Kunjungan Menhan RI Ryamizard Ryacudu ke AS melintasi
Lautan Pasifik singgah di Hawaii baru kemudian ke Washington DC tanggal 07
sampai dengan 15 Mei 2015 bukanlah sekedar kunjungan basa basi. Di Hawaii
Menhan bertemu dengan dua komandan Pasifik yaitu komandan Armada dan komandan
Angkatan Darat, dua komando yang bertanggung jawab terhadap gejolak dan huru
hara keamanan di sepertiga cekungan bumi.
Intinya adalah AS tentu harus terus menerus merayu Indonesia sebagai bumper utama jika terjadi
huru hara di Laut Cina Selatan (LCS). Cara AS menghadapi musuh atau saingannya
adalah dengan membentuk aliansi pertahanan atau aliansi serang lawan. Selalu bernuansa keroyokan, begitu gayanya, hampir
tak pernah berkelahi sendirian dan tak pernah jua berkelahi di rumah sendiri.
Nah Indonesia harus diajak untuk ikut dalam barisan aliansinya.
Armada laut Indonesia, harus selalu siap sedia |
Kali ini lawan potensial yang bakal di hadapi di “hari
kemudian” adalah Cina, sosok naga yang
makin menunjukkan taring kekuatan ekonomi dan militer yang tak terbendung
lagi. Musuh masa depan AS yang
sesungguhnya adalah Cina. Itu sebabnya
mulai tahun kemarin AS secara bertahap memindahkan perangkat dan armada
militernya ke kawasan Asia Pasifik sampai mencapai 60% kekuatan yang ada di
seluruh dunia.
Indonesia sebagai pemilik teritori kepulauan yang
memisahkan Lautan Pasifik dan Lautan India punya peran strategis untuk operasi
militer skala besar di LCS jika huru-hara itu benar-benar terjadi. Oleh sebab itu para pemikir strategis AS
tentu harus memperhitungkan posisi Indonesia yang luas itu sebagai penyekat dan
benteng untuk menghadapi Cina. Australia juga sangat berkepentingan dengan
bumper yang bernama Indonesia itu sehingga dia harus baik-baik dan tahan diri.
Saat ini kerjasama pertahanan dengan AS diperluas. Ada kerjasama konsultasi manajemen
pertempuran modern, ada kerjasama cyber war, ada kerjasama pelatihan personel
militer, ada kerjasama antar kesatuan militer. AS juga tak pelit lagi menjual
alat tempur modernnya seperti helikopter Apache dengan rudal hellfirenya, jet
tempur F16 dengan rudal Air to Air dan Air to Surface. Kemudian ada Heli Chinook dan tawaran F16
blok 60 dan kapal perang OHP Class.
Pembangunan pangkalan militer Cina di LCS |
Skenario jika terjadi huru hara di LCS bagi AS dan
Australia adalah memanfaatkan teritori Indonesia sebagai medan lintasan armada
laut, lintasan jet-jet tempur dan pembom strategis dari selatan. Lebih penting
dari itu khasiatnya adalah jangan sampai Indonesia terhasut dengan Cina, jangan
sampai Indonesia dipeluk Cina, jangan sampai Indonesia digendong Cina, jangan
sampai Indonesia masuk dalam blok Cina. Posisi netral adalah posisi yang paling
minimalis di mata AS.
Oleh sebab itu ruang luas untuk kerjasama militer dibuka
AS untuk Indonesia. Silakan mau pilih kerjasama model apa, namanya juga lagi
mengambil hati. Ditawarkan kapal perang
OHP Class masih jual mahal gak papa, ditawarkan F16 blok mutakhir masih mikir
gak papa, ditawarkan PC3 Orion masih merem melek gak papa. Yang penting ente ikutlah dengan barisan kami
sebagai perisai garis depan, begitu yang ada dalam pikiran Pentagon. AS sudah
mewanti-wanti bahwa konflik LCS bukan konflik kelas teri dan konflik itu ada di
depan halaman kita.
AS, Australia, Jepang, Korsel sejatinya adalah kekuatan
pemukul yang mampu menghancurkan kekuatan militer Cina jika terjadi perang
terbuka. Tetapi dengan kondisi sekarang
model yang paling disukai adalah dengan model proxy war, mendorong “pelanduk”
untuk tampil ke depan sementara si “gajah” petintang petinting di belakang. Lalu memperbanyak sekutu sebanyak mungkin
agar resiko tidak ditanggung sendiri alias ditanggung rame-rame. Jadi gak rugi sendiri.
Pemikir-pemikir strategis Indonesia sesungguhnya paham
dengan dinamika itu. Ingin berdiri
ditengah serba salah karena arena ring pertempuran terimbas ke wilayahnya.
Ingin jadi wasit di tengah ring tinju sengketa belum menunjukkan kemampuan
diplomasinya, salah-salah malah bisa menjadi korban dari salah seorang petinju.
Tetapi kita meyakini bahwa pada saatnya Jakarta bisa memilih yang terbaik dari
posisi netralnya saat ini.
Suhu tinggi di LCS hari-hari belakangan ini sangat
terasa. Pengintaian yang dilakukan oleh
pesawat Poseidon AS di LCS disikapi dengan reaksi keras oleh Cina. Pembangunan pangkalan militer Cina di LCS
dipastikan akan menciutkan nyali negara lawan klaimnya. Hanya AS yang mampu menandingi kekuatan Cina.
Maka untuk menjawab kemarahan Cina sehubungan dengan insiden Poseidon beberapa
hari yang lalu, Juli nanti akan dilakukan latihan militer gabungan antara AS,
Australia dan Jepang di LCS melibatkan puluhan ribu pasukan dan berbagai
alutsista teknologi terkini.
Kita berpendapat Jakarta harus cepat mengambil langkah
antisipatif terhadap kondisi sekitar Natuna yang demamnya semakin meninggi. Perkuatan
militer harus dipercepat. Natuna harus dibenahi segera, apakah itu perluasan
pangkalan AL dan AU. Percepat pengiriman alutsista. Kapal-kapal perang sekelas
Destroyer atau Fregat diperbanyak. Manfaatkan ruang kerjasama militer dengan AS
seluas-luasnya. Jangan sampai telat mikir atau berpikir pola makelar.
Tanpa bermaksud mendramatisir, cuaca LCS itu bisa meledak
setiap saat. Segeralah bertindak,
perkuat Natuna, perkuat Riau, perkuat Kalimantan. Mana tuh Kogabwilhan, statusnya masih
terdengar mulu, belum terdaftar apalagi diakui atau disamakan. Masih jauh kan padahal “Belanda” sudah dekat. Jangan sampai niat awal yang tulus untuk
memperkuat “bangsaku” dalam perjalanan kemudian yang terjadi justru memperkuat “bank
saku”.
****
Semarang, 28 Mei 2015