Tuesday, November 18, 2025

Strategi Diversifikasi Investasi Alutsista ( Bagian 2 Habis)

 Analisis Historis Dinamis

Dinamika geopolitik kawasan sangat dinamis dan sulit ditebak. Ketika bagian pertama dari tulisan ini diterbitkan beberapa hari yang lalu, belum ada tanda akan ada perubahan esensial dari Defense Cooperation Arrangement (DCA], antara Indonesia dan Australia. Kunjungan Presiden Prabowo ke Australia tanggal 12 Nopember 2025 tepat sebulan setelah terbentuknya aliansi militer Australia dan Papua Nugini "Pukpuk Treaty" tanggal 12 Oktober 2025. Aliansi ini bagian dari upaya diplomasi antisipasi Australia untuk mempertahankan dominasinya terhadap Papua Nugini. Terutama sejak China mulai menanamkan pengaruhnya di negara-negara pasifik selatan.

Kunjungan Prabowo ke Canberra sesungguhnya memberikan keyakinan tentang semakin berkembangnya marwah diplomasi Indonesia. Pengembangan postur pertahanan dan perkuatan alutsista TNI yang semakin berbintang diniscayakan menjadi faktor utama pembaharuan DCA. Perjanjian kerjasama pertahanan dengan Australia ini diperluas menjadi kemitraan strategis komprehensif, multi dimensi. Mirip dengan perjanjian kemitraan strategis antara Indonesia dan Amerika Serikat. Asesories dari kunjungan ini adalah sambutan tuan rumah yang begitu hangat dan serba militer. Australia memamerkan sejumlah alutsistanya kepada Prabowo.

PM Australia Anthony Albanese dan Presiden Indonesia Prabowo Subianto diatas kapal perang LHD (kapal induk helikopter) HMAS Canberra memperbaharui DCA dengan sebuah Headline : Jika salah satu negara terancam oleh negara lain maka kedua negara akan saling berkonsultasi dan membantu. Paragraf ini menjadi penguat DCA tahun 2024. Meski kadar kekentalannya tetap masih setingkat dibawah aliansi militer. Masih setingkat dibawah Pukpuk Treaty antara Australia dan Papua Nugini. Karena sesuai politik luar negeri yang bebas aktif dan dinamis, Indonesia tidak ingin terjebak dalam aliansi militer dari negara manapun. 

Dalam perspektif kita, performa diplomasi Indonesia sebenarnya berada diatas angin dalam pembaharuan DCA dengan Australia kali ini. Kita meyakini bahwa inisiatif amandeman DCA ini bukan dari Jakarta. DCA tahun 2024 sebenarnya sudah cukup bagi Indonesia. Toh dalam takdir hubungan bertetangga antar negara yang penting adalah saling menghargai, saling berkomunikasi dan tidak usil dengan urusan dalam negeri tetangganya. Padahal sejauh ini banyak catatan historis bertetangga dengan negeri berwajah Eropah di selatan kita ini. Ada kesan yang kuat Canberra selama ini merasa lebih superior, cenderung mendikte dan high profile dalam tampilan diplomatik.

Mari kita simak catatan itu. Indonesia-Australia tanda tangan perjanjian keamanan tahun 1995. Nyatanya ketika Timor Timur bergolak tahun 1999, kawan kita ini ikut bermain api. Canberra menyurati Jakarta agar melaksanakan referendum. Australia juga grusa grusu ngebet ingin menjadi leader pasukan INTERFET di Timor Timur. Dalam suasana seperti ini, suatu ketika 2 jet tempur Hawk Indonesia yang berpatroli bertemu dan mempertanyakan penerbangan beberapa jet tempur Hornet Australia di udara pulau Roti NTT. Malam harinya tiba-tiba 5 jet tempur Hornet Australia melakukan manuver provokasi di atas Kupang. Lalu dimana sebenarnya "harga diri" perjanjian keamanan tahun 1995 itu.

Amandemen DCA ini sangat dimungkinkan karena  pengaruh program extra ordinary penguatan militer Indonesia yang dikenal dengan Optimum Essential Force (OEF) tahun 2025-2030. OEF adalah lanjutan dari program MEF (minimum essential force) 2010-2024. Pola diplomasi Indonesia yang mulai mendunia juga menjadi perhatian Australia. Seperti dalam perumusan perdamaian Gaza, bantuan kemanusiaan untuk Gaza, kesediaan mengirim ribuan pasukan perdamaian TNI ke Gaza. Pemberitaan program percepatan perolehan investasi alutsista dan memodernisasi alutsista TNI yang sudah ada, getarannya terasa sampai Canberra. 

Bisa dibayangkan begitu masifnya pengadaan berbagai jenis alutsista TNI saat ini dan diversifikasinya. 42 jet tempur Rafale segera tiba bertahap. 6 jet latih tempur T50 menjelang tiba. 1 pesawat angkut berat terbesar A400M sudah tiba. 25 radar GCI Thales dan Retia sedang dalam proses instalasi. 2 KRI heavy frigate Brawijaya Class sudah ditangan. 2 KRI heavy frigate Merah Putih yang dibangun PT PAL menjelang sentuh air. 2 kapal selam Scorpene sedang proses bangun. PT PAL sukses mengembangkan teknologi kapal selam tanpa awak dan akan membangun 30 unit. Belum lagi pertumbuhan cepat  kapal perang OPV, kapal cepat rudal (KCR), landing platform dock (LPD) produksi dalam negeri.

