Saturday, October 14, 2023

Antara Skala Prioritas Dan Kebutuhan Alutsista

Pada sambutan hari ulang tahun TNI ke 78 tanggal 5 Oktober 2023 di Monas Jakarta, Presiden Joko Widodo menyebut skala prioritas penguatan alutsista TNI yang harus sesuai dengan kebutuhan. Dan harus menyesuaikan dengan anggaran negara. Pernyataan ini perlu kita garis bawahi. Sementara seremoni ulang tahun pengawal republik begitu semarak, meriah dan bermarwah. Berbagai atraksi militer digelar mulai dari unjuk kebolehan jupiter team, collibri menari, raungan jet tempur F16 sampai defile parade pasukan dan alutsista memamerkan diri di jalan protokol Jakarta. Sambutan khalayak sangat membanggakan. Inilah satu-satunya institusi negara yang berdasarkan survey mendapat tingkat kepercayaan tertinggi dari masyarakat Indonesia.

Nah, kalau kita bicara soal skala prioritas penguatan alutsista, semuanya bermuara pada kebutuhan yang mendesak. Karena kebutuhan TNI akan terpenuhinya ketersediaan alutsista tiga matra sampai saat ini belum memenuhi kriteria minimal. Oleh sebab itu sejak tahun 2010 pemerintah membuat rencana strategis lima belas tahun.  Namanya program minimum essential force (MEF) TNI. Ini bukan soal mau ada perang atau tidak. Ini soal pemenuhan kebutuhan gizi alutsista. Sekarang sudah memasuki jilid tiga (2019-2024]. Kebutuhan minimal yang menjadi target sampai saat ini belum tercapai. Contoh, ketersediaan 4 kapal selam saat ini belum sebanding dengan luasnya perairan Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia. Belum lagi soal kegaharan kapal selam Nagapasa Class. Negeri Singapura yang mungil saja saat ini sudah memiliki 6 kapal selam canggih dan mempunyai kemampuan detterent effect. Indonesia minimal harus memiliki 8 kapal selam kelas srigala, bukan sekedar kelas anjing kampung.

Mari kita telusuri fakta soal kekurangan ketersediaan alutsista TNI dalam beberapa hot spot history. Ketika pasukan Indonesia memasuki Dili Timor Timur akhir Desember 1975, penerjunan ratusan pasukan TNI melalui pesawat-pesawat Hercules tidak mendapat perlindungan dari jet tempur. Banyak korban. Dalam kurikulum pertempuran untuk menduduki suatu wilayah harus didahului dengan pengeboman pembersihan. Mengapa tidak ada perlindungan dari jet tempur karena kita kekurangan alutsista ini setelah era jet tempur Mig berakhir. Sementara hibah 23 jet tempur F86 Sabre dari Australia minus persenjataan alias kopongan. Di laut pendaratan pasukan marinir di pantai Dili didahului tembakan meriam beberapa KRI. Yang "membantu" suasana pertempuran adalah iklim sekitar yang mendukung. Pasukan Indonesia menyerbu Timor Timur setelah Presiden AS Gerald Ford meninggalkan Jakarta. Australia pun bilang monggo kerso. Intinya jangan sampai Timor Timur dikuasai Fretilin yang berhaluan komunis, waktu itu.

Masih di era tahun tujuh puluhan, berdasarkan laporan intelijen, China sedang berupaya mengklaim Natuna sebagai miliknya. Meski waktu itu belum ada nine dash line dan kekuatan militer China masih belum apa-apa. Walaupun belum apa-apa, nyatanya pasukan China berhasil mengalahkan pasukan Vietnam dalam pertempuran laut di kepulauan Paracel Januari 1974. Jakarta menyikapi klaim terhadap Natuna dengan sedikit kepanikan lalu mengirim destroyer KRI Samadikun ke Natuna. Mengapa Jakarta panik karena pada waktu itu di Natuna belum punya alat bantu deteksi atau radar militer. Benar-benar telanjang. Pada saat yang bersamaan kekuatan angkatan laut dan angkatan udara Indonesia sangat terbatas. Beberapa tahun berselang dengan crash program radar militer sudah beroperasi di Natuna.

