Sudah lama digadang-gadang, ditunggu-tunggu akhirnya menjadi
kenyataan. Salah satu kekuatan pemukul terintegrasi TNI untuk tiga wilayah
pertahanan resmi beroperasi. Terhitung tanggal 27 September 2019 tiga panglima
bintang tiga dari tiga matra resmi dilantik Panglima TNI.
Tanjung Pinang menjadi markas Kogabwilhan I, hot spotnya adalah
Natuna, Kogabwilhan II markasnya di Balikpapan hot spotnya Ambalat. Kogabwilhan
III markasnya di Biak, hot spotnya Papua.
Dulu di era Orba dikenal istilah doktrin pertahanan, masuk dulu
baru digebuk. Artinya musuh yang mencoba masuk teritori Indonesia dibiarkan
masuk dulu baru kemudian dipukul mundur. Ini yang disebut Java Centris. Pasukan
dari Jawa yang kemudian akan menggebuk musuh yang sudah masuk.
Ucav CH4, bagian dari kekuatan pertahanan kita |
Sekarang doktrin masuk dulu baru digebuk alias pola defensif
pasif tidak layak untuk dikedepankan. Perkembangan dinamika kawasan seperti
Laut Cina Selatan dan Ambalat mengharuskan kehadiran KRI yang terus menerus.
Ongkos operasional dan logistik manakala mengerahkan sejumlah
KRI dari Jakarta atau Surabaya jelas tidak efektif. Belum lagi kecepatan respon
kehadiran memerlukan durasi lebih lama.
Maka tersedianya pangkalan militer tri matra di Natuna adalah
bagian dari perwujudan pola pre emptive strike, berani masuk digebuk.
Kogabwilhan menjadi leader dari manajemen pertempuran interoperability tiga
matra dalam kurikulum baru yang canggih, network centric warfare.
Kita sudah punya Kostrad divisi 1,2,3. Kita sudah punya Pasmar
1,2,3. Kita sudah punya Armada 1,2,3. Kita sudah punya Koopsau 1,2,3. Maka
integrasi organisasi ketiganya ada di Kogabwilhan 1,2,3.
Pola network centric warfare sudah diuji coba dalam Latgab TNI
bulan September 2019 di Jawa Timur. Pola ini akan lebih disempurnakan pada
tahun depan. Targetnya mulai tahun depan TNI akan komprehensif menggunakan
network centric warfare.
F16 Viper, akan memperkuat skadron tempur kita |
Ini perkembangan yang membanggakan. Apalagi jika sudah
dilengkapi dengan sejumlah alutsista berdaya gebuk tinggi. Seperti jet temput
Sukhoi SU35, F16 Viper dan peluru kendali SAM jarak menengah dan jauh. Serta
sejumlah KRI kelas fregat.
Kita sangat menantikan tumbuhkuatnya militer kita sejalan dengan
tumbuhkembangnya Gdp. Kita punya potensi menjadi negara dengan kekuatan ekonomi
10 besar dunia. Maka kekuatan militer kita seharusnya juga tumbuh menjadi kekuatan
yang disegani.
Sehingga pola pre emptive strike kita mampu menjadi sebuah
kekuatan pemukul yang menjerakan. Kogabwilhan diniscayakan akan menjadi
kekuatan penyengat apabila sejumlah alutsista canggih sudah hadir.
Maka kehadirannya mesti dipercepat, bukan diperdebatkan. Pengen
Iver, pengen PKR akhirnya jalan ditempat. Sementara negara lain kecepatan dan
percepatan kedatangan alutsistanya tidak bertele-tele. Sedikit bicara barang
berdatangan.
Kita lambat dalam proses pengadaan jet tempur Sukhoi SU35. Tiba-tiba
SU57 sudah ditawarkan ke Myanmar. Artinya kalau SU 35 hadir, momentumnya sudah
tidak jreng lagi alias biasa-biasa saja.
Oleh sebab itu figur Menhan kabinet mendatang harus diisi dengan
figur yang cerdas, tidak bertele-tele dan tegas. Kogabwilhan sudah ada sudah
dibentuk, maka isian alutsistanya harus segera dipenuhi.
Makna berani masuk digebuk adalah kehadiran dan kecanggihan
alutsista di perbatasan. Tanpa itu bisa jadi doktrin pertahanan kita menjadi
bahan ejekan negara yang sedang bangun kekuatan militernya. Emang elu berani
gebuk gua, emang elu udah kuat, katanya.
****
Malang, 11 Oktober 2019
****
Malang, 11 Oktober 2019
Jagarin Pane