Sementara pengadaan 48 jet tempur KAAN, 2 kapal frigate Istif Class, 2 kapal cepat rudal, puluhan rudal Atmaca, rudal balistik KHAN, puluhan drone Anka, Bayraktar dan lain-lain semuanya produk Turkiye. Tidak lepas dari perhatian dan pantauan Australia. Canberra "nguping terus" sembari mengguman: what's next.  Belum lagi kerjasama jet tempur KF21 Boramae dengan Korsel yang mulai produksi massal. Indonesia punya alokasi 48 jet tempur. Beberapa alutsista China juga dilirik Jakarta sebagai bagian dari kebijakan diversifikasi investasi alutsista. Seperti coastal missile, jet tempur J10 Chengdu dan kapal perang frigate. Yang lebih bergetar tentu saja adalah akuisisi kapal induk bekas AL Italia INS Giuseppe Garibaldi. Formula  interoperability dalam manajemen pertempuran modern network centric warfare (NCW) adalah bagian dari strategi diversifikasi ini.

Program percepatan pemenuhan investasi alutsista TNI belum pernah semeriah saat ini. Yang bisa menyainginya adalah era Trikora dan Dwikora. Dinamika geopolitik saat ini yang bernuansa susah ditebak dan ngeri-ngeri sedap, luasnya wilayah negeri, kekayaan sumber daya alam, pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan penguat bargaining posisi diplomasi Indonesia, adalah indikator utama yang menjadi keharusan mutlak untuk memperkuat pertahanan negara. Negeri yang luas ini harus mempunyai payung pertahanan yang kuat. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi kesejahteraan dan kekuatan ekonomi Indonesia yang saat ini berada di posisi 16 besar dunia.

Strategi diversifikasi pengadaan alutsista dalam pandangan kita adalah kecerdasan membaca peta geopolitik kawasan. Pola ini untuk mengantisipasi adanya embargo dan menyesuaikan dengan karakter potensi konflik di sekitar rumah besar kita. Termasuk menguatkan industri pertahanan dalam negeri yang sudah terbukti menjadi pemasok alutsista panser, tank, roket dan kapal perang. Industri pertahanan kita juga bekerjasama dengan Turkiye dan Korsel. Apalagi saat ini alutsista non barat seperti Turkiye dan China sedang naik daun. Pada saat kita sedang berupaya untuk mempercepat perolehan alutsista, ada jiran yang kemudian ingin mengajak lebih bersahabat lagi. Bukankah ini bagian dari menguatnya marwah diplomasi pertahanan kita. 

****

Jagarin Pane / 18 November 2025


Saturday, November 8, 2025

Strategi Diversifikasi Investasi Alutsista

"Analisis Historis Dinamis (Bagian Satu)"

Dinamika geopolitik dunia saat ini mengharuskan Indonesia bersiap menghadapi turbulensi tak terduga. Persiapannya adalah memperkuat cakram pertahanan berkorelasi dengan luasnya teritori, dan kekayaan sumber daya alam. Termasuk menyikapi karakter historis dan dinamis para tetangga yang ada di sekitar rumah gadang yang bernama bumi pertiwi ini. Seperti terbentuknya aliansi militer Australia dan Papua Nugini baru-baru ini. Aliansi "Pukpuk Treaty" ditandatangani 12 Oktober 2025 merupakan sebuah surprise geopolitik kawasan. Perjanjian strategis mereka berdua menyebut jika salah satu negara diserang secara militer, negara mitranya wajib membantu tanpa syarat.

Australia bersama keluarga besar "Anglo Saxon" AS dan Inggris sudah membentuk aliansi militer nuklir AUKUS di Indo Pasifik. Dengan tujuan menghadapi China. Sementara dua negara anggota ASEAN Malaysia dan Singapura pasca era Dwikora  bergabung dalam FPDA (Five Power Defence Arrangements). Bersama Australia, Selandia Baru dan Inggris mereka membentuk persekutuan militer tahun 1971 sebagai dampak Dwikora. Filipina secara historis menjadi sekutu militer AS sejak perang Vietnam. Subic Navy Base dan Clark Air Force Base di Filipina menjadi pangkalan aju pergerakan militer dan alutsista AS untuk menggempur Vietnam Utara waktu itu. Meski akhirnya AS kalah secara militer. Vietnam Utara dan Selatan menjadi satu kesatuan Vietnam.

Negeri kepulauan kita yang luas ini berada di lingkaran historis dan dinamis dalam peta geopolitik kawasan. Hot spot terberatnya saat ini dan ke depan adalah dinamika konflik di Laut China Selatan (LCS). Dalam pandangan AUKUS, China adalah musuh bersama karena klaimnya pada LCS dan Taiwan. Dalam catatan historis FPDA, Indonesia dianggap musuh bersama karena luka sejarah konfrontasi Ganyang Malaysia. Sementara dalam pandangan masing-masing negara seperti Vietnam, Taiwan dan Filipina, China adalah potensi musuh mereka karena ambisi teritorinya yang begitu ekspansif.

Berdasarkan pengalaman historis pula, aslinya negara-negara di sekitar Indonesia yang bersentuhan teritori punya catatan diplomatik kurang sedap bahkan ngeri-ngeri sedap. Kecuali Brunai dan Filipina, tetangga "bernuansa persemakmuran" Australia, Malaysia dan Singapura mempunyai tabiat bermanis wajah didepan. Namun sering menggunting dalam lipatan, dengki dan arogan. Australia misalnya dalam persoalan Timor Timur awalnya mendukung Indonesia untuk intervensi militer akhir tahun 1975. Namun sejalan dengan perubahan peta geopolitik, Canberra berganti wajah arogan, mendikte dan merasa berjaya memimpin INTERFET untuk "menguasai" Timor Timur secara militer tahun 1999.