Soal Ambalat, semua sudah tahu tentang manuver angkatan laut Malaysia pada saat kekuatan militer Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Benar-benar membuat emosi anak negeri waktu itu antara tahun 2005-2008. Gesekan kapal perang kedua negara membuat hubungan diplomatik terkena elnino panas. Ketersediaan alutsista TNI yang mengalami embargo membuat jiran sebelah merasa diatas angin. Namun setelah program MEF berjalan, penguatan armada angkatan laut dan udara Indonesia semakin meningkat. Saat ini sudah tidak ada lagi provokasi dan manuver kapal perang Malaysia di Ambalat. Meski sebenarnya kekuatan militer Indonesia belum mencapai kriteria minimal yang dibutuhkan. Untungnya pada periode tahun 2010 sampai sekarang Malaysia tidak mengalami pertumbuhan alutsista strategis yang signifikan.

Program MEF adalah skala prioritas karena kebutuhan minimal alutsista TNI belum terpenuhi. Artinya MEF adalah program mengejar kebutuhan minimal yang diperlukan untuk ketersediaan senjata tentara kita. Luas wilayah negeri ini seluas Eropa, posisinya strategis. Negara kepulauan terbesar ini mestinya mempunyai aset jet tempur dan kapal perang yang memadai sebanding dengan luasnya wilayah. Apalagi saat ini ada ancaman nyata klaim perairan ZEE Natuna. Mari kita sikapi dengan jernih modernisasi militer Indonesia. Bahwa program MEF adalah skala prioritas untuk memenuhi kebutuhan alutsista minimal yang diperlukan tentara dalam menjaga teritori negara. Oleh sebab itu tidak perlu kaget mengapa selama 4 tahun terakhir penguatan alutsista seperti jor joran. Karena kita berkejaran dengan waktu dan dinamika konflik kawasan. Apalagi karena program MEF periode sebelumnya belum optimal dalam pelaksanaannya.  

Investasi pertahanan selama 4 tahun terakhir menyentuh angka anggaran US $ 25-30 milyar. Dana besar ini untuk pembelian berbagai jenis alutsista strategis dalam rangka membangun manajemen perisai trisula nusantara untuk 25 tahun ke depan. Sekilas terlihat fantastis tapi ini kan untuk membangun investasi pertahanan kita yang tertinggal. Bangunan utamanya menguatkan fondasi tempur AL, AU dan AD based on interoperablity and network centric warfare. Masing-masing matra tidak lagi berdiri sendiri, jalan sendiri, nembak sendiri. Semuanya harus membangun manajemen tempur modern, sinergitas dengan kemampuan teknologi terkini. Semuanya untuk memastikan bangunan pertahanan teritori negeri kuat dan disegani. Sekali lagi ini bukan soal mau perang atau tidak dan kalaupun terjadi perang kita sudah siap. Catatannya kalau militer sebuah negara kuat, negara lain akan berhitung ulang untuk melecehkan teritorinya apalagi ngajak perang.

Ketersediaan aset alutsista dalam jumlah yang mencukupi hukumnya "fardu kifayah" dan pemerintah adalah penanggung jawabnya. Pemenuhan kebutuhan ini bagian dari upaya preventif, upaya pencegahan, agar negara tidak diremehkan negara lain. Maka soal skala prioritas pemenuhan alutsista TNI adalah kebutuhan, bukan jor-joran, bukan show of force. Ini yang harus kita pahami. Pembangunan kekuatan ekonomi negeri kita terus berlangsung. Sejalan dengan itu perkuatan alutsista TNI juga harus berjalan. Seiring sejalan. Marwah kesejahteraan adalah kemampuan membangun pertumbuhan ekonomi dan sebaran pemerataannya. Sementara marwah eksistensi negeri adalah kemampuan membangun kekuatan pertahanan. Indonesia saat ini menjalankan keduanya dengan semangat menuju Indonesia maju, menuju Indonesia sejahtera. Keduanya adalah skala prioritas dan kebutuhan.

****

Jagarin Pane / 14 Oktober 2023


62 comments:

Ayoeng said...

Jadi mainan baru apa lagi yang akan dibeli ? Belajar dari perang Rusia vs Ukraina & Israel vs Palestina, sepertinya yg paling pas adalah memperbanyak pembelian drone yg bersifat lethal weapon

Jagarin Pane said...

Drone, kapal selam, fregat, pesawat aew&c prioritas.

intifadha said...

