Tidak ada media yang tahu bahwa tanggal 14 Februari 2018 yang lalu di
Jakarta Kemhan dan Rusia meneken kontrak pengadaan jet tempur strategis Sukhoi
SU35. Sedemikian silent nya bahkan
tanda-tanda untuk persiapan tanda tangan saja tidak diperlihatkan sebelumnya,
termasuk di ajang Singapore Air Show. Kebiasaannya di ajang pameran
kerdigantaraan di Singapura itu diumumkan kontrak-kontrak pembelian
persenjataan berbagai negara. Tapi untuk 11 Sukhoi SU35 seperti tidak ada
tanda-tanda sebagai kabar baik.
Barulah menjelang malam di tanggal yang sama, rumor beredar di kalangan
pemerhati pertahanan dan forum militer negeri ini bahwa kontrak sudah
ditandatangani. Besoknya hanya satu media yang menginformasikannya. Siang harinya ada konferensi pers singkat di
Kemhan bahwa memang sudah ditandatangani. Media militer luar negeri seperti
Jane’s dan media Rusia memberitakan kontrak pengadaan itu beberapa jam
kemudian.
Tapi lucunya beberapa jam kemudian media Jane’s dan media Rusia mencabut
kembali berita penandatanganan kontrak Sukhoi SU35 itu dengan alasan belum
meyakinkan dan sahih. Alasan mereka belum ada penjelasan resmi dari pejabat
Kemhan Indonesia setingkat menteri yang menginformasikannya. Pihak Rusia
sendiri mengambil sikap wait and see atau acuh tak acuh untuk memberitakannya.
Jadilah seperti sebuah drama pemberitaan yang penuh sandiwara.
Sang primadona SU35, selamat datang |
Dua hari kemudian barulah semuanya menjadi jelas ketika media-media dalam
negeri termasuk televisi dan kantor berita luar negeri memberitakan kontrak
pengadaan alutsista senilai US$ 1,14 milyar itu. Indonesia akhirnya membeli 11
jet tempur canggih Sukhoi SU35 dari
Rusia lengkap dengan persenjataannya. Separuh
dibayar cash separuhnya lagi dengan komoditas. Dua unit Sukhoi akan tiba pertengahan
tahun depan.
Perjalanan pengadaan jet tempur Sukhoi SU35 sungguh menarik diikuti. Bukan saja karena durasi perjalanannya yang se
usia dengan rezim ini tetapi juga informasi yang disampaikan berputar terus,
baik soal jumlah, soal harga dan lain-lain. Media tidak mendapatkan informasi
yang oke. Mula-mula diberitakan hanya 8
unit, lalu berubah menjadi 11 unit dengan jumlah nominal anggaran yang
disediakan sama. Begitu disampaikan 11
unit dengan harga satuan tertentu, digoreng lagi dan ada yang bilang kemahalan.
Lalu ramai lagi.
Kemudian soal bayar dengan komoditi ekspor, terjadi silang pendapat antara
Kemhan dan Kemdag. Kemhan bilang urusan teknis komoditi ada di Kemdag, lalu
Kemdag bilang kita tunggu kontrak induknya ditandatangani dan lain-lain. Lalu
soal kapan tandatangan kontrak juga seperti “menghitung hari, bulan dan tahun”
dan nama-nama bulan pun disebutkan, Nopember, Desember, Januari dan Februari. Juga
nama-nama tahun, 2016, 2017, 2018. Akhirnya goal di hari Valentine. Benar-benar perjalanan “cinta” jodoh
pengadaan alutsista yang berakhir happy ending di hari kasih sayang.
Soal mengapa tidak dipublikasi luas, banyak asumsi yang bisa
dikedepankan. Salah satunya adalah
karena romantika perjodohan kontrak ini disimak dengan seksama oleh jiran-jiran
kita. Asumsi yang lain adalah kita ingin
low profile saja, biasa-biasa aja tidak usah dibesar-besarkan “akad nikahnya”
dan tak perlu ada acara “resepsi pernikahan”. Jet tempur multi role sehebat
Sukhoi SU35 sudah memberikan efek gentar karena kecanggihan teknologi dan
manuvernya yang spektakuler itu. Jadi supaya tidak ada kesan high profile ya
diam-diam saja.
Ketika Jane’s dan media Rusia meralat berita kontrak pengadaan jet tempur
itu, forumer militer negeri jiran “bersorak kegirangan” seakan mendapat mainan
baru untuk bahan diskusi hangat. Dan ketika berita kontrak itu memang
benar-benar terjadi giliran forumer militer kita “bertepuk tangan meriah”. Ini saja sudah menggambarkan betapa hebohnya
lalulintas traffic di media sosial militer membahas soal tetek bengek jet
tempur Sukhoi SU35.
F16 Viper, segera menyusul |
Sesungguhnya kita membutuhkan skadron-skadron jet tempur berteknologi
tinggi untuk mengawal langit biru nusantara dengan wibawa penuh. Oleh sebab itu
prediksi kita setelah kontrak penandatanganan 11 Sukhoi SU35 ini dalam tahun
ini juga atau paling tidak sampai menjelang Pilpres 2019 mendatang akan ada
lagi kontrak pengadaan jet tempur. Calon kuatnya adalah jet tempur F16 Viper
dan jumlahnya diprediksi mencapai 3 skadron atau 48 unit. Sementara 11 Sukhoi SU35
sangat dimungkinkan untuk ditambah 5-7 unit lagi untuk melengkapinya menjadi 1
skadron atau bahkan menjadi 2 skadron full armament.
Sejujurnya ada nafas kelegaan manakala perjalanan perjodohan kontrak Sukhoi
SU35 ini telah dapat diselesaikan. Masih banyak PR lain di Kemhan dan TNI untuk
menyelesaikan kurikulum pengadaan alutsista di tiga matra TNI sampai habis masa
kerja MEF II tahun 2019. Pengadaan kapal
perang jenis fregat, kapal patroli, kapal selam, kapal buru ranjau, berbagai
jenis peluru kendali, radar, pembangunan pangkalan milter Natuna, pengembangan
armada TNI AL, pengembangan divisi tempur Kostrad dan lain-lain tentu
memerlukan sinergitas Kemhan dan TNI.
Kita berharap program-program itu bisa berjalan baik termasuk penggunaan
anggaran yang sesuai kebutuhan bukan keinginan.
Kemhan mendapat alokasi anggaran terbesar dan selalu meningkat dari
tahun ke tahun. Kita sangat menginginkan TNI tumbuh dan berkembang menjadi
kekuatan yang disegani karena kekuatan itu akan menjadi marwah kebanggaan ber
NKRI sekaligus penggentar bagi pihak asing yang ingin mengacak teritori negeri
kita.
****
Jagarin Pane / 23 Februari 2018