Konfrontasi Dwikora tahun 1963 sejatinya ngeri-ngeri sedap sekaligus pertaruhan eksistensi Indonesia. Suasana sudah menjelang perang terbuka. Puluhan ribu pasukan dan sukarelawan dikirim ke Kalimantan dan Sumatra. Kapal induk Inggris memprovokasi lewat Selat Sunda dari Singapura menuju Darwin.Tapi pulangnya dipaksa lewat Selat Lombok oleh Indonesia dengan pantauan kapal selam TNI AL. Malaysia dan Singapura berlindung di ketiak Inggris karena kemampuan militernya tidak berdaya menghadapi superioritas militer Indonesia yang sangat berjaya waktu itu. Berbagai infiltrasi pertempuran terjadi  seperti di markas tentara persemakmuran di Kalabakan dekat Tawao Sabah dan Sakilkilo Sabah. Di Long Midang Krayan Prov Kaltara dan beberapa titik di Kalimantan Barat juga terjadi pertempuran sporadis.

Sabotase peledakan bom di Singapura oleh KKO Indonesia (sekarang Marinir) tanggal 10 Maret 1965 membuat negeri itu panik. Meski akhirnya Singapura bisa menangkap Usman dan Harun kemudian mengeksekusinya dengan hukuman gantung. Ketika peristiwa sudah berlangsung puluhan tahun kedengkian Singapura berlanjut ketika Indonesia memberi nama KRI Usman Harun untuk nama KRI striking force frigate tahun 2012. Singapura keberatan dengan pemberian kedua nama pahlawan ini. Inilah ciri jiran yang belum legowo dengan sejarah dan berusaha mendikte secara diplomatik. Indonesia tidak menggubris. Tetangga menggonggong, KRI Usman Harun 359 berlayar gagah melewati Selat Malaka.

Embargo alutsista buatan Barat adalah pengalaman pahit justru ketika kita membutuhkan untuk marwah kedaulatan. Bayangkan, kita punya 40 Jet tempur Hawk dan 100 tank Scorpion buatan Inggris. Tapi tidak boleh dipergunakan untuk menggempur GAM di Aceh. Jet tempur F5E dan F16 buatan AS diembargo suku cadangnya karena insiden Santa Cruz di Timor Timur. Pada saat seperti ini tiba-tiba muncul insiden di Bawean dan klaim Malaysia di Ambalat. Insiden Bawean Juli 2003 adalah provokasi 5 jet tempur Hornet dari kapal induk AS yang melintas di laut Jawa menuju Darwin. Manuver 5 Hornet ini membahayakan penerbangan sipil dari dan menuju Juanda. Iswahyudi AFB mengirim 2 jet tempur F16 untuk memantau pergerakan konvoi kapal induk AS. Meski sempat dikunci 5 Hornet, pilot F16 kita tetap tenang dan meminta agar manuver dihentikan. Sementara klaim Malaysia soal Ambalat mulai berkobar tahun 2004 sejak negeri jiran itu show of force dengan mengerahkan kapal perang. 

Karakter jiran-jiran di sekitar rumah besar kita secara historis dan bergabung dalam beberapa aliansi militer terlihat dalam gambaran diatas. Juga pengalaman diembargo. Maka dalam pandangan strategis pertahanan Indonesia, dinamika historis geopolitik dan potensi konflik di kawasan ini perlu antisipasi secara dini. Dan perlu percepatan dalam pemenuhannya. Termasuk dalam strategi diversifikasi pengadaan alutsista. Semuanya berdasarkan peta geopolitik dan karakter jiran di sekitar kita. Kalau dalam program modernisasi alutsista TNI yang populer dengan sebutan  MEF (Minimum Essential Force) perlu waktu 15 tahun yaitu 2010-2024. Maka program extra ordinary OEF (Optimum Essential Force) target waktunya 5 tahun saja. Yaitu tahun 2025-2030. Itu sebabnya ada kesan pengadaan alutsista TNI saat ini begitu bergelora.

Salah satu contoh diversifikasi alutsista adalah realisasi investasi drone bersenjata (UCAV) di Skadron 51 Pontianak dan Skadron 52 Natuna. Dengan kedatangan 12 UCAV Anka dari Turkiye maka 8 UCAV CH4 Rainbow buatan China digeser ke Skadron 53 UCAV di Tarakan. Skadron 51 dan 52 diisi UCAV Anka yang baru dan UCAV Aerostar yang sudah eksis lebih dulu. Wajar dong, karena rasanya kurang pas jika Rainbow berpatroli di LCS. Jadi jeruk makan jeruk kesannya. Juga rencana pengadaan jet tempur J10 Chengdu China adalah bagian dari strategi pertahanan pola diversifikasi. Jika 42 unit jet tempur Rafale befokus untuk membentengi teritori Natuna, Sumatera dan Kalimantan. Maka Jet tempur J10 Chengdu bisa dialokasikan di Sulawesi atau NTT. Sudah pahamlah maksudnya.

(Bersambung)

****

Jagarin Pane / 8 November 2025


Thursday, October 2, 2025

Korelasi Martabat Diplomasi Dan Kehormatan Militer

Sidang Majelis Umum PBB di New York AS tanggal 23 September 2025 dan rangkaian kegiatan didalamnya memperlihatkan kemampuan martabat diplomasi Indonesia. Pidato Presiden Indonesia Prabowo Subianto tegas dan lugas menggema. Orasi dan materi yang dikumandangkan mampu membangunkan kesadaran bersama tentang hakekat perdamaian. Khususnya tentang perdamaian Palestina-Israel, pentingnya memperkuat PBB sebagai lembaga untuk perdamaian dan kesejahteraan. Dan ini yang paling menghentak orasinya : Might cannot be right. Right must be right. Yang kuat tidak bisa selalu benar. Yang benar harus benar. Kalimat adrenalin ini diyakini mampu "menampar bathin" dua pemimpin arogan dunia, AS dan Israel. Sekaligus sebagai peluntur merasa paling benar.

