Geliat untuk memperkuat militer Indonesia selama perjalanan tahun ini luar biasa lincahnya. Padahal program penguatan TNI sebenarnya sudah berjalan dari tahun-tahun sebelumnya. Program MEF (Minimum Essential Force) sudah berjalan 10 tahun. Lima tahun sebelum tahun ini sudah berjalan program MEF dengan Menhan yang beda. Tapi mengapa baru sepanjang tahun ini gemuruhnya terasa menyentak seperti lagu maju tak gentar.
Jawabannya tergantung persepsi kita masing-masing. Boleh jadi karena greget sebelumnya memang kurang, sedangkan yang sekarang penuh gairah. Bisa juga karena terbukti MEF selama sepuluh tahun belum menghasilkan taring sementara geraham sudah saling gesek gemeretak. Atau memang cuaca ekstrim sedang melanda beranda depan rumah kita. Sementara atap rumah kita belum sekuat badai yang menerpa.
Fakta di lapangan jelas terang benderang, dinamika Laut China Selatan (LCS) penuh gelombang ketidakpastian. Dan cenderung memanas oleh sebuah sebab: klaim dan pamer kekuatan. Fakta di lapangan membuktikan bahwa alutsista kita memang belum memadai. Bahkan menghadapi tinggi gelombang laut dan badai LCS kapal perang kita masih kewalahan.
Lalu datang AS dengan iming-iming mau membantu memperkuat sebagai sahabat. Nah, lucunya Uak Sam ini mau membantu tapi setengah hati. Dia bilang kita belum saatnya boleh membeli jet tempur siluman F35 karena harus bertahap, jarene. Tapi kita juga tak boleh melanjutkan transaksi pembelian jet tempur Sukhoi SU35 dari Rusia. Pengennya mengajak bermitra untuk menghadapi China, tetapi syarat ketentuan diberlakukan sepihak. Kalau memang tidak setuju atau tidak mau menjual F35 jangan pula menghalang-halangi transaksi pengadaan SU35 dengan Rusia. Ente sahabat tomat, dekat-dekat beri hormat, pas pulang kembali kumat.
Tak lama kemudian datanglah saudara tua Asia Timur, Nippon. Lihatlah model persahabatan Jepang dengan Indonesia yang tak dibuat-buat. Mereka datang, bergerak cepat, Perdana Menterinya ke Jakarta, Menhannya diskusi dengan Menhan kita secara virtual. Lalu diberitakan secara luas bahwa Jepang akan ikut memayungi kedaulatan teritori Indonesia dengan 8 kapal perang jenis destroyer. Syarat dan ketentuan tidak berlaku, bayar belakangan. Ruaarr biassa.
Kalau 8 kapal perang itu jadi direalisasikan, maka ini adalah ekspor alutsista terbesar Jepang sejak perang dunia kedua. Dan bagi Indonesia ini adalah pengadaan alutsista laut terbesar sejak pengadaan 39 kapal perang bekas dari Jerman awal dekade 1990. Pertanyaannya mengapa Jepang tiba-tiba hadir mengambil inisiatif dan bersedia menjadi salah satu distributor alutsista strategis Indonesia.
Jepang adalah sahabat sejati Indonesia yang dalam sejarah pertemanan tidak pernah menyinggung tata krama diplomatik pada kita. Selalu santun dan terdepan dalam memberikan bantuan. Bahkan sekalipun mereka kecewa berat dengan dimenangkannya China dalam tender kereta super cepat Jakarta-Bandung, tetap tidak memperlihatkan sakit hatinya, alias berlapang dada.
Bagaimana dengan AS dan juga Australia. Dalam pengamatan kita dua sosok paman dan keponakan bule ini punya sifat yang sama, arogan. Menganggap Indonesia sebagai sahabat, sebagai mitra tetapi tidak pernah tulus bersahabat. Kalau ada maunya mendekat, kalau kepentingannya terganggu menyekat. Bandingkan dengan Jepang, Korsel bahkan China. Kultur Asia mengajarkan persahabatan setara, saling menghormati antar negara.
China banyak berkontribusi untuk pembangunan infrastruktur Indonesia. Jepang apalagi, sudah sejak dulu membantu kita ketika kita masih susah bin miskin. Korsel juga berinvestasi besar dan bahkan melakukan kerjasama teknologi alutsista pengembangan jet tempur KFX/IFX dan kapal selam Nagapasa Class. Ketiga ras kuning ini berperan besar membangun ekonomi kesejahteraan untuk kita. Itu kenyataan sejarah.
Sementara AS dan terutama Australia yang wira-wiri dan hidup di lingkungan Kelurahan Indo Pasifik mestinya mampu beradaptasi dengan kultur kelurahan ini, meski asal usulnya bukan ras Asia alias pendatang. Kenyataannya selalu mengedepankan sikap "merasa lebih". Padahal ketika baru-baru ini China mengembargo produk Australia karena terlalu mencampuri soal LCS, sang Kanguru merasa gerah kepanasan.
Maka selayaknya kita sambut uluran tangan saudara tua kita Jepang. Kita jelas sangat membutuhkan kapal perang ukuran besar untuk menjaga teritori negeri utamanya Natuna. Jepang siap memasok kapal perang ke Indonesia secepat mungkin. Artinya ada kapal perang eksisting Jepang yang sangat mungkin akan dialihkan ke Indonesia karena targetnya tahun 2022 sudah operasional.
Jelas ini bukan membangun kapal perang baru. Sebagai contoh dua kapal perang Iver Class yang dipesan Indonesia baru selesai dibangun tahun 2025. Sementara Indonesia ingin secepatnya mendatangkan 4 kapal perang striking force dari Jepang dan membangun 4 kapal lainnya di Indonesia. Semua masih berproses dan biarlah proses asa itu berjalan. Dan biarkan juga asa kita menghirup udara segar mendengar dan membaca berita segar ini.
****
Jagarin Pane / 11 Nopember 2020