Penambahan alutsista TNI berjalan terus. Barusan ada kabar baik dari Dubai Air Show. Indonesia resmi memesan 2 pesawat Airbus A400M multi fungsi untuk TNI AU dengan opsi bisa menambah 4 unit lagi. Ada pertanyaan mengapa kita beli pesawat ini, bukankah kita sudah teken kontrak 5 unit Super Hercules. Dan bahkan kita sudah punya 30an Hercules di 3 skadron angkut berat JMM (Jakarta, Malang, Makassar). Pesawat A400M bisa difungsikan sebagai pesawat tanker refueling jet tempur di udara, bisa untuk angkut dan dropping pasukan dan alutsista, bisa juga untuk pemadam kebakaran hutan. Lebih dari itu pembelian ini diniscayakan sebagai bargaining position agar produksi CN 235 di PT DI bisa "berdikari" lepas dari induknya.
Saat ini 14 pesawat jet latih tempur T50 Golden Eagle sedang dalam proses pemasangan instrumen radar tempur dan rudal. Golden Eagle sudah menjadi inventori skadron 51 yang baru dibentuk di Natuna, mengawal teritori udara bersama skadron 51 UAV di Supadio AFB. Dan kita sudah teken kontrak untuk menambah lagi 6 unit T50 dengan Korsel. Sementara itu dari 10 jet tempur F16 blok 15 yang di upgrade instrumen tempurnya di skadron teknik Iswahyudi AFB, 5 unit sudah terbang dan mampu berkelahi jarak jauh, diluar jangkauan visual, berkat daya endus radar canggihnya dan punya rudal AMRAAM. Nilai istimewa dari paket ini adalah teknisi TNI AU diberi kepercayaan penuh untuk membedah jeroan F16 oleh produsen Lockheed Martin AS. Sebuah model transfer teknologi yang tepat guna tanpa banyak cingcong.
Kalau mau diurai, banyak serial dan episode yang menggembirakan soal perkuatan alutsista TNI sepanjang tahun ini. Kontrak efektif pembangunan 2 kapal perang heavy frigate Arrowhead sudah berjalan. PT PAL sedang mempersiapkan segala sesuatunya. Pembangunan kapal perang terbesar ini akan menjadi catatan tinta emas bagi Indonesia, utamanya PT PAL karena inilah pembangunan kapal perang yang belum ada contohnya yang sudah jadi di Babcock Inggris, dibangun di galangan kapal Indonesia dengan lisensi penuh. Banyak tenaga ahli dan ribuan pekerja yang terserap di proyek strategis ini. PT PAL yang sedang konsentrasi dengan berbagai paket pembangunan kapal perang dan kapal selam "melimpahkan" sebagian ordernya alias bersinergi ke PT Lundin Banyuwangi utamanya untuk pembangunan kapal cepat rudal. Lundin saat ini sedang menyelesaikan sea trial KRI Golok 688 berkarakter trimaran dan stealth. Sebuah improvisasi dari industri pertahanan swasta dalam negeri yang patut diacungi jempol.
Beberapa galangan kapal swasta nasional saat ini sedang tekun dengan proyek masing-masing. Di Lampung sedang dikerjakan pesanan 2 kapal perang OPV (Offshore Patrol Vessel). Ini untuk pertama kalinya PT Daya Radar Utama Lampung dipercaya Kemenhan membangun 2 kapal perang striking force. Sebelumnya PT DRU sukses membangun 5 kapal perang jenis LST (Landing Ship Tank). Di Batam saat ini sedang dikerjakan pembangunan 2 kapal perang LST dan kapal-kapal BAKAMLA. Galangan kapal swasta nasional di Batam sukses membangun kapal cepat rudal Clurit Class sebanyak 8 unit. Di Banten saat ini sedang dikerjakan produksi beberapa kapal patroli cepat baik untuk ukuran KRI maupun KAL.
