Berbagai persiapan perhelatan akbar itu sedang disiapkan
saat ini untuk menuju titik tanggal 7 Oktober 2014, saat sebuah “ledakan”
ketangguhan dan kegagahan diperlihatkan di bumi Surabaya menandai ulang tahun
ke 69 hulubalang republik. Mengapa harus
besar-besaran dan bermegah ria, karena ini adalah sebuah momentum untuk
menunjukkan sebuah karya gemilang selama Jendral Susilo memimpin negeri
ini. Ini adalah ungkapan terimakasih
pasukan republik kepada panglima tertingginya yang sebentar lagi tidak lagi
menjadi kepala sekolah karena kurikulum sekolah demokrasi mempersyaratkan
demikian.
Maka suasana hari-hari ini di kota pahlawan itu seperti
sedang mempersiapkan perang besar. Belasan ribu prajurit tiga matra menumpuk di
beberapa kesatrian Marinir, Kodam dan pangkalan utama AL. Berbagai alutsista
berdatangan secara bergelombang untuk menjadi bagian dari parade kegagahan
terbesar sepanjang sejarah Republik Indonesia.
Setidaknya ada tiga pangkalan udara yang menjadi pangkalan aju berbagai
jet tempur dan pesawat angkut untuk “menyerbu” kota Surabaya yaitu Iswahyudi,
Abrurahman Saleh dan Juanda. Sementara
dari laut sedikitnya 40 kapal perang berbagai jenis akan melakukan “unjuk gigi”
di hadapan Presiden dan para hadirin di pangkalan AL terbesar di Asia Tenggara,
Surabaya.
Oerlikon Skyshield memasuki Air Force Base Halim Jkt |
pat dilihat secara langsung atau via televisi nasional sejatinya ingin
mengajak anak bangsa bahwa kita masih punya nilai harkat kebanggaan dan
kekuatan kebangsaan, bahwa kita harus bangga berbangsa Indonesia.
Disamping itu perayaan ini adalah sebuah bentuk
pertanggungjawaban pengawal republik kepada rakyatnya dan panglima tertingginya
atas atensi, perhatian dan kesungguhannya memodernisasi tentara kebanggaan
bangsa ini. Menyaksikan parade, defile
dan demonstrasi alutsista adalah menyaksikan sebuah pertanggungjawaban kepada
rakyat bahwa inilah hasil dari jerih payah membaguskan dan menggaharkan tentara,
salah satu pilar penjaga nilai-nilai kebanggaan berbangsa.
Kenyataan perjalanan bertentara selama lima tahun
terakhir menunjukkan perkuatan yang signifikan bukan saja dari sisi kualitas
prajurit yang dikenal sebagai prajurit spartan tetapi juga persenjataan mereka
yang meningkat tajam baik secara kuantitas dan kualitas sebagai persyaratan
mutlak untuk nilai kegaharan prajurit modern. Berbagai alutsista yang dibeli
dari luar negeri maupun yang diproduksi industri pertahanan dalam negeri akan
dipamerkan secara terang benderang.
MBT Leopard di sarang Kesatrian Marinir Surabaya |
Alutsista laut yang bakal ditepuktangani paling gemuruh
diperkirakan adalah KRI Bung Tomo 357 dan KRI Teluk Bintuni 520. Yang pertama terkait dengan semangat Arek
Suroboyo 10 Nopember 1945 sedangkan yang terakhir karena kapal perang
pengangkut tank itu buatan dalam negeri, tepatnya buatan galangan kapal swasta
nasional. Sementara alutsista matra
darat yang akan menjadi hit kebanggaan adalah MBT Leopard, MLRS Astross Mk6,
Artileri Caesar Nexter, Helikopter Apache disamping berbagai jenis alutsista
yang lain.
Kegagahan pesta ulang tahun itu akan semakin menggelora
dengan melintasnya ratusan pesawat militer yang dimiliki Indonesia. Tidak bisa disangkal gemuruh jet tempur yang
melintas di udara apalagi sampai melakukan atraksi jungkir balik akan
memberikan nilai kebanggaan yang luar biasa bagi anak bangsa yang menyaksikan
secara langsung atau via televisi. Belum
lagi belasan pesawat “gajah” Hercules akan menerjunkan dan “menyiram” 1.000
pasukan payung di sekitar arena acara. Menerjunkan 1000 pasukan payung adalah
rekor, menerbangkan 18 Hercules adalah rekor, melintasnya ratusan pesawat
militer adalah rekor, membariskan 18 ribu prajurit adalah rekor. Semuanya serba rekor maka sangat pantas MURI
ikut “memeriahkan” rekor demi rekor itu untuk sebuah rekor yang memang belum
pernah terjadi.
Meriam KH179 di salah satu jalan kota Surabaya |
Presiden Susilo segera mengakhiri tugas kenegaraannya
setelah selama 10 tahun memimpin negeri ini dengan segala dinamikanya. Banyak hal yang telah dicapai negeri ini
untuk sebuah predikat lebih baik, lebih sejahtera, lebih berharkat meski masih
banyak juga predikat yang belum memuaskan.
Catatan perjalanan sepuluh tahun ini dari seorang yang memimpin negeri
melalui pemilihan langsung patut kita apresiasi. Jendral Susilo adalah seorang
yang cerdas, penuh strategi, penuh perhitungan, selalu ingin memberikan yang
terbaik bagi negerinya termasuk tentaranya.
Kematangan dan kecerdasannya semakin diuji dalam adukan demokrasi yang
hingar bingar di negeri ini. Dan dia
berhasil.
Pesta ulang tahun tentara yang digelar secara meriah dan
megah adalah dalam rangka menafsirkan dan mensyukuri nilai karunia itu. Tentara negeri ini yang sekian lama hanya
menonton tentara negeri lain yang “dibelikan” berbagai persenjataan modern
sekarang sudah pula menukar impiannya menjadi kenyataan kebahagiaan. Berbagai jenis alutsista canggih sudah
dimiliki negeri ini meski belum mencapai kriteria setara, baru mengejar
kesetaraan. Tidak apalah karena memang
kita terlalu jauh tertinggal selama ini sehingga anggaran belanja alutsista sebesar
150 trilyun yang digelontor selama 5 tahun terakhir ini berhasil memperpendek
ketertinggalan itu. Sembari berharap di
program MEF 2 tahun 2015-2019 pembangunan kekuatan persenjataan tentara kita
baru akan menunjukkan taring yang sebenarnya.
Maka ulang tahun ini adalah kado terimakasih, sebuah
ungkapan yang digelar dengan derap langkah tegap, raungan jet tempur, atraksi
kapal perang. Itulah ungkapan tanpa
kalimat yang akan dipertunjukkan kepada Presiden. Itulah pengabdian tanpa sanggahan karena ini
perintah komando sekaligus ingin
menyindir politisi nyinyir mentang-mentang ada di kamar demokrasi lalu
seenaknya berteriak. Rumah Indonesia itu
tidak hanya berisi kamar-kamar demokrasi tetapi juga ada kamar komando untuk
menjaga kebanggaan dan harkat rumah itu. Untuk kali ini kamar komando akan
merayakan aura kebanggaannya, mohon jangan berisik kamar-kamar yang lain, jaga cangkem kalian.
****
Jagvane / 22 Sept 2014