Duhai Panglima Tertinggi,
Engkau telah
jadikan hulubalang kami menjadi layak pakai, menjadi siap pakai, tidak lagi sekedar
menggapai asa melainkan sudah mendapat asa dengan kehadiran beragam jenis
alutsista. Kegembiraan kami adalah kegembiraan bernafas kebanggaan manakala
sang hulubalang berbaju loreng kembali memperlihatkan otot utuhnya dengan kombinasi
kemampuan adu gelut personal dan keterampilan menggunakan teknologi alutsista. Engkau lengkapi pasukanmu dengan berbagai
jenis alutsista segala matra.
“Kemarahanmu”
beberapa tahun silam karena ulah arogansi negara jiran yang hobi mengklaim benar-benar
membuahkan hasil nyata. Engkau nyatakan
kemarahanmu bukan dengan kata-kata sumpah serapah atau retorika melainkan
dengan menyusun rencana besar yang terukur dan terstruktur untuk mempersiapakan
kekuatan pukul yang membanting. Tidak
dalam rangka masuk dulu baru digebuk tetapi banting dulu sebelum masuk. Engkau nyatakan dengan perbuatan, engkau
nyatakan dengan jalan yang jelas, karena engkau seorang jenderal yang cerdas
yang tak perlu menjual statemen. Dan engkau
memang tidak pernah menjual statemen keras sebelum hulubalangmu dilengkapi dulu
persenjataannya. Ketika berbagai alutsista mulai berdatangan, engkau pun secara
lantang berkata di depan jenderal-jenderalmu pada buka bersama Ramadhan lalu:
Kita akan menuju sebagai macan Asia.
Ketika Meninjau latihan Brigade Marinir |
Begitulah
memang karakter sejati seorang pemimpin militer yang memiliki segudang ilmu
strategi. Ketika bicara dalam bahasa diplomasi
mengedepankan konten bicara tanpa harus merusak hubungan pertemanan, hubungan
perjiranan. Hubungan antar negara tetap
saja baik dan akrab. Namun di sisi yang
lain diformulakan dengan adonan kekuatan harga diri bangsa, kedaulatan yang
dijunjung tinggi untuk jangan coba bermain lagi di wilayah pelecehan teritorial.
Negeri ini menjunjung kuat nilai-nilai
persahabatan antar negara dan selalu mengedepankan kualitas diplomasi untuk
kenyamanan dalam interaksi antar rumah tangga masing-masing negara. Tetapi negeri ini yang memilik karakter dan
nilai kejuangan tidak ingin rumah besarnya, rumah gadangnya menjadi obyek
pelampiasan nafsu keangkuhan jiran yang merasa lebih bertamadun menurut dia.
Engkau pun
telah menunjukkan kekuatan kepemimpinan di negeri ini karena mampu menahan
gejolak emosi meski caci maki terlalu sering dikumandangkan oleh petualang
politik dalam negeri yang hanya pintar mencari kesalahan. Sudah banyak buktinya, engkau bawa negeri ini
dalam nilai ekonomi yang gemilang meski rakyatmu belum semua sejahtera. Pertumbuhan ekonomi mencapai 6,4 % terbaik
kedua setelah Cina, pendapatan per kapita mencapai US$ 4.000,- dan ini yang
lebih dahsyat, kekuatan beli negeri ini mencapai nilai 1600 trilyun per tahun yang
mampu membungakan dada dan mencerahkan wajah. Sebagai kekuatan ekonomi terbesar di ASEAN,
terbesar ke 16 di dunia, masuk negeri idola bersama 3 negeri lain dalam MIST (Meksiko,
Indonesia, South Korea dan Turki), pengaruh kepemimpinan adalah kunci semua
prestasi, itu kalau kita membacanya dengan hati bening, bukan dengan hati busuk
seperti yang dikoar-koarkan “ahli ekonomi sirik” di layar kaca.
Ketika masih menjadi Kolonel |
Panglima,
kami berterimakasih kepadamu karena tanggal 5 Oktober ini parade kewibawaan
hulubalang republik mampu memberikan nilai langkah tegap yang sesungguhnya. Meski belum semua alutsista yang dipesan
datang namun gegap gempita menyambut kedatangannya terasa nian dalam parade dan defile pengawal
republik. Langkah tegap yang diderukan
adalah testimoni sebuah konser harga diri, nilai juang dan semangat berbangsa
untuk diperlihatkan kepada siapa saja. Bahwa
bangsa ini mampu bertarung dengan taring tajam demi sebuah harga diri dari negara
kepulauan terbesar di dunia, negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,
negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.
Berbagai
jenis alutsista modern yang sudah dan segera mengisi kesatrian pengawal
republik sejatinya adalah sebuah penghormatan terhadap nilai kepahlawanan
sepanjang perjalanan bangsa ini. Nilai
penghormatan itu adalah kesediaan kita untuk selalu mengasah kemampuan
bertarung dengan alutsista modern. Karena
sebagai pewaris tanah air, wasiat dari pendiri republik adalah mempertahankan
setiap jengkal teritori negara ini dari segala jenis ancaman. Itulah harga matinya, tidak ada tawar menawar
karena air laut pun tidak ingin tawar. Kita
tidak ingin menjual persoalan atau persengketaan dengan rumah tetangga namun
dalam etika pergaulan yang bernama harga diri jika ada yang menjual
persengketaan kita pun patut membelinya. Apalagi jika sampai melakukan show of force
dengan memamerkan kekuatan militer di depan mata kita.
Begitulah
Panglima, episode perjalanan bangsa ini sesungguhnya bisa mencapai sampai di
batas ini tidak terlepas dari pengawalan yang terus menerus dari garda
republik. Maka ketika engkau kembali mendandani dan mempertajam taring
pasukanmu, itu adalah sebuah kewajiban yang harus terus digemakan. Karena rumah yang besar ini harus mempunyai
pagar yang kuat untuk menghadapi kondisi terburuk dalam dinamika kawasan. Untuk itu sebagai anak bangsa, ucapan
terimakasih dan penghargaan pantas dilayangkan kepada Panglima Tertinggi yang
telah memberikan semangat dan harga diri hulubalang republik. Kesatrian-kesatrian pengawal republik saat ini
memberikan penghormatan bergelora kepada Panglima Tertinggi yang bersama
komponen perwakilan rakyat dan seluruh rakyat telah memberikan dukungan penuh
untuk perkuatan militer.
Selamat
ulang tahun tentaraku,-
******
Jagvane / 30
September 2012