Selama lima tahun terakhir ini sesungguhnya anggaran
pertahanan Indonesia mengalami peningkatan yang cukup terang. Tahun 2015 ini anggaran belanja militer kita
sudah mencapai 102 trilyun rupiah. Meski demikian karena kita sudah terlalu
lama menguzurkan alutsista, jumlah sebesar itu dan bahkan anggaran belanja
khusus alutsista sebesar US $ 15 milyar sepanjang lima tahun rezim yang lalu
belum mampu memperkuat energi alutsista yang sudah terlanjur sepuh selama
puluhan tahun.
Di banyak negara karena perkembangan teknologi militer
yang begitu cepat, dari analog ke digital maka berbagai alutsista jadul mereka segera
di pensiun dini dan diganti dengan yang “fress graduate”. Lain di negeri ini sampai usia 60 tahun pun
masih bisa diperpanjang masa kerjanya sampai pikun. Sampai-sampai ada yang bilang yang penting
bisa meletus, perkara kena itu urusan belakang.
MBT Leopard TNI AD, kita punya 110 unit. |
Itulah sebabnya untuk mempercepat ketahanan dan
kedaulatan energi alutsista ada pemikiran cemerlang dari Pemerintah dan DPR
untuk merumuskan cara pandang baru memperkuat belanja alutsista dengan
meninggikan persentase rasionya sebesar 1,5% -2% dengan faktor PDB. Tentu peta jalan yang tengah dirintis ini
kita sambut dengan sambitan bertubi-tubi ke kolam kegembiraan karena jika
formula itu diterapkan maka porsi belanja alutsista kita akan mampu menyalip
Singapura. Lebih penting dari itu adalah
keinginan membeli dan atau melakukan transfer teknologi persenjataan akan
terang benderang.
Ibarat sebuah tagline majalah olahraga, semua ada apa pun
bisa. Prediksi kita formula berbasis PDB
akan diterapkan pada anggaran 2017, maka sudah tentu lonjakan anggaran itu akan
dirasakan mulai anggaran 2017 nanti. Sekedar informasi bahwa PDB Indonesia
tahun 2014 sebesar US$ 887 Milyar. Jika formula 1,5% diterapkan maka jumlah
anggaran pertahanan kita bisa mencapai US$ 13 M, sebuah lonjakan yang
menyenangkan. PDB Indonesia pernah mencapai angka terbaiknya di tahun 2012
yaitu sebesar US$ 921 milyar, setelah itu turun terus.
Jet tempur F16 TNI AU, kita punya 34 unit ( 2 skuadron) |
Tahun depan sudah ditetapkan anggaran pertahanan sebesar
96T rupiah turun dari tahun berjalan saat ini.
Namun masih ada anggaran di luar pagu itu yaitu anggaran untuk beli
alutsista Sukhoi SU35, BMP 3F dan peluru kendali SAM jarak menengah yang
ditawarkan Rusia dengan pinjaman luar negeri. Artinya secara APBN turun namun
secara real jumlahnya meningkat.
Kita meyakini bahwa tahun 2016 dan seterusnya pertumbuhan
ekonomi Indonesia akan begerak naik menuju 6% sampai 7% pada tahun 2018.
Pembangunan infrastruktur yang digeber secara besar-besaran diharapkan mulai
bermanfaat dalam dua tiga tahun ke depan. Kelemahan investasi kita ada di
sektor infrastruktur maka pembangunan dan penguatan jalan raya, jalan tol,
kereta api, jembatan, pelabuhan laut, bandara semua terlihat berpacu dengan
waktu. Sekilas contoh, jalan raya pantura Jawa saat ini sedang mengalami
penguatan spektakuler berupa pengecoran beton dua lapis di lebih dari 20 titik
dengan anggaran terbesar sepanjang sejarah.
Dengan anggaran pertahanan mencapai US$ 13 M pertahun
maka keleluasaan untuk belanja akan semakin terasa. Boleh jadi kita akan mampu membeli 2 skuadron
SU35, 1 skuadron F16 Viper, beberapa kapal perang berkualifikasi destroyer,
kapal selam, peluru kendali SAM jarak menengah dan bahkan mampu mengembangkan
kekuatan industri pertahanan dalam negeri. Kita sudah punya industri pertahanan yang
bernilai strategis yang memproduksi berbagai alutsista segala matra.
Kita juga sedang membangun infrastruktur kapal selam di
PT PAL Surabaya bersamaan dengan sedang dibangunnya beberapa kapal perang jenis
PKR, KCR dan kapal patroli lainnya. Oleh sebab itu pertambahan dan pertumbuhan
anggaran pertahanan tahun-tahun mendatang sangat mampu menghidupkan berbagai
industri pertahanan dalam negeri baik yang bernama BUMN atau swasta nasional. Inilah
kabar baik itu yang tentu perlu disambut dengan luapan kegembiraan.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari konsep bela
negara di negara modern maka disamping penguatan daya juang patriotik yang
sedang digemakan untuk anak bangsa, sangat penting jua untuk mempercepat proses
penguatan alutsista utamanya matra laut daan udara. Belanja alutsista dengan
menggelontorkan dana untuk membeli 2-3 skuadron tempur baru, kapal perang kapal
selam dan peluru kendali merupakan daftar wajib belanja utama.
Marinir Indonesia, kita punya 2 divisi dan akan tambah 1 divisi lagi |
Yang menarik adalah ketika kita sedang membuat daftar
belanja alutsista, pada saat yang sama berdatangan juga berbagai jenis
alutsista baru pesanan MEF-1. Ada
pesawat Super Tucano, ada KRI Spica, ada F16 blok 52, MBT Leopard, Helikopter
Fennec, Helikopter AKS, Cougar,Kapal Selam, KCR dll. Jadi dalam kurun lima
tahun ke depan akan terus berdatangan berbagai jenis alutsista sebagai
kelanjutan dari program MEF-1 dan MEF-2. Inilah gambaran betapa saat sekarang dan
ke depan kita akan terus menerus menambah gizi dan energi alutsista.
Pertambahan alutsista yang terus menerus ini sesungguhnya
menarik perhatian jiran sebelah, khususnya Malaysia. Forum militer negeri jiran
itu sampai tak bersemangat lagi menulis artikel militer mereka, tidak
bersemangat lagi berdiskusi tentang kehebatan militer mereka yang selama lima
tahun sebelum ini merasa paling super lalu mengolok-olok negeri kita. Mereka akhirnya pada takjub menyaksikan
program pembaharuan alutsista tetangganya yang bernama Indonesia dan mereka
sudah dapat membayangkan betapa hebatnya kekuatan militer Indonesia lima tahun
ke depan. Apalagi jika Natuna jadi
pangkalan militer terpadu, ini akan mengkhawatirkan pada jalur logistik militer
ke Sabah dan Sarawak. Mereka sendiri yang bilang lho.
Apapun itu gelaran perkuatan alutsista kita memang sebuah
kewajiban. Jika anggaran berbasis PDB
diterapkan tentu akan semakin membungakan semangat bertanah air. Sesungguhnya
program bela negara yang sedang digalakkan itu jika disinergikan dengan program
perkuatan alutsista tentara maka gelora kebangsaannya akan menimbulkan gaung
yang amat keras dan kuat. Gaung yang
kuat dan gempita itu kemudian akan kembali melahirkan lagu mars, ini dadaku
mana dadamu, ini tanah airku jangan sekali-kali kamu ganggu jika tak ingin
gagu.
****
Jagarin Pane / 16 Nopember 2015