Angkatan Laut Indonesia dalam waktu dekat akan menggelar
latihan puncak sinergi kekuatan komando utamanya untuk menguji kesiapan
berbagai jenis alutsista yang dimiliki sampai saat ini. Ini adalah bagian dari
kurikulum terjadwal yang berlangsung setiap tahun yang mengambil lokasi di
berbagai tempat strategis Indonesia. Kali ini lokasinya di tempat yang sudah tidak asing lagi, lokasi
tradisional pantura Situbondo Jawa Timur.
Setidaknya ada 35 KRI berbagai jenis yang akan
ditampilkan dengan berbagai manuver tempur yang diperagakan. Termasuk uji
tembak senjata strategis yang dimiliki berupa peluru kendali anti kapal C705,
Exocet berbagai varian dan Torpedo. Mata kuliah tempur yang tak kalah menarik
adalah operasi serbu pantai dengan mengerahkan 7000 pasukan marinir berikut
dukungan berbagai jenis tank amfibi, MLRS RM Grad, Vampire dan senjata artileri
berat.
KRI AJAK 653 akan menembakkan torpedonya di latihan ini |
Armada Jaya adalah manuver tempur TNI AL yang bernilai
kolosal karena melibatkan sejumlah persenjataan gahar dan mematikan. Mulai dari simulasi pertempuran antar kapal
permukaan dengan penembakan rudal, manuver anti kapal selam, manuver anti serangan
udara, penembakan torpedo, dan puncaknya adalah serbuan pasukan marinir ke
wilayah daratan dengan bantuan dentuman artileri kapal perang, dilanjut dengan
tembakan tank amfibi, artileri, roket multi laras dan roket anti serangan udara.
Latihan Armada Jaya adalah komitmen istiqomah yang mesti
dilakukan setiap tahun untuk memastikan kesiapan tempur setiap saat. Apalagi
saat ini berbagai kapal perang baru telah mengisi armada angkatan laut, tentu
harus diuji dengan sinergitas teknologi pertempuran modern. Lebih penting dari
itu adalah ancaman terhadap teritori laut jelas-jelas sudah ada, contohnya Laut
Cina Selatan dan Ambalat. Jadi kesiagaan
dan kesiapan TNI AL adalah faktor kunci agar jika terjadi konflik teritori kita
tidak dipermalukan oleh militer negara lain.
Saat ini angkatan laut kita sedang berupaya mengembangkan
kekuatan armadanya dari dua armada menjadi tiga armada tempur. Demikian juga
dengan sejumlah alutsista yang sedang dalam proses pembuatan antara lain 3
kapal selam Changbogo, 2 kapal perang jenis PKR 10514, 2 kapal perang jenis
LST, 1 kapal jenis latih layar pengganti Dewaruci, 3 kapal jenis KCR. Termasuk juga pengadaan 11 helikopter anti
kapal selam, 2 kapal penyapu ranjau, panser amfibi, tank amfibi, roket multi
laras dan sejumlah peluru kendali.
Artileri anti serangan udara Marinir terbaru, ikut serta |
Melihat luasnya teritori laut yang harus diawasi dan
diwibawakan maka sudah sepantasnya kekuatan armada dikembangkan berikut
infrastruktur pendukung seperti pangkalan utama, gudang arsenal, komunikasi
interoperability antar kotama. Tugas berat angkatan laut ada di kesiapan dan
kehadiran setiap saat memantau batas teritori. Oleh sebab itu penguatan
alutsista dan pasukan marinir adalah syarat utama untuk kesiapan dan kehadiran
patroli sepanjang tahun.
Jika terjadi konflik maka sesungguhnya peran TNI AL
memegang posisi kunci. Dengan doktrin “berani masuk digebuk” maka organisasi
tentara laut ini harus punya kekuatan gebuk di batas teritori. Dinamika Natuna
telah memperlihatkan kesiapan ini dan akan terus dikembangkuatkan bersama matra
udara dan darat. Jadi perang yang
dimaksud jika memang harus terjadi, adalah pertempuran laut dan pertempuran
udara. Jika kedua kekuatan ini sudah dilumpuhkan musuh, maka sangat mudah
mengambil kue teritori yang diinginkan lawan.
Dalam pandangan kita lebih seringlah angkatan laut
melakukan latihan armadanya di lokasi batas teritori untuk menunjukkan bahwa kita
biasa melakukan pertempuran modern skala besar dimanapun. Kalau di Natuna dan Ambalat kita sudah sering
lakukan latihan militer, maka tempat lain seperti Aceh, Papua, NTT, Batam,
Bangka Belitung bisa dipilih karena medan tantangannya pasti berbeda. Lokasi
tradisional seperti di Situbondo itu biarlah menjadi arena latihan setingkat
batalyon dan latihan bersama angkatan
laut negara lain.
Misalnya latihan dilakukan di provinsi Aceh, perjalanan
panjang kapal perang dan pasukan marinir akan jadi ujian logistik dan daya
tahan yang menentukan termasuk kesiapsiagaan sepanjang perjalanan. Manfaat lain
yang tak kalah penting adalah menunjukkan kepada warga lokal bahwa TNI selalu
siap menjalankan tugas mempertahankan NKRI dimanapun lokasi hotspotnya. Kalau Situbondo sih terlalu dekat dengan
pangkalan utama Surabaya sehingga “greget tempurnya masih terlalu segar”, alias
durasi hari perjalanan tempur terlalu pendek untuk ukuran armada tempur.
Meski bernama latihan tempur tetapi programnya adalah
perang sesungguhnya dengan koordinasi antar satuan memakai peluru tajam, peluru
kendali beneran, torpedo beneran. Maka nilai keberhasilan latihan itu bisa
ditunjukkan pada akurasi tembakan, akurasi komunikasi sandi, kerahasiaan
komunikasi interoperability termasuk zero insiden. Termasuk tidak ada kapal perang dan alutsista
jenis lain yang mogok dijalan atau macet persenjataannya.
Suksesnya sebuah latihan tentu akan menambah rasa percaya
diri pasukan. Tak kalah penting adalah
memperkuat rasa percaya diri itu dengan alutsista baru yang berkualitas dan
berteknologi terkini. Perang modern
adalah mengadu uji kehebatan, keunggulan, kecepatan dan akurasi teknologi terkini.
Eksekusi penghancuran adalah pembuktiannya.
Jika alutsista berteknologi terkini
diperoleh militer kita dengan jumlah yang mencukupi ditambah dengan
seringnya melakukan latihan militer, ditambah lagi dengan porsi latihan spartan
yang menjadi ciri khas kehebatan militer kita, maka sesungguhnya kita telah
mewibawakan eksistensi ber NKRI tanpa harus membusungkan dada.
****
Jagarin Pane / 26 Agustus 2016