tentu saja ilham dari semua tulisan ini adalah keinginan untuk menyampaikan
pesan dalam bingkai semangat berbangsa bersama pita nasionalisme dengan pilar
utama kecintaan terhadap insitusi garda republik yang selalu setia mengawal perjalanan
negara kepulauan terbesar ini.
Eksistensi negara ini terkait dengan menjaga nilai
kedaulatannya ada di garda republik. Apakah
dia bernama Angkatan Darat, Laut dan Udara.
Ketika kita sedang lelap di jam 2 dinihari banyak yang tak tahu (atau
tak mau tahu) bahwa di sebuah perairan perbatasan kapal perang kita sedang
beradu tegang dengan kapal perang negara lain yang coba memasuki perairan tanpa
ijin. Atau di sebuah titik perbatasan
darat 1 pleton pasukan TNI AD sedang berjuang melawan ganasnya rimba perbatasan
yang diguyur hujan deras demi menjaga patok batas NKRI. Atau di layar kaca besar beberapa personil
radar TNI AU sedang memelototi titik-titik yang bergerak di layar monitor,
mungkin ada penyusup tak dikenal.
Semua itu dilakukan untuk menjaga kewibawaan dan
kedaulatan rumah gadang yang bernama Indonesia ini dari gangguan dan ancaman
negara lan. Kita sebagai penghuni rumah
besar itu bisa tidur nyenyak dan tenteram karena adanya garda tepublik yang
menjaga teritori negara ini. Sayangnya
banyak anggapan yang bersemayam di benak kita, karena suasana aman tenteram
saja, tidak terjadi apa-apa, bisa bangun tidur jam 4 pagi lalu sholat Subuh di
Masjid dengan damai, maka rutinitas itu tidak menganggap kinerja pengawal
republik sebagai nilai. Padahal
kehadiran militer yang mengawal 24 jam negeri ini adalah bagian dari penegakan
eksistensi dan kedaulatan serta menjaga ketenangan masyarakat di semua pulau
negeri.
Ketika menuangkan ide menjadi peduli dan melukiskannya
dalam rangkaian kata yang membentuk kalimat dan paragraf, jalan yang
dikumandangkan adalah menyisir sisi-sisi dimensi untuk merenda jalan komunikasi
yang bersudut pandang positif thinking. Mengedepankan
semangat solusi dan membangun kebersamaan bersemangat memiliki garda republik
yang kuat dan disegani. Inilah sudut
pandang itu dan kita meyakini dengan menyulam semangat itu keniscayaan yang
didapatkan adalah mengajak kita untuk senantiasa membasuh wajah di air bening
danau dan melemparkan pandangan mata teduh di sekeliling nuansa hijau, tentu
dengan lantunan syukur atas semua karunia.
Ya kita patut mensyukuri semua itu, tanah air yang penuh pesona,
keragaman etnis yang mengagumkan, jumlah penduduk yang besar, petumbuhan
ekonomi yang stabil dan tinggi, menuju kekuatan ekonomi sepuluh besar
dunia. Mestinya kita bangga sebagai
bangsa yang didirikan dengan semangat nasionalisme yang tinggi yang kemampuan
ekonomi dan diplomasinya mulai dilirik dunia internasional.
Sejalan dengan itu perkuatan milter memberikan ruang
kelegaan yang membeningkan sekaligus membanggakan. Berpuluh tahun kita sesak nafas melihat garda
republik punya senjata ala kadarnya, seperti tak mampu menegakkan kepala
manakala melihat negara lain berupaya memodernisasi angkatan
bersenjatanya. Jujur diakui sebagai
penulis kita merasa miris manakala kekuatan
alutsista kita yang mestinya berpredikat gentar, berubah menjadi
kekuatan gemetar ketika negara lain show of force meremehkan kekuatan militer
kita. Bagaimana tidak gemetar negara
tetangga punya F15, F16 CD, F18 Hornet, Sukhoi sementara kita hanya punya 10
F16 butut yang terseok-seok kena embargo dan harus saling kanibal.
Itulah sejarah kekurangan gizi militer kita. Dua tahun ini sinar cerah sudah melintas
jelas di cakrawala pandang, sembari menanti kedatangan berbagai jenis alutsista
modern untuk menggagahkan garda republik.
Dua tahun ini pula blog ini hadir mengiringi semangat mengantar
keperkasaan tentara kita untuk menjadi pengawal yang bergizi dengan beragam
menu alutsista yang dihidangkan. Tentu dalam menulis analisis ini, sudut
pandang subyektivitas selalu ada dan bahkan kadang terlalu hiperbola. Tetapi sesungguhnya genggaman yang ingin
dikepalkan adalah keinginan yang kuat agar perkuatan alutsista tentara kita
mampu memberikan spirit dalam beralutsista tidak saja untuk kalangan militer
tetapi juga rakyat yang memilik tentara itu. Kita akan terus menulis dengan
semangat menggagahkan itu. Kita akan terus menuangkannya dengan semangat
kebersamaan itu. Kita akan terus menghidangkannya dengan semangat keikhlasan
itu. Semoga Allah SWT selalu memberikan ridhoNya untuk kita semua,amien. Jayalah tentaraku.
********
Jagarin Pane (jagvane@gmail.com)/ 16 Desember 2012