Kita bisa saksikan berkali-kali para delegasi Sidang Umum PBB memberikan applause untuk Presiden Indonesia. Bahkan Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan khusus dengan 8 pemimpin negara Arab dan Muslim menyampaikan pujian dan hormat pada Prabowo. Para pemimpin dunia pun angkat topi dan salut dengan isi pidato dan orasi Presiden kita. Raja Yordania memeluk Prabowo yang juga sahabat karibnya. Termasuk pidato PM Israel yang meyakini akan ada titik terang dari pidato Presiden Indonesia. Kehadiran Presiden Indonesia di forum tertinggi PBB menjadi sebuah misi diplomatik yang sukses dan menguatkan martabat Indonesia di mata dunia.

Lima Oktober 2025, TNI berulang tahun yang ke 80. Pencapaian usia sebilangan ini adalah salah satu evidence kehormatan militer yang mampu mengawal dan menjamin eksistensi Republik Indonesia. Kehormatan militer yang lain adalah tingkat kepercayaan rakyat Indonesia kepada institusi TNI adalah yang tertinggi bersama Presiden. Ini adalah hasil penelitian beberapa lembaga survey sepanjang tahun 2025. Kehormatan militer yang tidak kalah penting adalah kesediaan pemerintah dan DPR bersama komponen civil society lainnya untuk berinvestasi pertahanan, dalam rangka mengembangkuatkan TNI. 

Investasi pertahanan bersama pembangunan ekonomi kesejahteraan adalah dua sisi mata uang, satu kesatuan. Sebuah sinergitas yang harus seiring sejalan. Kondisi geopolitik dunia saat ini dan ke depan serta luasnya teritori yang harus dilindungi, mengharuskan Indonesia memperkuat pertahanan. Negeri kepulauan ini sangat strategis dan kaya dengan sumber daya alam. Potensi konflik masa depan salah satunya adalah memperebutkan sumber daya alam yang terbatas. Oleh karena itu investasi pertahanan negeri dengan 286 juta penduduk ini harus dipercepat. Untuk menjamin keberlangsungan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan eksistensi negara.

Kepemimpinan Presiden Prabowo saat ini dalam sudut pandang kita adalah tepat waktu dan tepat manfaat. Korelasinya adalah ketegasan dalam format leadership dan orasi. Kredit poinnya adalah keberanian untuk membongkar praktik-praktik korupsi raksasa. Korupsi skala trilyunan berhasil diungkap terang benderang. Kemudian kemampuannya melakukan diplomasi perdamaian di Sidang Umum PBB menjadi kebanggaan kita bersama. Lihatlah perkembangan terakhir di Gaza, sudah menampakkan titik terang perdamaian. Trump dan Netanyahu secara tersirat akhirnya mengikuti peta jalan perdamaian yang dikumandangkan Prabowo bersama Presiden Perancis dan Raja Arab Saudi. Solusi terbaik adalah dua negara Palestina dan Israel yang berdampingan damai. Semoga.

Di tengah dinamika kondisi geopolitik saat ini dan ke depan yang sulit diprediksi, Prabowo hadir untuk memimpin republik kepulauan terbesar ini. Sejak menjadi Menteri Pertahanan visi dan misi besarnya untuk mengembangkuatkan postur tentara Indonesia terlihat menggebu. Mengapa sampai menggebu, karena selama ini harus kita akui perkuatan alutsista TNI ternyata belum memenuhi persyaratan minimal. Lima belas tahun kita perkuat TNI sejak tahun 2010 hanya untuk memenuhi kriteria pencapaian minimum essential force. Dan saat ini sebagai Presiden, Prabowo sedang berupaya mempercepat pertumbuhan investasi kekuatan pertahanan dengan program extra ordinary. Untuk menuju kekuatan militer yang proporsional dan setara dengan luasnya teritori Indonesia. Termasuk menambah seratusan batalyon TNI dan menguatkan Komponen Cadangan (Komcad) sebagai bagian dari pertahanan semesta.

Maka dalam minggu-minggu ke depan, bulan dan tahun berikutnya kita akan melihat kedatangan berbagai jenis alutsista untuk TNI. Seperti tambahan 6 jet latih tempur T50i dari Korsel dan 2 pesawat angkut berat A400M dari Spanyol bulan depan. Kemudian kedatangan bertahap 42 jet tempur Rafale dari Perancis awal tahun depan. KRI Prabu Siliwangi 321 dari Italia akan tiba Desember tahun ini. Ada juga kapal selam mini tanpa awak dan kapal perang LHD rancangan  PT PAL, pembangunan 2 kapal perang frigate merah putih oleh PT PAL dan pembangunan 2 kapal selam Scorpene di PT PAL kerjasama dengan Perancis. Yang lagi ramai dibahas rencana akuisisi kapal induk Italia Giuseppe Giribaldi. Penetapan anggarannra sudah turun dari Bappenas. Kemarin baru saja diresmikan kapal perang baru jenis kapal cepat rudal KRI Belati 622 produksi galangan kapal swasta nasional. Kapal ini sudah full armament dengan combat management system, meriam Leonardo dan persenjataan rudal Atmaca. Tumben komplit, biasanya FFBNW (fit for but not with).

