Perjalanan memperkuat militer Indonesia terus menggeliat
tanpa henti. Komitmen dan konsistensi pengelola negeri ini bersama seluruh
rakyatnya adalah menyetarakan kekuatan militernya dengan kehebatan sumber daya alamnya,
luas wilayahnya, sumber daya manusianya dan posisi geostrategis yang harus
dikawal bersama perjalanan eksistensi bernegara. Dengan itu maka kita akan
terus melihat alutsista-alutsista anyar berdatangan ke negeri kepulauan nan
elok ini.
Militer Indonesia tidak lagi terhalang kesulitan anggaran
untuk memantapkan profesionalitas jati dirinya. Kita lihat barusan di Natuna
dengan latihan militer besar-besaran yang berkelanjutan. TNI AU menggelar latihan tempur skala besar
disana demikian juga dengan TNI AD sepanjang Oktober dan Nopember tahun ini.
Berbagai jenis alutsista canggih diperlihatkan, diuji tembak dalam model
pertempuran modern. Simulasi yang membanggakan.
Pangkalan-pangkalan militer perbatasan diperkuat. Natuna dalam dua tahun ke depan sudah menjadi
pangkalan militer besar segala matra. Di Teluk Palu sedang dibangun pangkalan
kapal selam, di Tarakan dibangun pangkalan AU dan AL yang bersinergi satu sama
lain. Di Kupang juga menjadi pangkalan jet tempur TNI AU bersama pembangunan
batalyon kavaleri dan batalyon arhanud. Di Papua Barat dan Sulawesi Utara
dibentuk Kodam baru.
Uji tembak MLRS Astross II Mk6 |
Di Sorong sedang dibangun pangkalan induk TNI AL untuk
armada timur. Di Makassar sudah dibentuk
satuan kapal cepat armada timur untuk respons cepat kejadian tak terduga di
laut. Ini mencontoh satuan kapal cepat armada barat yang sudah eksis lebih
dahulu dan mampu menjalankan perannya untuk meminimalkan perompakan dan insiden
di laut. Jumlah kapal perang permukaan terus ditambah baik yang berpredikat KRI
maupun KAL.
Setelah menambah 2 kapal perang jenis PKR10514 yaitu KRI
Raden Edy Martadinata 331 dan KRI I
Gusti Ngurah Ray 332, TNI AL kembali memesan 2 kapal perang sejenis. Sementara
PT PAL saat ini sedang menyelesaikan pembangunan galangan kapal selam modern
karena adanya transfer teknologi pembuatan kapal selam dengan Korsel. Bulan
Februari 2017 nanti modul kapal selam ketiga “Nagapasa Class” akan dirakit dan
diselesaikan di PAL. Kemudian kapal selam keempat dan seterusnya akan dibuat di
PAL.
Sebagaimana disampaikan Menhan Ryamizard baru-baru ini
Indonesia akan membangun 10 kapal selam modern untuk menjaga teritori lautnya.
Jika teknologi kapal selam sudah dikuasai dengan membangun sendiri kapal selam
ke empat dan seterusnya maka lengkap sudah PT PAL menguasai seluruh teknologi
kapal perang mulai dari KCR 60m, PKR 10514, LPD dan kapal selam. Ini kemajuan
yang luar biasa.
Jet tempur F16, bersiap patroli udara |
Demikian juga Pindad sudah mampu membuat panser Anoa
sampai 300 unit, Panser Badak 50 unit. Akan semakin sempurna jika proyek medium
tank bisa diselesaikan tahun depan. PT
DI tak mau ketinggalan meski agak kedodoran dan berselisih dengan relasi user
utamanya TNI AU. Jika proyek jet tempur KFX/IFX kerjasama dengan Korsel sukses
maka kehebatan industri pertahanan kita sudah setara dengan negara lain dan
paling lengkap.
Proyek pembangunan militer kita yang didukung anggaran
militer terbesar mulai tahun 2017 akan menghasilkan hadirnya ragam alutsista
anyar. Daftar belanja yang diprediksi akan diorder tahun 2017 antara lain paket
alutsista peluru kendali darat ke udara (SAM) jarak sedang, jet tempur Sukhoi
SU35, kapal selam mini 22m, tank amfibi BMP3F, tank Pindad-FNSS, tank boat X18,
panser Pandur II 8x8, ranpur Sanca, UAV, radar, kapal selam.
Sementara berbagai alutsista yang diprediksi datang tahun
2017 adalah 2 kapal selam jenis Changbogo, 2 kapal perang PKR 10514, 2 kapal cepat
rudal 60m, 8 kapal patroli cepat, 2 kapal perang LST, 4 helikopter Apache, 4
helikopter Fennec, 4 helikopter Combat EC725 Cougar, 6 helikopter anti kapal
selam Panther, 4 RM70 Vampire, 50 panser Badak, 20 artileri LG1 MkIII Nexter, sistem peluncur
dan rudal Starstreak, 3 radar militer, 20 MBT Leopard, 2 kapal LCU, 9 jet
tempur F16 blok52.
Leopard di Natuna, ada kebanggaan disitu |
Fokus pengembangan industri pertahanan dalam negeri mendatang
adalah mendalami dan menguasai teknologi alutsista modern dengan tujuh proyek strategis
yaitu teknologi propelan,roket, rudal, medium tank, radar, kapal selam dan jet
tempur. Ini pekerjaan besar yang secara
substansi sudah berjalan dengan baik sampai saat ini. Kita meyakini tidak lama
lagi Indonesia akan memiliki industri pertahanan nasional yang mampu mensuplai
kebutuhan alutsista strategis yang dibutuhkan militernya.
Semua berpacu dengan waktu. Negara pengklaim Laut Cina
Selatan sedang giat membangun pangkalan militer di wilayah klaimnya.
Persinggungan teritori dengan kita jelas ada karena masing-masing menggunakan
ZEE sebagai titik ukur untuk eksploitasi sumber daya alam di laut kaya
itu. Itulah sebabnya mengapa kita
membangun pangkalan militer besar di Natuna. Kita tidak ingin negara lain
melecehkan teritori kita. Demikian juga
di kawasan perbatasan lain di negeri ini dipasang mata dan telinga berikut alat
pukulnya.
Wajar dong diperkuat karena kehebatan negeri ini dengan
sumber daya alamnya baik di laut dan di darat. Populasi penduduknya yang besar
tentu harus mendapatkan perlindungan dan jaminan suplai logistik. Posisi
geostrategis mewajibkan negeri ini memperkuat militernya sebagai jaminan
kelangsungan perjalanan berbangsa. Jadi modernisasi tentara dengan alutsista
berteknologi terkini adalah untuk memastikan kekuatan daya tahan,daya tangkal
serta daya pukul. Negeri ini harus punya
militer yang setara dengan kehebatan sumber daya alam dan sumber daya
manusianya.
****
Jagarin Pane / 30 Nop 2016