Sunday, March 26, 2023

Memudarnya Persekutuan Hegemoni

 (Bagian Kedua-Habis)

Perubahan geopolitik dan geostrategis yang begitu cepat di Timur Tengah membuat dunia terperangah. Setelah Arab Saudi-Iran saling berpelukan, beberapa negara Arab sudah membuka diri untuk menerima kembali Suriah yang sudah bonyok ke pangkuan Liga Arab. Yaman yang babak belur dibombardir Arab Saudi dipastikan akan menjadi negeri damai sentosa karena Iran dan Arab Saudi sudah baikan. Dan semua perubahan cepat yang terjadi ini bukan karena campur tangan AS, murni inisiatif mereka sendiri sesama warga kelurahan Timur Tengah. 

Arab Saudi sudah mulai menjauh dari AS. Ingin lepas dari pengaruh Washington yang selalu mendikte. Terkini, salah satu penyebabnya karena pemaksaan kehendak soal minyak OPEC yang harus mengikuti kehendak Pakde Sam soal kuota dan harga lewat RUU yang sedang dipersiapkan. Lucu juga ya kok sibuk ngurusin bisnis negara lain lewat UU dia. Ini juga salah satu bentuk kekonyolan dari pemegang hegemoni yang belakangan ini terkesan panik dan emosional.

Penghancuran jalur pipa gas Nord Stream 2 tanggal 26 September 2022 diyakini adalah hasil karya penguasa hegemoni. Jerman sebagai tujuan penyaluran sumber daya energi dari Rusia ini tentu merasa terpukul tanpa bisa berkata apa-apa. Karena Jerman anggota NATO meski sejarah perang dunia kedua, Hitler Jerman yang diluluhlantakkan pasukan sekutu. Artinya mereka adalah negara yang kalah perang. Harus tunduk dan patuh dengan pemenang perang ketika negaranya dibagi dua. Jerman Barat ikut NATO dan Jerman Timur ikut Pakta Warsawa.  Jalur pipa Nord Stream yang menghubungkan Rusia dan Jerman melalui laut Baltik untuk memenuhi kebutuhan energi beberapa negara Eropa Barat.

Demikian juga ketika tembok Berlin dirubuhkan tahun 1991 sebagai lambang penyatuan Jerman,  tetap harus menjadi anggota NATO.  Padahal Pakta Warsawa sudah membubarkan diri. Ekspansi yang terus menerus inilah yang kemudian dibaca Rusia sebagai ancaman langsung terhadap eksistensinya. Banyak negara pecahan Uni Sovyet yang sudah bergabung dengan NATO. Terakhir Ukraina dibujuk untuk menjadi anggota NATO. Ini adalah ketersinggungan harga diri bagi Rusia. Bagaimanapun Rusia dan Ukraina adalah sejarah kebersamaan yang panjang. Jarak Moskow ke Ukraina hanya seukuran jarak Jakarta-Surabaya. Artinya bergabungnya Ukraina ke NATO adalah ancaman militer langsung ke jantung Moskow.

Sejarah kemudian yang akan membuktikan apakah pergantian kepemimpinan hegemoni akan berlangsung mulus atau melalui perang besar-besaran. Perang Rusia-Ukraina adalah ujian ketrampilan dan penentunya. Kemudian kekuatan ekonomi China sebentar lagi akan menyalip AS sementara kekuatan militer China tumbuh menjadi kekuatan terbesar di Asia Pasifik. Untuk mengantisipasinya tiga negara bersaudara Anglo Saxon AS, Inggris dan Australia membentuk pakta nuklir AUKUS, markasnya di Australia. Pertanyaan sebenarnya mau kemana dunia ini dibawa kalau tidak sedang menuju konflik besar yang akan  menghancurkan peradaban bumi. Atau karena ingin mempertahankan status quo hegemoni.

Mengapa persekutuan hegemoni semakin memudar menurut pandangan kita lebih disebabkan karena kebisingan dan sikap-sikap tidak simpatik mereka sendiri. Statemen-statemen yang dikeluarkan dominan bernada ancaman dan paksaan yang menimbulkan antipati berbagai negara. Termasuk melakukan proxy war dan framing. ISIS adalah contohnya dan dunia sempat terkecoh. Termasuk soal senjata pemusnah masal Irak yang ternyata tidak pernah terbukti.

