Belum lagi reda dan
lega soal diguntingnya proses pengadaan jet tempur Sukhoi SU35 karena tekanan
Uak Sam, muncul lagi berita soal rencana pembatalan order 3 kapal selam
Nagapasa Class batch 2. Lho kok bisa. Padahal sudah dievaluasi secara
komprehensif sebelum dilanjut ke jilid dua.
Kali ini
yang mengambil inisiatif untuk meninjau ulang proyek prestisius ini adalah kita
sendiri. Seperti kita ketahui Indonesia sembilan tahun yang lalu melakukan pola
kerjasama pembuatan 3 kapal selam U209-1400 dengan Korsel melalui transfer
teknologi.
Seri asli
U209-1200 adalah kapal selam buatan Jerman. Turki dan Korsel sukses mendapatkan
ilmu transfer teknologi dari Jerman. Kapal selam lawas kita KRI Cakra 401 dan
KRI Nanggala 402 adalah jenis U209-1200 asli buatan Jerman tahun 1980.
Dua kapal selam TNI AL sedang berparade dalam HUT TNI |
Nah
ketiga kapal selam Nagapasa Class itu sudah selesai pembuatannya. Dan April
2019 kembali dilakukan sign kerjasama pembuatan 3 kapal selam batch 2 bernilai
US$ 1,2 Milyar. Sekaligus melanjutkan program transfer teknologi. Lalu muncul
berita dari media militer luar negeri Jane's.
Apa
pasal. Cerita yang berkembang proyek yang juga dikenal dengan Changbogo Class
ini tidak memuaskan User dari sisi performance dan endurance. Salah satu
keandalan kapal selam adalah sunyi dan senyap. Nah tingkat senyap ini yang
menjadi soal besar Nagapasa Class. Kapal selam kok berisik sih, begitulah bunyi
keluhannya. Mudah terdeteksi.
Proyek
pembangunan 3 kapal selam tahap I itu bernilai US$ 1 Milyar. Kita kirim
seratusan insinyur ke Korsel. Kita buat infrastruktur galangan kapal selam
modern di PT PAL Surabaya. KRI Nagapasa 403 dan KRI Ardadedali 404 dibuat di
Korsel. Kapal selam ketiga KRI Alugoro 405 dibangun di PT PAL. Selesai.
Semua
berjalan dengan baik. Lalu mengapa tiba-tiba muncul kontroversi. Pertanyaannya
kalau memang bermasalah di jilid I mengapa proyek jilid dua dilanjut. Dua
Menhan sebelumnya yaitu Purnomo Yusgiantoro dan Ryamizard Ryacudu seirama
jalannya dan melanjutkan proyek bergengsi ini. Lalu mengapa saat ini muncul
evaluasi. Bagaimana dengan kualitas evaluasi sebelum ditandatangani kontrak
batch 2.
Pembatalan
kontrak tentu berimplikasi luas. Mulai dari soal denda, ilmu transfer teknologi
belum selesai, investasi infrastruktur kapal selam sia-sia. Belum lagi
ketersinggungan diplomatik. Juga kekecewaan sang guru yang sudah bertahun-tahun
berinteraksi dengan muridnya. Murid pun pasti kecewa.
Pandangan
kita mari cermati dulu secara seksama dan bijaksana. Ajak semua pemangku
kepentingan bicara termasuk tim evaluasi terdahulu. Pihak Korsel juga diajak
bicara. Dan Korsel juga punya hak publikasi untuk menjelaskan duduk perkaranya.
Semua untuk obyektivitas penilaian.
PKR10514, mestinya tidak hanya dua unit |
Catatan
kita ada tiga proyek strategis industri pertahanan kita yang bekerjasama dengan
pihak luar. Dan ketiganya bermasalah. Proyek pengembangan jet tempur KFX/IFX
dengan Korsel macet di dua pertiga perjalanan. Proyek kapal perang PKR 10514
kerjasama alih teknologi dengan Belanda tersendat hanya sampai produksi dua
kapal saja. Lalu Nagapasa jilid 2 tiba-tiba disapu mendung pekat.
Sesungguhnya
jika ketiga proyek inhan yang bergengsi ini bisa diselesaikan, dalam lima tahun
kedepan kita sudah menguasai teknologinya. Pertanyaannya mungkinkah Korsel
berkhianat alias tidak mengajarkan transfer teknologi yang berkualitas. Atau
Belanda yang setengah hati menuangkan ilmu PKR nya untuk ilmuwan kita.
Atau ada
pihak-pihak yang tidak senang dengan program strategis ini. Jika kita sukses
dengan tahapan transfer teknologi di ketiga proyek besar ini, luar biasa
dampaknya. Kita sudah bisa mensuplai kebutuhan alutsista strategis meski
komponen produksinya tetap harus kerjasama hitung-hitungan bisnis dengan pihak
luar.
Solusi
yang bisa disampaikan dalam pandangan kita teruskan saja Nagapasa jilid 2.
Sejalan dengan itu buka lagi proyek kerjasama pembangunan kapal selam dengan
Turki. Bukankah kita masih butuh minimal 12 kapal selam dalam program penguatan
militer kita.
Sekarang
sudah ada 5 kapal selam. Ditambah dengan kontrak 3 kapal selam Nagapasa Class
batch 2. Baru ada 8 kapal selam. Kebutuhan 4 kapal selam bisa kerjasama dengan
Turki yang juga satu perguruan U209. Jadi transfer teknologi dengan Korsel
berlanjut dan dengan Turki dibuka lagi program yang sama. Bukankah materi
kuliah dasarnya relatif sama, U209.
****
Solo, 04 April 2020
Solo, 04 April 2020
Jagarin Pane
Penulis adalah pemerhati pertahanan dan alutsista TNI
Penulis adalah pemerhati pertahanan dan alutsista TNI