Hari-hari ini ada pergerakan ribuan pasukan
pemukul TNI AD dari pulau Jawa ke Sumatra. Tentu melintas selat Sunda kemudian
melanjutkan perjalanan darat ke Baturaja Sumsel. Pergerakan ini semakin
menggerunkan karena bersamaan dengan pergerakan ratusan unit alutsista dan
dipertontonkan kepada khalayak sepanjang rute.
Ya, Angkatan
Darat kita dari divisi Kostrad sedang punya hajat besar di bulan kemerdekaan
ini. Belum setahun berselang tepatnya di bulan November 2018 hajatan besar juga
dilakukan di tempat yang sama. Artinya frekuensi simulasi pertempuran bergerak
terus menyesuaikan dengan teknologi dan network manajemen pertempuran.
Setelah dua
matra TNI AL dan TNI AU unjuk kekuatan dengan menggelar latihan tempur internal
matra bulan lalu maka TNI AD giliran show of force melakukan model simulasi
sinergi pertempuran antar batalyon. Suasana pertempuran akan lebih hiruk pikuk
karena ini adalah ibu segala perang.
Astross II Mk6 untuk Latihan tempur TNI AD di Baturaja |
Berbagai
jenis alutsista keluar kesatrian. Ada MBT Leopard, Tank Marder, M113, MLRS
Astross, Panser Anoa, Artileri Caesar Nexter, KH 178, KH179. Berbagai jenis
rudal SAM Mistral, Starstreak dipertunjukkan dan unjuk kebolehan.
Berbagai
jenis helikopter Penerbad juga ikut memeriahkan jalannya simulasi pertempuran.
Mulai dari helikopter Fennec, Bell 412, Mi17, Mi 35 dan Apache. Hercules TNI AU
juga diikutkan untuk penerjunan pasukan.
Simulasi
pergerakan ribuan prajurit dan ratusan alutsista berbagai jenis itu bisakah
tidak harus ke Baturaja terus. Sekali waktu gerakan besar ini diarahkan ke bumi
Kalimantan tempat yang direncanakan sebagai ibukota baru.
Mengurai Java
Centris dengan tidak menumpuk alutsista TNI AD di Jawa adalah sebuah
keniscayaan. Apalagi dengan rencana pindahnya ibukota ke Kalimantan. Pola
perkuatan pertahanan di Kalimantan harus mendapat prioritas. Ini pekerjaan
besar apalagi saat ini di Kalimantan tidak ada divisi Kostrad satu batalyon
pun.
JIka
tahun-tahun mendatang diadakan latihan tempur antar batalyon TNI AD di
Kalimantan di lokasi yang sudah ditetapkan sebagai ibukota baru tentu sebuah
kebijakan strategis yang cerdas. Memindahkan ribuan pasukan dan ratusan unit
alutsista dari Jawa tentu membutuhkan banyak kapal perang jenis LST dan LPD.
Sudah tersedia semuanya.
MBT Leopard, pantas untuk Kalimantan |
Satuan-satuan
tempur di Kalimantan saat ini sebagian besar hanya mendapat alutsista bekas
dari Jawa sementara yang baru selalu di Jawa. Maka jika ada penambahan tank
Leopard misalnya, harusnya dialokasikan utk Kalimantan.
Logikanya
perbatasan darat di Kalimantan mutlak diperkuat dengan alutsista andal. Kompi
kavaleri di Kalbar hanya mengandalkan ranpur jadul. Harus ada percepatan
pengembangan menjadi minimal 3 batalyon kavaleri kostrad di Kaltim, Kaltara dan
Kalbar dengan tank Leopard atau tank Harimau.
Payung
pertahanan untuk ibukota baru harus paralel dengan pembangunan infrastrukturnya.
Misalnya menempatkan satuan peluru kendali Nasams. Ibukota Jakarta saat ini
dilindungi 1 brigade infantri mekanis, dilapis dgn Kostrad Divisi Satu dan
Kodam Siliwangi. Ada pangkalan Halim dan ada markas Armada Satu. Ibukota baru
mestinya juga seperti itu.
Putra Jaya
dekat dengan Kuala Lumpur, Canberra dekat dengan Sydney, Washington dekat
dengan New York. Brasilia tdk jauh dari Rio De Jeneiro. Artinya semua masih
satu wilayah satu pulau. Pola pertahanan sudah tertata. Lain halnya dengan
pindahnya ibukota RI. Sudah antar pulau, wilayah baru itu belum tersedia
infrastruktur militer yang memadai.
Boleh saja
dan lebih tepat memindahkan 1 batalyon pemukul infantri mekanis, 1 batalyon
infantri raiders, 1 batalyon kavaleri dari Jawa untuk perlindungan ibukota baru.
Juga harus tersedia dan mutlak diperlukan 1 pangkalan angkatan udara lengkap
dengan Paskhas dengan pesawat militernya.
Sejatinya TNI
AD masih sangat kurang jumlah dan jenis alutsista di ibukota-ibukota provinsi.
Termasuk payung pertahanan obyek vital. Maka sejalan dengan program MEF jilid
tiga yang dimulai tahun lengkap, penambahan alutsista kavaleri, artileri, roket
dan peluru kendali SAM mutlak harus ada. Juga program bedol desa minimal 5
batalyon pemukul Kostrad dari Jawa ke Kalimantan.
Kalimantan pulau besar dan kaya sumber daya energi. Menetapkan
ibukota di pulau tanpa gunung api ini adalah pilihan strategis. Mengalokasikan
satuan tempur pemukul Kostrad ke Kalimantan juga pilihan strategis. Pengadaan
alutsista berbagai jenis untuk TNI AD secara besar-besaran juga pilihan
strategis. Kalau begitu MEF III benar-benar strategis.
****
Balikpapan 05 Agustus 2019
Penulis adalah pemerhati pertahanan dan alutsista TNI
Balikpapan 05 Agustus 2019
Penulis adalah pemerhati pertahanan dan alutsista TNI