Ada sejumput pertanyaan yang
diungkap, meski program perkuatan militer Indonesia melalui program MEF (Minimum
Essential Force) sudah berjalan 9 tahun, jika dibanding dengan era Trikora dan Dwikora
masih kalah cepat, kalah kuantitas, kalah greget. Maka jawaban cerdasnya adalah
waktu itu kita sedang berkonflik hebat dengan Belanda dan Malaysia. Jadi diperlukan
kekuatan militer dengan alutsista yang detterens secepatnya.
Isian alutsista waktu itu dari ala kadarnya kemudian menjadi kekuatan
penggentar hanya dalam waktu 7 tahun. Punya lebih dari 100 kapal perang, 12
kapal selam, 100 jet tempur dan pembom jarak jauh, peluru kendali SAM dan
lain-lain. Hasil perkuatan itu Belanda
dengan nasehat dari AS harus angkat kaki dari Papua dengan diplomasi PBB. Catatannya adalah kalau kekuatan militer kita
tidak galak waktu itu maka Belanda tidak akan kabur dari Papua.
Pelabuhan Indah Kiat Cilegon, bisa jadi pangkalan AL |
Nah saat ini sudah 9 tahun kita memperkuat militer kita. Memperkuat tentara
kita saat ini adalah dalam rangka mengantisipasi dinamika kawasan yang mulai
panas dingin. Terutama sejak China
mengklaim kawasan Laut Cina Selatan, meski Natuna tidak termasuk, kata dia.
Tapi tidak ada jaminan itu akan tepat omongan. Lidah diplomasi itu tergantung
suasana di hadapan dan suasana hati.
Maka menghadapi inkonsistensi lidah tak bertulang kita siapkan Natuna
sebagai benteng pertahanan berkarakter lebah. Ada yang berani ganggu kita
sengat. Isian berbagai jenis alutsista kita penuhi baik untuk matra darat, laut
dan udara. Ada tiga lapis radar, ada kesiagaan jet tempur, ada patroli rutin
KRI striking force, ada UAV, ada 1 brigade pasukan pemukul reaksi cepat.
Proses pengadaan alutsista sedang berjalan sebagaimana juga pembangunan di
sektor lain. Peta jalan pengadaan alutsista ke depan adalah untuk memenuhi
konsep interoperability antar matra dan bagian pengelolaan sistem pertempuran
modern yang dikenal dengan Network Centric Warfare. Natuna adalah contoh yang
sudah jadi hard infrastucture nya berupa pangkalan militer 3 matra.
Kogabwilhan (Komando Gabungan Wilayah Pertahanan) yang sudah dipersiapkan
sejak 10 tahun yang lalu baru sekarang mulai direalisasikan. Artinya memang tidak
perlu tergesa-gesa membentuk satuan baru ini. Disamping tidak efektif juga
belum banyak keterisian alutsista pada sepuluh tahun yang lalu. Sama halnya
ketika kita bangun kapal perang, tidak serta merta lengkap dengan isian
sejumlah rudal dan lain-lain. Semuanya
bertahap sesuai ketersediaan anggaran.
Dua kapal perang striking force kita yang canggih Martadinata Class yang
dibangun 2 tahun lalu baru sekarang diisi dengan berbagai jenis persenjataan
berteknologi terkini. Demikian juga
dengan KRI Fatahillah yang baru diremajakan tidak perlu terburu-buru diinstall
dengan persenjataan rudal anti kapal atau rudal anti serangan udara. Semuanya
bertahap.
Coast Guard (Bakamla) kekuatan lapis kedua TNI AL |
Kapal-kapal Coast Guard kita (Bakamla) yang baru dibuat juga sudah
disiapkan tempat untuk instalasi peluru kendali dan persenjataan mematikan. Suatu saat jika diperlukan sebagai lapis
kedua kekuatan angkatan laut selain TNI AL kapal-kapal Bakamla bisa dipersenjatai
dengan rudal atau torpedo dan lain-lain.
Jika sekarang Kogabwilhan dioperasionalkan itu karena ruang kendali wilayah
atau titik panasnya sudah ada yaitu Natuna. Pangkalan militer sudah ready for
use, isian alutsista sudah disebar. Yang sedang dipersiapkan soft
infrastructure Network Centric Warfare. Kogabwilhan diperlukan sebagai
antispasi rantai komando lapangan di suatu wilayah yang mensinergikan 3 matra,
bereaksi cepat dan tanggap.
Semua proses itu, pengadaan alutsista dan pembentukan Kogabwilhan, berjalan
terukur dan direncanakan dengan baik oleh pemikir dan pengambil keputusan strategis
di Kemhan dan Cilangkap. Semuanya bertahap dan lagian kita kan tidak dalam
posisi berkonflik dengan negara lain. Ini tentu beda dengan suasana Trikora dan
Dwikora dulu.
Kita mengantisipasi situasi di kawasan kita dengan perebutan teritori
penyimpan sumber daya alam tak terbarukan. Contohnya Laut Cina Selatan, Ambalat
dan boleh jadi suatu ketika ada yang coba mengganggu Papua. Makanya pembangunan
Armada ketiga, Divisi ketiga Marinir, pembangunan skadron-skadron TNI AU dan
Divisi ketiga Kostrad semuanya disebar di kawasan timur negeri ini utamanya di
Papua.
Saat ini sedang berjalan proses-proses pemenuhan kebutuhan pertahanan
kita. Kita meyakini dalam program MEF
jilid 3 periode 2020-2024 semua program pemenuhan kebutuhan untuk memperkuat
militer kita bisa terlaksana dengan bagus.
Siapapun yang akan memenangkan pemilihan pemimpin negeri ini tahun ini, tetaplah
dia selalu amanah dan istiqomah untuk memperkuat benteng pertahanan republik
yang luas, kaya dan strategis ini.
****
Jagarin Pane / Yogya, 11 Februari 2019