Jawaban cemerlang juru bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir belum
lama ini sungguh sangat membungakan hati kita: Pembangunan Indonesia tidak dipengaruhi
bantuan Australia. Indonesia tidak dalam kapasitas meminta-minta bantuan
Australia dan adalah hak Australia untuk tidak memberikan bantuan dalam bentuk
apapun kepada Indonesia. Ini adalah
jawaban yang mampu memukul wajah negeri itu yang senangnya mengancam Indonesia
dengan berbagai jurus sehubungan dengan ditembak matinya 2 gembong narkoba Bali
Nine baru-baru ini.
Sinyal adrenalin TSel (Tetangga Selatan) belakangan ini
menuju tensi tinggi karena tidak legowo dengan matinya 2 warga negaranya yang
tersangkut pidana narkoba. Mulai dari
ancaman akan membekukan bantuan luar negerinya kepada Indonesia sebesar 4
trilyun, mengajak boikot warganya ke Bali, memberi beasiswa dengan nama
“pahlawan” Bali Nine, menghalangi dan membatalkan perjalanan Sby ke Perth
sampai dilarangnya mahasiswa kita ikut kuliah di sebuah universitas disana.
Halim AFB, salah satu basis kuat TNI AU |
Sesungguhnya Australia memerlukan Indonesia dalam segala
hal. Artinya kita sesungguhnya begitu
penting di mata mereka. Negeri
berpenduduk 250 juta ini adalah pasar ekonomi yang bisa mempengaruhi kehebatan
negeri itu. Ada puluhan ribu mahasiwa Indonesia di Australia yang tentu ikut
menggeliatkan ekonomi negeri itu. Peternak sapi Australia memerlukan pasar
besar yang bernama Indonesia. Indonesia sesungguhnya juga merupakan bumper bagi
Australia terutama menghadapi ancaman militer raksasa Cina yang mulai menyemburkan
api lidah naga di kawasan sekitarnya.
Arogansi cara bertetangga negeri warisan aborigin itu
tidak telepas dari persepsi dan perspektif pengendali pemerintahannya yang
merasa selalu diatas angin dan kesan mendikte jika berselisih paham dengan RI. Maunya dia ya kemauan dia yang diikuti sebab
kalau tidak maka menu omongan bernama dan bernada ancaman dia teriakkan dengan
sok jagoan misalnya tarik duta besar, boikot pariwisata, ungkit-ungkit bantuan
tsunami dan seterusnya. Kita
berkesimpulan bahwa pengendali pemerintahan disana memang tidak menunjukkan
cara pandang yang bijaksana dan dewasa dalam hubungan pertetanggaan khususnya
dengan Indonesia. Yang dikedepankan hanya arogansi dan merasa kastanya lebih
tinggi.
Terkait dengan hubungan kerjasama pertahanan dan militer dengan
kita, ada beberapa kerjasama yang sedang
on going project, misalnya hibah berbayar 5 Hercules dan pembelian 4 Hercules
bekas. Kemudian kerjasama pelatihan
militer antar kedua negara. Lebih penting dari itu adalah Australia harus
memelihara hubungan ekonomi, militer dan kepolisiannya dengan kita karena
kebutuhan masa depannya. Apalagi saat
ini Indonesia sedang melaksanakan modernisasi militernya di segala matra.
Uji tembak peluru kendali Exocet Blok 3 |
Perkuatan militer Indonesia pada saatnya nanti akan
memberikan kekuatan pertahanan diri yang setara dengan negeri itu. Artinya tidak bisa lagi Australia meremehkan
kekuatan militer kita. Indonesia saat ini sedang membangun kekuatan militernya
dengan anggaran belanja yang meningkat tajam.
Bahkan diperkirakan tahun 2017 nanti anggaran pertahanan Indonesia
sesuai prediksi Andi Widjajanto akan menjadi nomor satu di ASEAN. Dan itu akan berlanjut terus sehingga fajar
kekuatan militer yang kekar gagah itu akan terlihat di tahun 2024 kelak,
sepuluh tahun dari sekarang.
Saat ini saja sesungguhnya gertak sambal negeri kanguru
itu tidak bergaung di negeri ini. Mau
boikot pariwisata kek, mau tarik dubes kek, mau putus bantuan kek, sudah gak
ngaruh tuh. Toh semuanya berjalan
seperti biasa dan gertakan Abbott dianggap angin lalu. Apalagi jawaban diplomat Indonesia Arrmanatha
Nasir yang sangat jantan itu membuat negeri itu harus berhitung ulang. Sebab dia juga harus berpikir ulang jika
Indonesia melakukan serangan balik dengan menghentikan impor sapi atau
menghentikan kerjasama kepolisian untuk tanggulangi teroris, dia akan
kelimpungan sendiri. Harap dicatat, kita
bukan lagi pengikut tetapi sudah menjadi faktor penentu.
Indonesia akan terus berjalan dengan membangun kekuatan
ekonomi dan militernya. Yang tidak akan
tertandingi Australia adalah kekuatan ekonomi Indonesia yang sudah jauh
mengungguli tetangga selatan itu.
Demikian juga perkuatan militer Indonesia dengan membangun kekuatan 1
divisi marinir di timur Indonesia, membangun armada tempur kawasan timur
berpusat di Sorong, menambah kekuatan skuadron tempur di Biak, memperkuat
radar-radar militer tentu pada saatnya akan mampu menyadarkan dia bahwa
tetangga dekat utaranya itu bukanlah anjing kampung yang mudah digertak.
Kekuatan ekonomi dan militer Indonesia sedang menuju kekuatan
herder dan jika itu tercapai sepuluh tahun dari sekarang sebagaimana prediksi
lembaga-lembaga internasional maka gertak sambal yang selalu dikumandangkan
selama ini akan dibalas dengan gemeretak geraham sambil menyeringai. Dijamin kanguru sebelah terdiam dan
terkesima. Yang perlu dipahami Australia
adalah meski nanti kekuatan ekonomi dan militer kita sudah setara herder tetapi
yakinlah kita tetap mengedepankan kultur timur yang selalu santun dan
teposeliro dengan tetangga tetapi tentu dengan menambah rambu “anda sopan kami
segan, anda senggol kami bacok”.
****
Ahad/10 Mei 2015