The real exercise dari uji strategi manajemen pertempuran modern diperlihatkan di ajang Garuda Shield yang sedang berlangsung sejak 1 Agustus sampai dengan 14 Agustus 2021. Salah satu serial yang monumental adalah penerjunan 500 pasukan gabungan lintas udara AS-Indonesia dari titik pemberangkatan di Guam Pasifik menuju Baturaja Sumsel dengan 9 pesawat jet besar bermesin 4 Boeing C17 Globemaster III milik Paman Sam. Jarak Guam-Baturaja setara dengan jarak Sabang-Merauke dan pesawat angkutnya adalah yang terbesar milik AS. Luar biasa.
Militer Indonesia mendapatkan ilmu terapan manajemen pertempuran gabungan dan networking militer. Kita ketahui strategi militer AS dalam setiap operasi militer adalah berbagi peran bersama rekan sekutu. Bisa saja kita sudah dianggap sekutu menurut dia. Latgab terbesar sepanjang sejarah republik ini melibatkan sekitar 5000 pasukan angkatan darat kedua negara dengan sejumlah alutsista canggih. Bukan sekedar latihan militer biasa tetapi lebih pada bahasa show of force dan diplomasi militer bertema mengingatkan dan menguatkan. Gengsi Latgab ini bernilai cum laude karena mitra latihannya adalah militer AS yang striking forcenya number one in the world.
Bagaimanapun setiap negara punya cara dalam menjalankan diplomasi militer karena sesungguhnya cara militer adalah cara terakhir untuk menyelesaikan perselisihan dan konflik. Ketika otak cerdas para diplomat tidak mampu lagi menyelesaikan secara diplomatik maka jalan militer adalah pamungkasnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa tekanan militer China di Laut China Selatan (LCS) membuat sebagian negara ASEAN yang dilibas nine dash linenya "tertekan bathin" dan tidak nyaman. Wajar kalau ketidaknyamanan ini kemudian membuat negara-negara ini melakukan berbagai cara penguatan militer seperti memperkuat alutsista dan kolaborasi.
Indonesia menyikapi dinamika LCS berdurasi jangka panjang dan awet ini dengan memperkuat tentaranya, menambah dalam jumlah besar berbagai jenis alutsista canggih. Cara lain yang dikenal dalam diplomasi militer adalah melakukan kerjasama militer, salah satunya menggelar latihan gabungan dengan AS berskala besar. Dinamika LCS adalah pertaruhan paling kritis dan paling mematikan dibanding perselisihan diplomatik dan pertempuran di belahan dunia manapun. AS sekarang sudah meninggalkan Irak dan Afghanistan. Wilayah Teluk sudah dinomorduakan. Nomor satu adalah kawasan Indo Pasifik yang didalamnya ada LCS.
Garuda Shield adalah arena untuk mengingatkan dan menguatkan secara militer. Bahwa ketika krisis LCS berubah menjadi perang terbuka, suka tidak suka, mau tidak mau, kita harus ikut berkelahi, bersekutu, beraliansi dan bersinergi secara militer. Palagan LCS ada di halaman rumah kita. Dan halaman rumah kita itu juga sebagian diklaim pemilik nine dash line. Maka kita juga punya tanggung jawab menyelamatkan, mengamankan dan menyamankan "lingkungan RT kita" dari gangguan dan arogansi "penghuni RW" sebelah.
Dari sisi penguatan militer, Indonesia sedang mempersiapkan pengadaan alutsista secara besar-besaran. Kita mencatat deal awal pengadaan 36 jet tempur Rafale, 6 jet latih tempur T50. Kemudian pengadaan 6 kapal perang fregat Fremm Class, 2 kapal perang fregat Maestrale Class dan 1 kapal selam tonase besar. Yg sedang dalam proses pembangunan adalah 2 kapal perang Iver Class. Dari Jepang ada kabar baik bahwa kita sedang bernegosiasi untuk mendapatkan 6 kapal perang fregat siluman Mogami Class. Dari dalam negeri industri pertahanan strategis mendapat pesanan berbagai jenis alutsista tiga matra.
Dengan AS lebih banyak lagi prediksi perolehan alutsista untuk kita. Karena AS sedang membuka pintu kemudahan bagi Indonesia untuk mendapatkan jet tempur F15, F16, Hercules anyar, helikopter Chinook, Blackhawk, peluru kendali dan lain-lain. AS saat ini sedang mempersiapkan Undang-Undang untuk akses persenjataan seluas-luasnya bagi Indonesia, Malaysia, Vietnam, Taiwan dan Filipina. Secara tersirat sejatinya AS sedang berupaya dan menginginkan Indonesia berada dalam barisan kebersamaan otot militer melawan arogansi nine dash line.
Masa depan kemuraman ada di lingkungan kita dan kita harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk itu. Caranya dengan memperkuat militer mendatangkan alutsista berkualitas, cangggih dan dalam kuantitas yang mencukupi. Kemudian melakukan latihan gabungan dengan AS dan negara lain adalah salah satu cara bersimulasi bahwa kita punya teman dan sahabat berkolaborasi secara militer. Mengingatkan dan menguatkan ini adalah strategi gerak gentar untuk gizi adrenalin militer. Kita harus melakukan itu sebagai antisipasi jika badai LCS menyapu semua harapan aman, nyaman dan damai.
****
Jagarin Pane / 8 Agustus 2021