Point krusial ada pada sosok MenHan yg menjabat.. harus sosok yg benar2 ahli baik secara keilmuan dan pengalaman lapangan.. intinya "The Man in The Right Place"..
Gak asal comot orang partai suruh jabat MenHan...

Sejak Pak Prabowo menjabat pengadaan alutsista dari luar negara selalu melalui skema Government to Government., tdk lagi melalui bussiness swasta/ makelar alutsista.. shingga tdk ada lagi korupsi dan mark up dana dlm pembelian alutsista luar negara..

Yg harus diutamakan sekarang adalah penguatan postur Angkatan Udara,. Pesawat Tempur sbg kekuatan Striking Force, drone berspesifikasi Lethal, pesawat AWACS sbg mata dan peringatan dini.. saat ini kekuatan Angkatan Udara kita tertinggal sangat jauh...

Jagarin Pane said...

Sepakat, dan semoga tercapai.

Anonymous said...

RUDAL BALISTIK R HAN DAN 8 KAPAL SELAM SEKELAS SCORPENE PERLU DI PRIORITASKAN....

Anonymous said...

Katanya mau nambah 12 unit Mirage 2000 dari Uni Emirat Arab jadi enggak

Jagarin Pane said...

Kan sedang proses

Anonymous said...

Ketika negara2 yg kita anggap sebagai ancaman potensial di masa depan sudah mempunyai alutsista yg serba siluman dan serba nuklir, sedangkan kita masih dalam tahap serba serbi dalam pengadaan alutsista gahar...yaa karena kita terkenal dengan negara yg serba serbi...hehe.

Anonymous said...

Setuju dengan bung Jagarin, emang nih payah banget cara berpikir presiden kita itu

Sudah tentu pertahanan harus dibangun saat ini, krusial apalagi saat ini dunia sedang mode perang dan pertahanan minimal aja belum terpenuhi.. ini presiden ngomongnya kok gitu, gak berwawasan banget

R

Jagarin Pane said...

Dua minggu saya mikirin statemen RI-1 sambil menyimak di media apakah ada yg mengomentari, merespon atau membuat tulisan. Nyatanya gak ada yg merespon. Dan kita perlu mengulasnya untuk tetap istiqomah menguatkan program MEF.

Anonymous said...

Tidak ada asap tanpa ada api.. pasti ada bisikan 'ghaib' kanan-kiri yg mempengaruhi.... Apalagi menjelang kontestasi PilPres 2024 sbentar lagi yg mengharuskan MenHan Prabowo purna tugas dari jabatannya sbg MenHan..
Semoga Program MEF sampai saat ini yg sudah dicapai susah-payah ttp 'on the track'.. tetap Lanjut...

Anonymous said...

Melihat situasi sekarang saya pesimis. Karena beberapa faktor. 1.kondisi perekonomian global dan nasional yg suram.2.Belanja militer indonesia berbasis kepada komposisi anggaran di APBN bukan berbasis kepada potensi ancaman. 3 kebiasaan pergantian rezim indonesia lazimnya pengelolaan dalam bernegara indonesia jika rezim berganti niscaya arah kebijaksaan di semua lini akan berubah. 4.watak orang indonesia. Kurang kesadaran untuk memprediksi, menganalisa,mengantisipasi serta mengambil langkah2 strategis guna menghadapi tantangan dan ancaman di masa depan. 5.korupsi.6.halangan dari negara2 yg tidak ingin indonesia menjadi kuat secara militer.8.Hutang negara yg sangat besar

Anonymous said...

karena cina kurang agresif di laut natuna utara, coba kalau lebih agresif lagi akan lain jalan ceritanya, pasti akan ada istilah super prioritas. mengenai kapal selam ntah apa yg mau di cari oleh pemerintah kita ini, anjing kampung sudah tidak di lirik lagi, srigala pun tak kunjung di beli, sedangkan lawan2 kita sudah mempunyai srigala mutan... yg pada akhirnya sampai kiamat pun kita tidak akan bisa mengejar mereka karena ketika kita maju satu langkah, mereka sudah maju beberapa langkah di depan kita.

Jagarin Pane said...

Sabar, bentar lagi kita dapet srigala galak

Anonymous said...

