Mulai Ahad kemarin dua kapal induk AS yaitu CVN Nimitz dan CVN Ronald
Reagan melakukan latihan perang skala penuh empat dimensi di perairan Spratly
barat daya Filipina . Ini bagian dari keteguhan sikap AS untuk melindungi
hak-hak maritim dan kebebasan navigasi internasional. Kapal induk yang lain CVN
Theodore Roosevelt ditarik sedikit ke atas menjaga Selat Taiwan. Luar biasa
dinamika ini.
Dan China tetap show of force. Sebagai jawabannya awal bulan Juli ini
armada angkatan lautnya mengadakan latihan militer di perairan Paracel. Persis
di depan hidung Vietnam, bersebelahan dengan Spratly. Artinya ada dua kekuatan
militer besar sedang berhadapan head to head di Laut China Selatan (LCS).
Sementara di selatan LCS, di Natuna sudah bersiaga penuh sejumlah KRI dan Brigade
komposit Gardapati Indonesia.
Armada AL China |
Sepekan ini tiga pesawat anti kapal selam milik AS sedang menguntit
pergerakan kapal selam China mulai dari selat Taiwan sampai LCS. Pertempuran
intelijen sedang terjadi. Intelijen AS dikenal sangat akurat memantau dan
mensuplai informasi. Ruang kendali manajemen pertempuran diliputi suasana
ketegangan. Jangan sampai salah pencet.
ASEAN baru saja mengeluarkan statemen bersama, menolak klaim China terhadap
LCS. Diprakarsai Vietnam, pernyataan sikap itu berdasarkan Konvensi PBB tentang
hukum laut internasional UNCLOS 1982. Perairan ZEE secara ekonomi dikuasai oleh
negara pantai yang ada disekitarnya. Jadi jelas tidak mengakui "juluran
lidah naga" yang menjulur dari Hainan sampai Natuna dengan alasan
historis.
Hari-hari mendatang dan untuk jangka waktu yang panjang ASEAN menghadapi
tekanan militer yang terus menerus di perairan ZEE LCS. Vietnam berada di garis
depan dan paling tersiksa dengan pamer otot Paman Mao. Instruksi China jelas,
tidak boleh ada pergerakan kapal-kapal di perairan Paracel selama latihan
militer China mulai 1 Juli ini. Larangan itu tentu membuat Vietnam bereaksi
keras.
AS saat ini sudah mempersiapkan penempatan 3 radar mobile intai strategis
berskala luas untuk Indonesia dan Malaysia. Menlu AS Mike Pompeo mengatakan
pasukan AS ditarik dari Jerman untuk dipindahkan ke wilayah hot spot Asia
Tenggara dan Asia Timur. Sudah ada gelar pasukan AS sebanyak 375.000 prajurit
di sepanjang Indo Pasifik.
Kapal Induk AS |
Bagaimana ASEAN melangkah ke depan dengan kondisi ini? Diperlukan kesamaan
sikap. Pernyataan sikap terbaru ASEAN yang menolak klaim China adalah
kemenangan diplomasi. Bahwa ASEAN masih mampu merapatkan barisan meski pun kita
meyakini ada tiga negara ASEAN yaitu Laos, Kamboja dan Myanmar yang berada
dalam pengaruh China.
Dinamika persinggungan ekonomi internasional yang terkait dengan
kepentingan nasional masing-masing negara ASEAN bisa merubah pernyataan sikap
bersama. China adalah negara pengekspor terbesar di dunia dan pengimpor
terbesar kedua di dunia. Dan sejujurnya China tidak akan terbendung lagi untuk
menjadi kekuatan ekonomi nomor wahid mengalahkan AS.
Bagi ASEAN tidak ada gunanya mengambil opsi memusuhi China secara militer,
juga secara ekonomi. Karena kepentingan nasional masing-masing. Indonesia,
misalnya persinggungan ZEE dengan China sama juga dengan persinggungan ZEE kita
dengan Vietnam. Beda halnya dengan Vietnam, Filipina, Brunai dan Malaysia.
Seluruh ZEE nya dicaplok China. Hanya menyisakan teritori nasional 12 mil laut
dari pantai.
Kita dengan Vietnam masih berunding soal batas ZEE di Anambas. Tapi kita
tidak mungkin berunding dengan China soal persinggungan ZEE di utara Natuna.
Kalau kita mau berunding itu sama saja kekalahan dan kesalahan diplomasi.
Karena klaim China tidak punya dasar hukum internasional.
Atas nama kepentingan nasional itu pula kita tidak perlu hanyut dalam drama
LCS yang sudah menahun. Proporsional saja dan tahu diri. Kita dan ASEAN tidak
mungkin bisa mengalahkan kekuatan militer dan ekonomi China. Harus ada kekuatan
penyeimbang dan AS adalah jawabannya.
Perkuatan militer jelas perlu. Namun kejelian diplomasi dan melihat peluang
sangat perlu. Misalnya kalau memang harus ikut aliansi pertahanan bersama AS,
mengapa tidak. Tetapi hubungan ekonomi dengan China tetap berlangsung. Biarlah
AS bersama Australia, Jepang dan Korsel berada di garis depan LCS, sebagai
payung dan bumper. Drama ini masih panjang jalan ceritanya.
Prediksi kita tidak sampai terjadi konflik terbuka namun jalan menuju
perang dingin semakin nyata. Sangat dimungkinkan ada penempatan pasukan
aliansi, kapal perang dan jet tempur secara permanen di sepanjang teritori
demarkasi LCS. Bisa di Filipina, Malaysia, Vietnam dan juga Indonesia. Semua
bisa terjadi.
****
Jagarin Pane / 30 Juni 2020