TNI AD  sedang menunggu kedatangan 22 helikopter Black Hawk dari AS, dan pengiriman lanjutan rudal balistik KHAN dari Turkiye. Dari negerinya Erdogan ini kita akan menerima dalam jumlah besar berbagai jenis alutsista yaitu rudal anti kapal Atmaca, rudal surface to air Hisar (Trisula), rudal jelajah Cakir, drone Anka, drone Bayraktar, 2 fregat Istif Class, dan 2 kapal cepat rudal. Dari Jerman akan datang kapal hydro oceanography KRI Canopus 936. Juga 13 radar GCI dari Thales Perancis dan 12 radar GCI dari Retia Ceko. Kedua jenis radar ini bisa saling sinergitas dan menguatkan dalam manajemen interoperability. Dengan begitu blank spot sudah  tertutup. Seluruh teritori udara kita sudah tercover dan terintegrasi.

Investasi pertahanan memang memerlukan anggaran sangat besar dan multi year. Namun anggaran besar ini bukan untuk belanja habis pakai atau belanja konsumtif (cost/expense).Tetapi menjadi aset strategis pertahanan yang masa manfaatnya bisa mencapai puluhan tahun. Contohnya 3 kapal perang Fatahillah Class yang dibeli tahun 1980 dari Belanda masih aktif sampai sekarang. Salah satu tujuan berinvestasi pertahanan adalah untuk menguatkan marwah dan kehormatan militer kita. TNI yang profesional harus memiliki alutsista teknologi terkini yang terintegrasi dalam manajemen pertempuran modern network centric warfare. Inilah kehormatan militer yang sesungguhnya. TNI yang kuat dan disegani diniscayakan mampu menguatkan marwah diplomasi politik luar negeri kita yang bebas aktif dan dinamis. 

Martabat diplomasi sebuah negara bagaimanapun sangat berkorelasi dengan postur kekuatan militer dan kekuatan ekonomi yang dimiliki. Sudah banyak contohnya. Kemampuan Indonesia menguatkan martabat diplomasi dan politik luar negeri merupakan prestasi dan prestize. Sejalan dengan itu perkuatan militer kita adalah untuk menguatkan bargaining harga diri bangsa dalam dinamika diplomasi. Seperti potensi konflik Ambalat dan Laut China Selatan. Dalam dinamika diplomasi dan kehormatan militer berlaku cara pandang sederhana : Tampilan wajah diri boleh berseri dengan narasi, diskusi, orasi dan persuasi mencari solusi. Namun semua itu harus ditopang dengan adrenalin, tubuh atletis dan kemampuan bela diri. Ini yang disebut gagah dan simpatik. Korelasi martabat diplomasi dan kehormatan militer kita adalah seperti ini. Dirgahayu Tentara Nasional Indonesia. Selamat berulang tahun yang ke 80. TNI Prima-TNI Rakyat-Indonesia Maju.

****

Jagarin Pane / 2 Oktober 2025

Tuesday, September 16, 2025

Antisipasi Fluktuasi Geopolitik Ngeri-Ngeri Sedap

Tiba-tiba saja Israel membombardir Doha ibukota Qatar untuk membunuh pemimpin Hamas. Sangat jelas ini merupakani agresi militer yang paling memalukan. Israel berulang kali memperlihatkan gaya bernegara yang arogan, bergaya preman,sok jago. Karena ada pelindung abadinya AS. Padahal di Qatar ada pangkalan militer terbesar AS. Padahal Qatar selama ini adalah negara yang menjadi mediator, dan fasilitator untuk setiap perundingan Timur Tengah bersama Israel. Padahal Qatar memiliki kekuatan persenjataan yang canggih yang sebagian besar produk Paman Sam. Qatar merasa dikhianati dan marah besar. Sementara di kawasan Eropa, ratusan drone Rusia menyusup ke Polandia yang nota bene anggota NATO. Maka gegerlah Pakta Atlantik Utara itu. Jika Polandia dan NATO membalas maka dunia menuju Perang Dunia Ketiga. Itulah suasana terkini dari dinamika geopolitik dunia yang fluktuatif. Di berbagai kawasan banyak terjadi konflik militer tak terduga.

Para pemikir strategis Indonesia tentu sudah membaca tanda-tanda jaman ini. Cuaca geopolitik saat ini dan ke depan sepertinya bernuansa ngeri-ngeri sedap. Dikira panas sampai petang ternyata hujan tengah hari. Kalau kita amati sebenarnya ini adalah inkubasi dari transisi perubahan tatanan dunia yang selama ini bercorak unipolar. Penguasa hegemoninya adalah AS. Staf khususnya NATO di Eropa. Sementara di Indo Pasifik anak buahnya adalah Jepang, Australia dan Korsel. Perilaku penguasa hegemoni saat ini bisa terlihat jelas sepak terjangnya. Kepemimpinan AS dibawah Donald Trump tidak menunjukkan leadership yang berkualitas, apalagi bijaksana. Tetapi cenderung bergaya "pamership", "premanship" dan yang sebangsa dengan arogansi. Itu semua bisa terjadi karena tatanan dunia saat ini unipolar, dikuasai oleh satu blok kekuatan yang sebenarnya sedang memudar hegemoninya.

Indonesia yang begitu luas teritorinya dan kaya akan sumber daya alam adalah karunia terbesar yang dimiliki bangsa besar ini. Jawaban dan antisipasi terhadap gonjang ganjing geopolitik dunia saat ini adalah dengan memperkuat basis pertahanan. Dan tetap keukeuh dalam posisi non blok yang dinamis. Negeri kepulauan terbesar ini  harus memilki manajemen pertahanan yang kuat dan terintegrasi. Pertanyaannya, bagaimana dengan kondisi kekuatan pertahanan kita saat ini. Jawabannya masih belum mencapai kriteria standar. Oleh karena itulah saat ini kita bisa menyaksikan berbagai program extra ordinary dari Kementerian Pertahanan. Semua berpacu dengan waktu. Untuk mengembangkuatkan investasi pertahanan dengan pengadaan berbagai jenis alutsista strategis dan canggih.  