Mungkin yang harus diprioritaskan adalah dananya

Anonymous said...

perang sekarang cukup dengan investasi sebuah negara terpasung oleh hutangya....perang konvensional di ASEAN seperti ga akan terjadi...wong sudah takluk karena hutang

Anonymous said...

bagaimana pun juga kita telah kehilangan waktu 4 tahun untuk memiliki 3 unit kasel baru buat menambal jumlah kasel kita menjadi 7 unit, yg seharusnya sekarang sudah menuju ke unit yg ke 8, terserah apa masih dari jenis anjing kampung atau serigala...atau mungkin lebih baik laut kita ini tidak ada yg menjaga sama sekali dari pada di jaga oleh anjing kampung.

Anonymous said...

setiap 10 tahun kita cuma bisa nambah 3 atau 2 unit kapal selam dan itu pun biasanya di akhir masa jabatan seorang presiden... miris bagi sebuah negara yg katanya bakal jadi porosnya maritim dunia.

Anonymous said...

kalau menyimak istilah kasel kelas anjing herder dan anjing kampung ataupun misalnya sekalian punya sekelas harimau, kita harus maklum dg isi dompet dan keinginan yg jelas dari user nya sendiri ... jg harus ada kepastian doktrin perang bawah laut.
apakah beli kasel dg spek yg hanya cukup menjaga lautan di dalam ZEE atau sekalian yg bisa lintas samudra ... atau kasel yg punya kemampuan perang bawah laut (torpedo), perang permukaan (rudal anti kapal ), perang udara (rudal anti pesawat) plus rudal jelajah.
yg tidak boleh dilupakan adalah kemajuan teknologi sangat cepat, pilihan kasel harus merujuk ke perkiraan situasi 10 thn ke depan, jgn sampai kasel baru datang 3 thn lg tapi teknologi nya sdh kalah dg punya negara lain.

Anonymous said...

Mengamati perang Rusia vs ukraina, kebelakang sedikit azerbaijan vs armenia dan yang terbaru Hamas vs israel alutsista yang murah meriah namun sangat tinggi deterent efeknya adalah Drone dan MLRS.terlebih lagi jika suatu negara memiliki kemampuan untuk memproduksinya secara mandiri.Negara yg memiliki kemampuan seperti ini sangat sulit untuk di invasi.langkah peremajaan alutsista program kemenhan sudah berada dijalur yg benar untuk jangka pendek dgn beli dari luar negri disertai dgn TOT. Namun jgn dilupakan juga penguasaan teknologi drone dan MLRS yang bukan kaleng2 untuk kemandirian alutsista sebagai tulang punggung pertahanan negara.

Anonymous said...

Drone,mlrs plus artileri berpemandu alutsista secara umum cukup ramah dari segi pembiayaan. efisien, efektif dalam operasional namun daya hancur dan gebukanya tidak main2.leopard,chalenger serta kendaraan lapis baja pengangkut personel dll gosong dihajar trisula pembantai ini.sangat penting bagi indonesia untuk bisa mandiri memproduksinya.jika dikombinasikan trisula alutsista maut itu di back up dgn sishanud yg mumpuni plus komponen cadangan siap tempur sekitar 5jutaan personel diluar anggota reguler TNI wah ini gak ada obat pokoknya.

GEMPURWIRA said...

Benarkah Indonesia keluar dari program kfx ?

Koteka said...

Pengadaan ALUTSISTA pasti terjadi PRO dan KONTRA.
Baik pemilihan terhadap alutsistanya maupun kebijakan dari pimpinan ( Presiden dan Menhan ).

Skala prioritas pengadaan ALUTSISTA tentu berkaitan erat dgn anggaran belanja pertahanan yg disiapkan .
Seperti yg disampaikan oleh Bung Jagarin dalam tulisan ini. Mencoba memahami pernyataan Presiden saat HUT TNI.

Kita semua punya kepedulian terhadap kondisi pertahanan RI. Itu sikap yg baik dan wajar.

Skala prioritas bukan saja dalam pemenuhan / pembeliaan ALUTSISTA GAHAR saja.
Tapi yg SANGAT PENTING menurut sy . Kita harus mencari SAHABAT PRIORITAS dalam PENGUATAN MILITER Indonesia.

Kita tdk bisa berharap Amerika, Cina, Rusia ataupun Eropa. Karena mental mereka sudah terbentuk bahwa Indonesia adalah pasar utk produk mereka tanpa keterikatan sebagai patner yg sepadan.

Saya sangat sayangkan Indonesia justru MENJAUH dari Korea Selatan ( atau memang dijauhkan ) dalam kerja sama pertahanan.