Sementara PT PAL saat ini sedang menyelesaikan overhaul KRI Cakra 401, pembangunan 2 kapal LPD (Landing Platform Dock) rumah sakit, pembangunan 2 kapal cepat rudal dan upgrade KRI Usman Harun 358. Nah, yang luput dari perhatian kita saat ini adalah proses pembangunan 2 kapal perang jenis penyapu ranjau "Frankenstein Class" buatan Abeking Rasmussen di Jerman. Juga proses pembuatan 7 pesawat amfibi CL415/515 buatan Viking Air Kanada untuk TNI AU yang dipesan beberapa tahun lalu. Pesawat amfibi ini juga multi fungsi, salah satunya untuk pemadam kebakaran hutan. Diharapkan tahun depan secara bertahap pesanan alutsista ini sudah mulai berdatangan.
Di matra darat PT Pindad setelah sukses memproduksi ratusan panser Anoa, juga sukses memproduksi panser Badak, sudah pula lulus uji kelaikan dari Kemenhan. Pada saat yang bersamaan saat ini PT Pindad sedang memproduksi belasan tank Harimau pesanan TNI AD. Prediksi ke depan tank Harimau akan menggantikan ratusan tank AMX 13 buatan Perancis yang sudah mengabdi cukup lama. Produksi PT Pindad lainnya adalah rantis Maung, ranpur Komodo, ranpur Cobra, ranpur Sanca dan lain-lain. Pindad bersama beberapa institusi Litbang lainnya saat ini sedang mengembangkan roket R-Han 450 yang punya jarak tembak 100 km.
Indonesia dan Korsel baru saja menyepakati kelanjutan proyek prestisius pengembangan jet tempur KFX / IFX. Proyek ini sempat terhenti karena pandemi dan hal-hal teknis lainnya. Jika semuanya berjalan normal maka kita akan mendapat bagian memproduksi 48 jet tempur canggih dalam rentang waktu 8 sampai 10 tahun ke depan. Paket kerjasama teknologi jet tempur ini sudah berjalan sejak sepuluh tahun yang lalu dan kita sudah berada di dua pertiga perjalanan panjang ini. Kunci dari durasi panjang kerjasama ini adalah konsisten dan sabar menanti meski banyak godaan untuk pindah ke lain hati. Pada ruang Litbang lainnya, Indonesia saat ini sedang mengembangkan teknologi pesawat udara nir awak atau UAV. Nama produknya Elang Hitam. Pesawat nir awak akan menjadi primadona manajemen pertempuran remote controle dan sangat efektif untuk melakukan misi pengintaian dan patroli. Diharapkan tahun depan Elang Hitam sudah bisa menjelajah langit Natuna.
Serial gembira dan membanggakan yang sedang ditunggu bersama adalah kontrak efektif pengadaan 36 jet tempur Rafale, 6 kapal perang heavy frigate Bergamimi Class dan kontrak awal pengadaan kapal selam. Ini yang berminggu dan berbulan menjadi headline dan diskusi hangat di forum militer tanah air. Rafale menjadi buah bibir karena sedang trending topic di pasar marketing sejumlah negara. Rafale adalah pelepas dahaga atas kehausan kita pada kurangnya jet tempur setelah nasib 11 jet tempur Sukhoi SU35 diterpa mendung tebal. Rafale adalah jawaban cemerlang dan kepiawaian Menhan Prabowo untuk memilih yang terbaik dan tidak neko-neko dengan sejumlah persyaratan non teknis. Perancis adalah produsen alutsista yang elastis dan akomodatif dengan persyaratan pembelian alutsista ke sejumlah negara.
Semua yang diamanahkan Kemenhan soal pengadaan alutsista skala besar ini sedang dalam proses dan perlu waktu. Pengadaan alutsista memerlukan mekanisme proses yang sistematis,rentang waktu untuk berbagai proses, negosiasi, spek teknis, teknologi, harga, lender dan lain-lain. Semuanya bertahap. Kita berharap pada akhir tahun ini sudah ada kabar yang menggembirakan dan membanggakan yaitu kontrak efektif pengadaan jet tempur Rafale dan kapal perang Bergamimi Class. Hitung-hitung sebagai kado akhir tahun yang membungakan hati. Semoga.
****
Jagarin Pane / 17 Nopember 2021