Kita ambil contoh bagaimana standar manajemen pertahanan di Indonesia Timur saat ini khususnya Maluku dan Papua. Meski sudah ada pangkalan AL Koarmada Tiga di Sorong dan Pasmar Tiga ( Divisi 3 Marinir). Namun  kekuatan striking force Armada Tiga belum masuk kriteria minimum essential force. Ketersediaan KRI pemukul masih terbatas dengan kapal korvet dan kapal cepat rudal. Demikian juga dengan kekuatan TNI AU, belum ada skadron tempur yang ber home base di Maluku dan Papua. Secara ekosistem Maluku dan Papua ini sebenarnya strategis dalam dinamika geopolitik Indo Pasifik. Pemilihan Sorong sebagai Navy Base Armada Tiga berikut Pasmar Tiga karena lebih melihat potensi ancaman dari Utara. Guam sangat dekat dengan Papua. Kita tahu pangkalan militer Andersen di Guam menyimpan  berbagai jenis jet tempur dan pengebom strategis milik AS. Trafik air force dari Guam ke Darwin Australia dan sebaliknya pasti melintasi langit Maluku dan Papua.

Pemerintah berinvestasi pertahanan dengan berbagai jenis alutsista produksi berbagai negara, menjadi bagian dari strategi pertahanan. Misalnya 18 jet tempur Chengdu buatan China jika jadi dibeli , penempatannya bisa di Biak atau Kupang. Sudah tahu lah maksudnya. Termasuk memperkuat skadron Sukhoi yang sudah ada di Makasar. Sementara 48 jet tempur gen 5 KAAN buatan Turki bisa dialokasikan di Manado, Kupang, Balikpapan. Untuk 48 Jet tempur Rafale yang mulai datang awal tahun depan sudah pasti akan ditempatkan di Pekan Baru, Pontianak dan Natuna. Seluruh jet tempur F16 yang berjumlah 33 unit akan berada di home base Iswahyudi AFB bersama 19 unit jet tempur baby falcon T50 golden eagle. Sementara jet tempur IFX dengan asumsi produksi 24 unit kemungkinan besar akan ditempatkan di Medan dan Pekan Baru melapis Rafale. Sebaran skadron tempur ini dalam pandangan kita sudah menyebar merata dan ideal.

TNI AL saat ini sedang berproses menguatkan kemampuan armada tempurnya. Termasuk mengembangkan organisasi. 14 Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) ditingkatkan menjadi Komando Daerah AL dengan panglima bintang dua. Kapal perang terbesar dan canggih KRI Brawijaya 320 sudah datang. Menyusul Desember 2025 nanti KRI Prabu Siliwangi 321. PT PAL sedang mempersiapkan pembangunan 2 kapal selam Scorpene bersama Perancis. Pada saat yang bersamaaan PT PAL sedang menyelesaikan pembangunan 2 Fregat Merah Putih. Di Turki juga sedang berproses pembangunan 2 Fregat Istif Class dan Kapal Cepat Rudal untuk TNI AL. Sementara galangan kapal swasta dalam negeri mendapat order modernisasi 41 KRI, pembuatan kapal Cepat Rudal dan Kapal Patroli Cepat.

Pelajaran dari beberapa pertempuran di berbagai kawasan membuktikan bahwa alutsista buatan Barat ternyata tidak setangguh marketing komunikasinya. Rudal-rudal Iran ternyata mampu menembus Air Defence System (ADS) Israel yang terkenal canggih dan kokoh. ADS Ukraina juga babak belur dihujani drone dan rudal Rusia. Rudal Nassam dan Patriot kalah awu melawan rudal-rudal Rusia yang punya kecepatan tinggi. Belum lagi rudal Oreshnik yang spektakuler itu. Jet tempur Rafale India berhasil dijatuhkan rudal China yang diluncurkan dari jet tempur J10 Pakistan. Battle proven alutsista Rusia dan China telah membuka cakrawala pandang dunia yang selama ini banyak berkiblat ke Barat. Qatar, Arab Saudi, UEA adalah negara yang seluruh alutsistanya buatan AS dan Eropa. 

Pilihan Indonesia untuk investasi pertahanan dengan pola diversifikasi adalah bagian dari strategi manajemen pertahanan sesuai konstelasi geopolitik kawasan. Potensi konflik di sekitar kita juga bercorak warna. Ada China, ada Malaysia, ada Australia. Saat ini ada dua hotspot yang harus mendapat pengawalan ekstra yaitu  Laut Natuna Utara dan Ambalat. Pengadaan alutsista mengikuti konstelasi potensi konflik yang mungkin terjadi. Misalnya pengadaan Coastal Missile dari China. Jika nantinya menjadi aset pertahanan TNI, dalam perspektif kita akan lebih baik ditempatkan di selat-selat strategis ALKI.  Seperti Selat Sunda, Selat Lombok dan Selat Makassar. Demikian juga jet tempur Chengdu lebih pas dialokasikan di Timur Indonesia. Jika penempatan kedua alutsista ini di Natuna agaknya kurang pas. Jadi seperti jeruk makan jeruk. Jeruk purut lagi.

Ada kesan bahwa perkuatan manajemen pertahanan Indonesia yang berbasis interoperability dengan alutsista canggih seperti hendak bersiap untuk perang. Padahal sesungguhnya investasi pertahanan adalah untuk memastikan eksistensi negeri dan pengakuan kesetaraan dalam diplomasi antar negara. Ini sebangun dengan filosofi Si Vis Pacem Parabellum. Jika ingin damai bersiaplah untuk perang. Indonesia mengembangkuatkan manajemen pertahanan untuk memastikan jaminan keberlangsungan hidup bernegara, melindungi segenap tumpah darah, melindungi teritori negeri, melindungi sumber daya alam dan mengawal pertumbuhan ekonomi kesejahteraan. Kita mempercepat pembangunan investasi pertahanan adalah untuk mengantisipasi fluktuasi iklim geopolitik yang ngeri-ngeri sedap. Karena geopolitik dunia saat ini sedang mengalami transisi dari unipolar menjadi multi polar. Dikira panas sampai petang ternyata hujan tengah hari. Tak bawa payung lagi, basah kuyup dah.