Korea Selatan skrg salah satu negara pengeksport senjata terbesar didunia. Mereka punya produk" militer yg disukai dan dipercaya negara" lain.

Indonesia punya peluang yg besar utk nebeng kemajuan tehnologi produk militer KorSel.

Tapi semua itu kembali kepada manusia yg punya power utk menentukan SKALA PRIORITAS .
Kita bisa sj pintar memilih skala prioritas ALUTSISTA GAHAR tapi kalau kita SALAH PILIH SKALA PRIOITAS PARTNER MILITER akibatnya sangat fatal.

Kita bangga bisa membeli ALUTSISTA GAHAR tapi tdk mampu membuatnya kita hanya bertahan sebentar sj.
Sebaliknya kita pintar memilih PATNER KERJA SAMA INHAN. Awalnya kita kelihatan CUPU tapi berjalan waktu kita pasti jadi SUHU.

Indonesia bisa 🇮🇩🇮🇩

GEMPURWIRA said...

Jadi Benarkah Indonesia keluar dari program kfx ?

Anonymous said...

Tapi ketika kita sudah bisa mandiri dalam pembuatan alutsusita biasanya itu produk tidak di beli banyak oleh pemerintah atau bahkan di buang ketempat sampah karena di anggap barang murahan bermutu rendah...TOT itu untuk cuma buang2 waktu saja.

Anonymous said...

Selera nya pak menhan itu eropa dan amerika bukannya asia.

Anonymous said...

negara kita bisa mandiri dalam pembuatan alutsista gahar? sepertinya kita harus buang jauh2 harapan tersebut karena faktanya dalam sepuluh tahun terakhir proses ke arah sana terasa lambat merayap ibarat kura2 yg berjalan di daratan, proyek IFX seperti hidup segan mati tak mau, proyek kapal selam terjadi perceraian padahal sudah mau punya anak tapi karena tergoda dengan yg lebih seksi dan di anggap punya servis yg lebih memuaskan, akhirnya si anak yg masih di dalam kandungan pun di aborsi... sepertinya pola2 tersebut kedepannya akan terus terjadi, tarik ulur maju mundur yg pada akhirnya tetap saja kita akan menjadi negara pengimpor alutsista2 gahar.

Karsonovsky said...

Next MenHan,,Pak Andika Perkasa sptnya pas!👍😎

Anonymous said...

Berarti kamu kura2 dalam perahu

Anonymous said...

Alaah proyek kapal selam tidak bermutu kualitas rendahan itu mau di teruskan. Teknologi kadaluarsa,Kualitas sampah belajat ke orang yg juga lagi belajar gak berguna

Anonymous said...

Belajar itu lebih baik dari pada diam menunggu yg tidak pasti, banyak waktu yg terbuang...lagian mendingan laut kita tidak ada yg jaga ya daripada di jaga sama anjing kampung?....heran ane...hehe

Anonymous said...

Orang kaya boleh gengsi kalau pake pakaian murah tapi kalau orang boke gengsi pake pakaian murah yahhh akhirnya tidak pake apa2.😄😄😄

Anonymous said...

Dalam waktu 10 tahun mendekati ujung dua priode itu belum ada kasel baru yg berenang yah.... TERLALU.

Anonymous said...

Sama seperti pespur, bikin sendiri tidak bisa bahkan tuk sekedar bikin drone pun belum apa2 sudah nyerah duluan, tapi begitu ada kerjasama dengan negara lain malah kitanya maju mundur, jadi apa maunya pak de ini?

Anonymous said...

Kalau belajar jgn nanggung nanggung.belajar ke guru yg mumpuni.belajar ke yg lagi belajar sama saja ngabisin waktu dan biaya dgn sia sia.lha wong gurunya belum tuntas belum benar ilmu. Pepatah orang tua dulu mengatakan berburu ke padang datar dapat rusa belang kaki. Kalau berguru kepalang ajar bagaikan bunga kembang tak jadi

Anonymous said...

apa benar belajar bikin anjing kampung buang2 waktu dan biaya? bagaimana tuh pasilitas pembuatan kasel yg sudah dimiliki oleh PT PAL? atau apakah kasel yg di bikin korea itu sudah ada yg nyelem gak bisa timbul lagi? bahkan kabarnya kasel made in korea ini sudah bisa nembakin torpedo. apakah itu yg namanya di sebut buang2 waktu dan biaya???

