Korps marinir TNI AL adalah bagian dari sistem senjata armada terpadu (SSAT) Angkatan Laut Indonesia yang memiliki karakter khas sebagai pasukan serbu pantai. Dalam setiap serial latihan tempur armada TNI AL ditengah laut ada simulasi deteksi ranjau, deteksi kapal selam, peran tempur bahaya udara, penembakan rudal anti kapal, penembakan torpedo, logistik bekal ulang. Puncaknya adalah pendaratan pasukan marinir. Sebagai pasukan elite TNI AL, marinir mempunyai sejumlah alutsista striking force untuk pendaratan dan menguasai titik tumpu pantai. Yang terlihat kemudian adalah lebih banyak alutsista tua yang berenang menuju pantai seperti tank amfibi PT76, panser amfibi BTR50 buatan Uni Sovyet. Yang baru hanya tank BMP3F buatan Rusia dan MLRS (peluncur roket multi laras) Vampire buatan Ceko.
Sebagai kekuatan SSAT, pasukan marinir menyesuaikan performansi dan pengembangan kekuatannya dengan Armada TNI AL. Seperti kita ketahui Armada tempur TNI AL saat ini sudah mekar menjadi tiga Armada. Markas Armada Satu di Tanjung Pinang, Armada Dua di Surabaya dan Armada Tiga di Sorong Papua. Pasukan marinir (Pasmar) setingkat divisi juga menyesuaikan. Pasmar Satu di Jakarta, Pasmar Dua di Surabaya dan Pasmar Tiga di Sorong. Dengan catatan ada 1 Brigade marinir di Lampung, 1 batalyon di Pangkalan Brandan Sumut dan 1 batalyon di Batam Kepulauan Riau.
Menyesuaikan dengan pengembangan postur kekuatan, selayaknya kekuatan alutsista marinir juga ikut mekar mengembang. Dalam program MEF jilid tiga yang akan berakhir tahun depan ternyata pencapaian target pertambahan alutsista marinir baru 50 %. Kita berharap Ini menjadi program percepatan, menambah infrastruktur tempur marinir sesuai dengan marwah jati dirinya, pasukan hantu laut. Marinir perlu menambah seratusan tank dan seratusan panser untuk mengganti "si mbah" PT76 dan "si tua-tua keladi" BTR50 sesuai dengan pengembangan kekuatan dan perkembangan teknologi persenjataan. Dalam perspektif kita minimal harus ada pertambahan aset 100 tank amfibi, 150 panser amfibi dan 50 MLRS yang baru.
Kurikulum simulasi serbu pantai selama ini didahului dengan penerjunan pasukan intai amfibi, kemudian ada serangan udara langsung dengan pesawat tempur F16 atau Sukhoi untuk melumpuhkan kekuatan musuh. Dilanjut dengan tembakan meriam dari sejumlah KRI yang mengawal pasukan marinir. Pernah dicoba membawa MLRS RM Grad yang dipasang di KRI Landing ShipTank (LST) untuk meluncurkan roket. Kemudian tank amfibi, panser amfibi dikeluarkan dari KRI LST dan LPD yang berjarak sekian kilometer dari pantai. Menyusul sekoci amfibi KAPA yang mengangkut MLRS dan artileri serta pasukan marinir untuk merebut titik tumpu pantai.
Alutsista yang efektif dan efisien dengan teknologi tempur terkini adalah drone intai (UAV) atau drone bersenjata (UCAV). Di medan pertempuran darat Rusia-Ukraina, alutsista elektronik nir awak ini menjadi strategis fungsinya. Ratusan tank, panser, artileri mampu dilumpuhkan drone dari jarak jauh. Oleh sebab itu, dalam penguatan alutsista marinir sangat perlu ada penambahan skadron UAV dan UCAV, juga skadron helikopter sebagai satuan striking force. Semua disatukan dalam manajemen interoperability. Dalam pengembangan strategi pertempuran marinir ke depan penggunaan UAV dan UCAV bisa menjadi bagian operasi militer serbu pantai.
Saat ini korps marinir memiliki alutsista yang relatif baru yaitu 60 tank amfibi BMP-F buatan Rusia dan 15 MLRS Grad / Vampire buatan Ceko. Ada juga 15 unit kendaraan amfibi LVT-7A1 hibah dari Korsel. Sementara ratusan tank dan panser amfibi lainnya adalah produk lawas tahun 60an. Sudah layak diganti. Sejauh ini belum ada penambahan alutsista baru di pasukan hantu laut ini. Pernah ada proses pengadaan 80 ranpur amfibi angkut pasukan BT-3F dan 20 tank amfibi BMP-3F tambahan dari Rusia namun kelihatannya terhalang CAATSA dari AS. Sebagai pasukan pemukul strategis dan masuk unsur PPRC (pasukan pemukul reaksi cepat) TNI, selayaknya alutsista marinir diperbaharui dan diperluas. Sangat layak untuk dipercepat. Misalnya menambah aset tempur dari Turkiye atau AS. Dari Turkiye ada ranpur ZAHA, dari AS ada ranpur LVT 7. Selain itu marinir perlu dilengkapi dengan drone dan helikopter tempur serta satuan tembak rudal jarak pendek untuk pertahanan pangkalan AL.
Pendaratan pasukan marinir di dunia sepanjang sejarah adalah pertempuran heroik dan sangat menentukan. Ingat pertempuran dahsyat di pantai Normandia Perancis dalam operasi Overlord tentara sekutu tanggal 6 Juni 1944 dan Iwojima Jepang tanggal 16 Maret 1945 dalam perang dunia kedua.. Suasana pertempuran di laut dan pantai pendaratan penuh dengan dentuman dan pergerakan alutsista. Drama pertempuran, adrenalin pertempuran menyatu ditengah deru kendaraan tempur dan teriakan pergerakan pasukan. Pendaratan Normandia dan Iwojima merupakan serial penentu kemenangan tentara sekutu dalam perang dunia kedua dengan korban pasukan yang luar biasa banyaknya.
Adalah hal yang pasti bahwa pasukan marinir Indonesia dipersiapkan untuk menyerbu pantai dan pulau milik negeri yang dikuasai musuh, misalnya Natuna. Maka kekuatan alutsistanya harus modern, harus tangguh, wajib tangguh, bukan ditangguhkan. Ini syarat mutlak. Wajar kan kalau marinir wajib memiliki aset baru dan modern minimal duaratusan tank amfibi, duaratusan ranpur amfibi, limapuluhan MLRS, skadron UAV/UCAV dan skadron helikopter. Ini juga sebangun dengan target resmi MEF ketiga yang diinginkan TNI AL yaitu memiliki 182 KRI, 8 kapal selam, 100 pesawat udara dan helikopter serta 978 ranpur marinir. Tercapai 80% saja sudah alhamdulillah banget, padahal sekarang baru tercapai 50% dan tinggal setahun lagi lho.
****
Jagarin Pane / 24 Mei 2023