****

Jagarin Pane / 14 September 2025


Saturday, August 23, 2025

Daftar Pengadaan Alutsista Indonesia

2 KRI Frigate Brawijaya Class dari Italia

2 KRI Frigate Merah Putih dari PT PAL

2 KRI Frigate Istif Class  dari Turkiye

1 KRI Rigel Class dari Palindo/Jerman

2 KRI Kapal Cepat Rudal dari Turkiye

1 KRI Kapal Cepat Rudal dari Tesco Bekasi

2 KS Scorpene dari Perancis & PT PAL

1 Kapal Induk Giribaldi dari Italia (Opsi)

1 Kapal LHD Helikopter dari PT PAL (Opsi)

42 Jet Tempur Rafale dari Perancis

48 Jet Tempur IFX kerjasama Korsel RI

48 Jet Tempur KHAAN dari Turkiye

  6 Jet Tempur T50 dari Korsel

  2 Pesawat angkut A400M dari Spanyol

13 Radar GCI dari Thales Perancis

12 Radar Retia dari Ceko

  3 Baterai Rudal Balistik KHAN Turkiye

  3 Baterai Rudal ADS Trisula dari Turkiye

22 Helikopter Blackhawk dari AS

12 Drone Anka dari Turkiye

60 Drone Bayraktar TB3 dari Turkiye

45 Rudal anti kapal Atmaca dari Turkiye

****

Jagarin Pane

(Dari berbagai sumber)

Monday, August 18, 2025

Memaknai Dua Upacara, Kehormatan Militer Dan Proklamasi Kemerdekaan

Hanya berjarak satu minggu ada pergelaran dua upacara kebesaran dan martabat negara. Hari Ahad 10 Agustus 2025 upacara dan parade kehormatan militer berlangsung di Pusdiklatpassus Batujajar Jawa Barat. Ada pergelaran dan parade 27.000 pasukan TNI bersama seribuan alutsista berbagai jenis. Parade dan peresmian berbagai satuan tempur TNI menjadi sajian publikasi militer yang membanggakan. Apalagi ada ribuan rakyat ikut menyaksikan langsung on the spot di pangkalan militer Kopassus yang steril. Nah, seminggu berikutnya hari Ahad tanggal 17 Agustus 2025 berlangsung upacara detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia ke 80 di Istana Merdeka dan Monas. Masyarakat tumpah ruah menyaksikan upacara, karnaval dan pesta rakyat sepanjang hari.

Upacara kehormatan militer di Pusdiklatpassus adalah upacara khusus. Momen ini memberikan makna syiar diplomasi pertahanan Indonesia yang begitu luas dan menggema. Kita ketahui kondisi geopolitik dunia saat ini termasuk di kawasan Indo Pasifik sedang tidak baik-baik saja. Berbagai hotspot konflik bermunculan. Dunia sedang bergeliat dari "rezim" unipolar penguasa hegemoni menuju tatanan multipolar. Pada acara yang strategis ini Presiden Prabowo Subianto mengumumkan pengembangan struktur organisasi TNI semua matra. Kekuatan dan struktur pasukan elit TNI, Kopassus TNI AD , Kormar TNI AL dan Kopasgat TNI AU dikembangkan dan komandannya naik dari bintang dua menjadi panglima bintang tiga. Kemudian ada penambahan 6 Kodam TNI AD, peningkatan 14 Lantamal TNI AL menjadi Kodaeral dan panglimanya menjadi bintang dua. Sebelumnya TNI AL sudah mengembangkan 2 armadanya menjadi 3 armada tempur bersama 3 divisi pasukan marinir.

Kekuatan militer matra darat bertambah dengan peresmian 20 brigade infantri dan 100 batalyon teritorial pembangunan TNI AD. Kopassus menambah 3 group (brigade) di luar Jawa yaitu Dumai, Kendari dan Timika. Termasuk penambahan beberapa batalyon armed dan kavaleri. Tersebar di seluruh Indonesia, terbanyak di Papua.  Sementara TNI AL menambah 1 brigade marinir dan 5 batalyon infantri marinir. Matra TNI AU juga menambah 6 batalyon Kopasgat dan peningkatan status 5 Air Force Base TNI AU menjadi kelas A, yang artinya menjadi home base minimal 2 skadron pesawat TNI AU. Wajar saja karena mulai tahun depan sampai sepuluh tahun ke depan TNI AU akan memperoleh sekitar 130 jet tempur canggih mulai dari Rafale, IFX dan KAAN. Pengembangan struktur organisasi TNI ini merupakan kebijakan strategis antisipatif yang komprehensif. Antisipasi menghadapi cuaca ektrim iklim geopolitik dunia dan kawasan yang dalam kacamata intelijen strategis masuk kategori "ngeri-ngeri sedap". Secara kuantitas dengan pengembangan struktur organisasi TNI ini ada penambahan sedikitnya 100.000 prajurit TNI.