Anonymous said...

Terus kapan tuh hasil belajarnya dari maha gurunya itu? Sedangkan kaselnya tetangga sudah mulai berdatangan tuh atau kita akan borong kasel made in prancis atau jerman sekaligus 8 biji? Mimpi kaleee 😁😁😁

Anonymous said...

Beli dua scorpene dengan TOT segala macem, kalau misalnya di kemudian hari ada ketidak puasan atau mungkin bukan seleranya menhan maka bisa di pastikan itu kasel akan di tinggalkan akan nyari lagi yg sesuai dengan seleranya menhan.

Anonymous said...

Mencari maha gurunya saja hampir 10 tahun bahkan sampai sekarang belum nemu, ntar ketika nemu pun karena belinya ketengan pasti ilmunya gak bakalan di kasih semuanya, ujung2 nya pasti nyari lagi guru yg ilmunya lebih tinggi.

GEMPURWIRA said...

Pak haji mau tanya kapal patroli jenis apa yg mau di beli dari Italia ?

Anonymous said...

Itu kan sudah jelas dari negri lafongseh. Sudah pasti itu lebih bagus dari ginseng.ToTnya jelas.sudah terbukti.bahkan sudah ditawari scorpene generasi terbatu.batre lhitium full. SCORPENE EVOLVED.Masalahnya apakah sudah siap menerima transfer teknologi? Baik dari segi anggaran, infrastruktur manufactur dan SDM.selagi pak prabu masih menhan gak ada itu beli ketengan

Anonymous said...

Kalau saja kerja chang bogo tidak terbukti mengecewakan pasti sudah lanjut ke episode 20.

Anonymous said...

Bermimpi lebih baik dari pada tidak sama sekali

Anonymous said...

Ribet amat jalan memperkuat alutsista.pengen ini itu tapi apa daya kemampuan terbatas. Mau alutsista terbaik gahar namun banyak halangan gangguan hambatan dan tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Ada sebenarnya jalan yg lebih mudah.kuasai ilmu membuat roket dan drone dgn sungguh2 .hamas aja yg di isolasi di blokade di bombardir selama puluhan tahun aja bisa bikin ribuan roket hanya dgn berbahan bakar gula,natrium plus pipa besi saluran air. Jangkauanya ada yg mencapai 250 km.kuasai iptek pembuatan Roket, tingkatkan menjadi mlrs lanjutkan jadi rudal baik rudal jelajah maupun balistik.pelajari pembuatan drone. Jika sudah buat sebanyak2nya kapan perlu sampai jutaan. Taruh ratusan ribu di Batam dan di wilayah provinsi yg berbatasan dgn tetangga yg sinis.perkuat pindad.udah itu aja dijamin mereka yg usil agak ciutnyalinya.

Anonymous said...

Kelebihan jika mampu memproduksi mlrs roket rudal serta drone secara mandiri yaitu HEMAT namun daya pukulnya mengerikan.sangat hemat biaya operasional,perawatan dan produksi.isreal yahudi aja yg militernya kuat segala jenis alutsista mumpuni dan paling canggih punya namun keok melawan hamas yg alutsista utamanya cuma roket.si yahudi pun teriak2 melolong minta bantuan ke budaknya amerika dan nato.hamas pun di keroyok rame2 oleh delta force dan konco2 yahudinya sebentar lagi SAS inggris bakal bergabung jika lolongan yahudi itu makin cetar membahana. Padahal hamas hanyalah milisi bukan tentara reguler.

GEMPURWIRA said...

Loe bacot sesuai realita ngak sih, hobby banget mengkerdilkan bangsa sendiri

isan said...

Belajar dari vietnam yg kehilangan kepulauan paracel dan negara2 asean lainnya yg kehilangan kedaulatan lautnya di laut cina selatan menjadikan pertahanan sebagai suatu yg penting dlm menjaga keutuhan bangsa ini. Apalagi masih banyak masalah perselisihan perbatasan yg mjd PR bangsa ini.

Anonymous said...

