Angkatan udara Indonesia baru saja meresmikan 2 skadron angkut militer di
kawasan timur Indonesia. Di Makassar digelar skadron angkut berat Hercules,
namanya Skadron 33. Di Biak Papua di gelar skadron angkut sedang CN235/CN295,
namanya skadron 27. Pesawat dan kru diboyong dari Jawa.
Pengembangan skadron angkut di wilayah timur merupakan langkah strategis
karena wilayah ini sejatinya adalah prioritas kecepatan dalam setiap kondisi
operasi militer maupun operasi militer selain perang. Makassar dipilih sebagai
markas skadron Hercules dalam rangka memenuhi interoperablity antar satuan
tempur karena di wilayah ini ada satuan tempur PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi
Cepat) Kostrad TNI AD.
Sementara Biak dipilih sebagai home base skadron 27 angkut sedang, sangat
membantu mobilitas gerakan militer di Papua yang kontur buminya sangat
menantang. Di Biak juga sudah tersedia infrastruktur militer seperti Radar, Paskhas
dan menjadi markas Koopsau III. Masih
ada dua skadron lagi yang akan mengisi kekuatan timur Indonesia yaitu skadron
Helikopter di Jayapura dan skadron tempur di Kupang atau Biak.
Jet tempur F16 di Lanud Biak |
Pengembangan kekuatan pertahanan udara Indonesia terus dibangun karena
memang belum sampai pada tahap kekuatan minimal yang harus dimiliki negeri
kepulauan ini. Itu sebabnya program MEF (Minimum Essential Force) yang ditarget
selesai tahun 2024 adalah sebuah kekuatan yang baru sampai di kriteria minimal.
Untuk mencapai kekuatan minimal itu, TNI AU masih memerlukan tambahan
kekuatan minimal 3 skadron tempur, 1 skadron angkut berat, 1 skadron angkut
sedang, 5 radar militer, 2 jet tanker isi ulang BBM di udara, 2 pesawat
AEW&C. Ini sebuah target yang
realistis lho dan diharapkan tahun 2024 sudah bisa dipenuhi.
Tiga skadron tempur yang dinantikan adalah 11 jet tempur Sukhoi SU35 dan 32
Jet tempur F16 Viper. Skadron angkut berat Hercules akan mendapat tambahan 6
Hercules gress dari AS sementara skadron angkut sedang yang sudah mendapatkan 9
CN295 akan ditambah 3 unit lagi.
Infrastruktur pangkalan udara sudah tersedia di berbagai tempat. Ada Natuna, ada Tarakan, ada Morotai, ada
Biak dan sebagainya. Ada infrastruktur
yang bagus di Lanud Soewondo (ex Polonia) di Medan tapi kosong dengan pesawat
militer. Maka sangat layak skadron Hawk dan
F16 di Pekanbaru sering-sering bermain di Medan biar tidak kesepian gitu.
Armada Hercules TNI AU |
Pontianak di plot menjadi home base jet tempur F16 Viper. Lokasi pangkalan udara ini paling dekat
dengan Natuna sehingga sangat tepat menempatkan jet intersep di bumi
khatulistiwa ini. Sementara jet tempur Hawk yang tersedia saat ini bisa
diinapkan di Natuna sebagian. Patroli sekeliling Laut Natuna Utara.
Jika program MEF jilid III bisa diselesaikan tahun 2024, kita baru sampai
pada kriteria kekuatan minimal. Artinya kekuatan angkatan udara kita yang
menjaga negeri jamrud khatulistiwa ini punya inventori alutsista 27 jet tempur
Sukhoi SU27/30/35, 66 jet tempur F16 blok52/Viper, 15 jet tempur latih FA50, 32
jet tempur taktis Hawk 100/200, 15 pesawat Super Tucano, 36 Hercules, 12 CN295,
16 CN235, 2 jet tanker isi ulang BBM di udara, 2 pesawat AEW&C.
Kekuatan ini sudah melebihi kekuatan TNI AU jaman Dwikora meski tidak punya
pesawat pengebom strategis seperti era Dwikora. Kekuatan minimal ini patut
disyukuri karena ini kekuatan pertahanan, bukan kekuatan ekspansi. Isian alutsista angkatan udara perlu
investasi anggaran yang besar karena angkatan udara adalah teknologi dan kekuatan
penggentar.
Maka membangunkembangkan angkatan udara sejatinya adalah membangun
teknologi pertempuran terkini yang mampu bersinergi dengan matra lain. Investasinya cukup menguras anggaran negara
tetapi marwah teritori negeri akan terangkat dan disegani. Kekuatan Angkatan
udara adalah martabat dan kebanggaan
setiap negara. Kita harus mendapatkan
marwah itu.
****
Solo, 14 Juni 2019
Jagarin Pane