Yang menarik di upacara kehormatan militer ini adalah pada saat pemeriksaan pasukan upacara. Presiden Prabowo, Menhan dan rombongan petinggi militer dengan dua kendaraan Maung terbuka, lebih dulu menghormat dan menyapa rakyat dengan senyum. "Kontingen" rakyat ada di sebelah kiri panggung kehormatan. Memanjang ratusan meter di lapangan rumput tepi landasan pacu Suparlan Army Base Pusdiklatpassus. Sebuah pemandangan yang membungakan semangat kebangsaan kita. Presiden melewati barisan civil society yang riuh rendah bersorak sorai bersama lambaian bendera merah putih di tangan. Begitu panjang durasi perjalanan inspeksi Presiden. Setelah melewati barisan ribuan masyarakat lalu putar balik dan memulai inspeksi pasukan tempur TNI sepanjang landasan pacu.

Jarak antara dua upacara kebesaran negara yang hanya 1 minggu ini dalam perspektif kita memberikan kesan dan pesan kuat tentang korelasi kemerdekaan dan pertahanan semesta. Maknanya adalah untuk menyadarkan semua pihak bahwa pertahanan negeri kepulauan ini harus kuat dan disegani. Tidak bisa tidak. Heritage and goal merdeka tidak lain adalah untuk menjaga marwah proklamasi, eksistensi negeri, kekayaan sumber daya alam dan pertumbuhan kesejahteraan. Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan menggema ke seluruh dunia. Proklamasi ini menjadi ujian kebangsaan dan perjuangan semesta seluruh rakyat Indonesia. Apa yang kemudian terjadi adalah pertumpahan darah selama 4 tahun dalam perang kemerdekaan tahun 1945 sampai dengan tahun1949 di seluruh negeri.

Pertempuran di Surabaya yang sangat heroik, terjadi hanya 3 bulan setelah proklamasi kemerdekaan. Tercatat dalam sejarah dunia pertempuran 10 Nopember 1945 merupakan pertempuran terbesar sejak perang dunia kedua berakhir. Pemicu pertempuran besar ini adalah Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 di Surabaya yang dideklarasikan Ulama dan Kyai di seluruh Jawa dan Madura. Bahwa mempertahankan kemerdekaan hukumnya adalah Fardu Ain. Resolusi Inilah yang memberikan api semangat juang puluhan ribu pemuda, santri, laskar mengalir menuju Surabaya. Termasuk membunuh Brigjen Mallaby yang mengguncang tentara sekutu. Perang kemerdekaan selama 4 tahun adalah all out, total football. Agresi militer Belanda  jilid satu dan dua adalah bukti bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dipertahankan seluruh anak bangsa dengan darah dan air mata. Ini adalah evidence sejarah yang tak terbantahkan dan  membentuk karakter kebangsaan seluruh rakyat Indonesia sampai hari ini, yaitu nasionalis patriotik dan religius. Perang kemerdekaan adalah bukti sejarah tak terbantahkan tentang tangguhnya pertahanan semesta rakyat Indonesia.

Sebagai negara kepulauan yang luasnya seluas benua Eropa, Indonesia harus memiliki manajemen pertahanan yang kuat. Ini adalah amanat proklamasi dan marwah kedaulatan negara. Pertumbuhan ekonomi kesejahteraan kita terus tumbuh dan dalam kuartal kedua tahun ini mencapai 5,12%. Pertumbuhan ekonomi berkorelasi dengan pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product). GDP Indonesia saat ini ada di urutan 16 besar dunia. Sejalan dengan pertumbuhan GDP maka rasio pertumbuhan anggaran pertahanan juga meningkat. Saat ini rasio anggaran pertahanan dengan GDP Indonesia ada di kisaran 1%. Rasio ini relatif kecil dibanding negara lain. Maka untuk percepatan investasi pertahanan yang dilakukan pemerintah saat ini perlu menaikkan rasio anggaran pertahanan sampai 2%. 

Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mengembangkuatkan investasi pertahanan dalam program extra ordinary. Dalam waktu dekat secara estafet akan hadir 6 KRI fregat, 3 KRI korvet, 3 KRI kapal cepat rudal, 2 kapal selam, puluhan jet tempur, 2 pesawat angkut berat multi guna, ratusan sistem peluru kendali berbagai jenis, ratusan UAV, puluhan radar GCI dan lain-lain. Sebagaimana pernyataan Presiden Prabowo berulang kali, negara yang tidak kuat manajemen pertahanannya akan mudah dikuasai sumber daya alamnya. Mengembangkuatkan investasi pertahanan saat ini bukan berarti kita ingin berperang dengan negara lain. Melainkan untuk menguatkan paradigma si vis pacem parabellum. Dengan manajemen pertahanan yang kuat, Indonesia dapat menjalankan diplomasi internasional dengan bargaining yang setara, tidak dianggap remeh. Lebih dari itu, kekuatan pertahanan yang gahar akan membuat negara lain berhitung cermat ketika ingin melecehkan teritori Indonesia.

Makna dari dua upacara kebesaran negara yang berdekatan waktunya dalam pandangan kita adalah untuk merefleksikan kesadaran bela negara dalam simpul yang lebih erat. Pertahanan semesta atau Hankamrata sesungguhnya adalah kunci kekuatan bangsa besar ini. Dan ini sudah terbukti dalam palagan perang kemerdekaan kita yang heroik itu. Saat ini pemerintah sedang mengembangkan komponen cadangan (Komcad), membangun batalyon teritorial dan mengajak seluruh masyarakat (civil society) untuk memahami dan mendukung pengembangan postur TNI sebagai kekuatan inti pertahanan semesta. Di dua upacara kebesaran negara kemarin, yang hanya berjarak 1 minggu puluhan ribu civil society on the spot berada dalam partisipasi dan perayaan bersama. Bukankah ini simbol dari sinergitas dan kohesivitas kekuatan pertahanan semesta kita di masa damai ?

****

Jagarin Pane / 18 Agustus 2025