Loe tu yg ngebacot. Realita mana yg kau mau. Ayo sebutkan. Bagian mana yg mengkerdilkan? Apa tidak kau lihat realita sekarang buat makan aja susah. Disuruh makan jagung, pisang dll. Ya bagus kalau ada dana beli alitsista ini itu.gak apa2 juga ngutang. Apa kau bangga? Memesannya aja tahunan belum ada yg muncul dan terealisasi baru sedikit. Itu di masa damai lho.gmana jika perang alutsista impor butuh segera datang? Keburu gosong loe. Apapun alutsista impor itu spek nya down grade. Maka saran untuk menyempurnakan alutsista wajib impor itu kuasai teknologi MLRS Dan drone yg terbukti ampuh di medan perang modern. Mikir loe mikiiiiiir

Anonymous said...

Sesuai dengan judul diatas maka skala prioritas yg ada sekarang hanya sebatas patroli pertahanan daerah terluar makanya alutsista yg dibeli banyak berupa kapal dan pesawat patroli tetapi tidak boleh dilupakan anggaran untuk dana riset pembuatan alutsista harus terus diadakan seperti pembuatan drone baik darat laut maupun udara, pembuatan roket, kapal kapal perang, pesawat tempur, tank, panser, bahkan sekelas truck, mobil rantis, walaupun penggunaan tdk besar tetapi sudah pada tahap produksi masal sehingga apabila suatu saat terjadi perang semua sudah tersedia didalam negeri. efektifitas dan kecepatan dalam memproduksi dalam jumlah besar dan ketersedian bahan baku menjadi tantangan tersendiri bagi kemenhan. kementrian pertahanan bukan hanya sebatas pada teknis pembuatan dan pembelian alutsista tetapi cakupannya lebih luas lagi. termasuk potensi potensi penunjang pertahana seperti ketahanan pangan, ketahanan energi, tingkat kecerdasan manusia. Ibarat suatu orkestra kementrian pertahanan menjadi dirigennya.

Jagarin Pane said...

Setuju👍👍

Jagarin Pane said...

Artinya terlambat mengantisipasi.

Jagarin Pane said...

Belum jelas. Klo marketing komunikasi produsen biasalah agak dilebih2kan produknya.

Anonymous said...

skala prioritas pemerintah sekarang adalah menangin anak nya pak de 😁

Anonymous said...

di perang ukraina tank seperti tidak ada harga dirinya, jadi bahan mainan drone kamikaze.

Anonymous said...

😁😁😁...trus piyeee ngunu kuwiii🤣🤣🤣

Anonymous said...

Apakah harus ada perang dulu gitu Baru pemerintah borong2 alutsista buatan dalam negri, terus kalau tidak ada perang itu alutsista di lirik hanya untuk sekedar parade alutsista di HUTnya TNI...miris memang hasil dari TOT dan inovasi anak bangsa cuma untuk lomba baris berbaris saja.

Anonymous said...

Bukannya sedia payung sebelum hujan tapi borong2 payung setelah badan basah kuyup kena air hujan 😁

Anonymous said...

Masa sih beli kapal selam mau borongan 😁. Tidak ada sejarahnya di kita memproduksi alutsista kelas berat sampai berjilid jilid dan berseri seri paling mentok di tahap dua atau tiga, dengan alasan ketidak puasan...lebih baik makan singkong di alam nyata daripada makan roti tapi di alam mimpi, kalau mimpi terus pas bangun udah di kerubuni rayap.

Anonymous said...

Masalah pembelian alutsista kepinggirkan dulu soalnya ada yg super prioritas 😁😁😁.

Anonymous said...

Buat pak de...rakyat memang tidak makan alutsista tapi itu memberikan rasa aman dan kebanggaan, mereka bisa tidur nyenyak karena tidak takut rumahnya akan dimasuki maling, mereka pun bangga karena di mana2 akan di beritakan bahwa indonesia itu negara besar yg di topang oleh kekuatan ekonomi dan militernya yg kuat. sama halnya dengan atlet kita yg sudah mengharumkan nama bangsa dengan menyumbangkan medali nya, itu pun sama rakyat tidak ikut memakan bonus yg di berikan oleh pemerintah tetapi ada rasa bangga tersendiri ketika melihat mereka bertanding dan mendapatkan medali bahkan yg nonton sampai ikut merinding teriak teriak dan meneteskan air mata.

Jagarin Pane said...

Luar biasa ruh komentarnya👍👍

Anonymous said...

Jelas lebih bagus dan enak makan Roti benaran isi pisang keju plus beacon lah