Peta bipolar atau bahkan multipolar geopolitik dan geostrategis dunia sedang berproses. Perang Rusia Ukraina adalah pembuka alineanya. Netizen dunia mengikuti dengan cermat seluk beluk penyebab dan hingar bingarnya termasuk berita-berita hoaxnya. Misalnya ketika KTT G20 di Bali sedang berlangsung Ukraina membuat berita hoax paling memalukan. Dia bilang rudal Rusia menyerang dan meledak di teritori Polandia. Padahal setelah diselidiki ternyata rudal Ukraina yang melenceng ketika ingin menangkis serangan Rusia.

Para pemimpin NATO yang hadir di Bali sempat rapat darurat untuk mengambil sikap bersama. Karena jika ada anggota NATO diserang maka itu adalah deklarasi perang terhadap seluruh anggota NATO. Benar-benar genting suasananya. Dan ternyata hoax. Presiden AS sendiri yang mengatakan bahwa yang meledak itu bukan rudal Rusia. Zelensky memang pintar menjalankan framing pertempuran, padahal negerinya sudah luluh lantak, jutaan rakyatnya sudah mengungsi. Ironinya negerinya sendiri yang jadi korban proxy dari aliansi yang ingin memperluas keanggotaannya.

Pada akhirnya memang dunia membutuhkan keseimbangan, berpasangan dan saling membutuhkan. Sama halnya ada siang ada malam, ada panas ada hujan, ada laki-laki ada perempuan. Termasuk informasi butuh konfirmasi agar tidak terjadi framing dan pembenaran sepihak. Dunia unipolar sudah membuktikan adanya ketidakseimbangan, keangkuhan, keberpihakan dan kesewenang-wenangan. Kita sedang menuju dunia bipolar atau bahkan multipolar. Dan perjalanan ke arah itu akan penuh dengan goncangan dan turbulensi. Pada akhirnya kita akan landing di bandara bipolar atau tetap unipolar atau bahkan tidak pernah landing lagi. Waktu yang akan menjawabnya.

****

Jagarin Pane / 25 Maret 2023


11 comments:

Jongos said...

"Pada akhirnya memang dunia membutuhkan keseimbangan, berpasangan dan saling membutuhkan. " Nah ini, kalau satu aliansi tidak membubarkan diri, apa perlu di buat aliansi penyeimbang ?

Ayoeng said...

Sudah tepat Indonesia memborong alutsista dari Perancis. Akan lebih baik lagi kalo diisi alutsista dari swedia, jerman dan negara nato lainnya yg tdk mendikte penggunaan senjata yg dijual. Termasuk percepatan pembelian alutsista dari turkiye & china

Koteka said...

Situasi politik dunia yg berubah drastis dan dinamis yg digambarkan bung Jagarin sebagai pudarnya PERSEKUTUAN HEGEMONI .

Point yg sy dapat dari opini ini INDONESIA WAJIB WASPADA dengan SANDIWARA NEGARA" SUPERPOWER pemenang WW2.
Dibalik perseteruan diantara mereka ( USA cs, RUSIA, CINA ) dibidang ekonomi ,militer dan pengaruh politik dunia.

Mereka adalah negara" yg membutuhkan bahan baku dari negara lain ( negara berkembang ) utk menjaga roda industri mereka tetap jalan.
Tidak heran negara" penghasil mineral seperti di timur tengah berada dalam tekanan mereka. Indonesia sendiri mengalami hal yg sama. Hilirisasi aneka tambang bumi kita dihambat dgn bermacam cara.

Negara" arogan ini sadar bahwa mereka harus rubah cara mereka yg selama ini diterapkan krn mendapat perlawanan dari negara" berkembang terutama negara" yg menerapkan strategi industri nasional mereka dalam meningkatkan nilai tambah produk yg selama ini dieksport dalam bentuk bahan baku tanpa diolah.

Mereka telah siapkan skenario polisi baik dan polisi jahat.
Arab Saudi dalam proses damai dgn Iran tapi pengalaman bertahun" mempelajari konflik dan budaya / agama negara" diteluk.
Mereka tau itu hanya persahabatan semu krn kepentingan sesaat .
Begitu banyak kelompok" garis keras ditimur tengah serta perubahan" politik dibeberapa negara arab berpotensi besar memicu konflik baru.
Belum lagi persaingan kekuasaan yg terjadi dibeberapa negara ditimur tengah termasuk Indonesia dgn issu SARA . Semua ini sdh diprediksi oleh negara" arogan ini.

Mereka sebenarnya sedang keluar arena dan menonton dari luar tanpa repot" mengatur pertarungan cukup jadi pelatih mengarahkan kita utk beli senjata ( Produk mereka ) dan strategi apa yg kita perlukan utk melawan musuh yg mereka bentuk dalam otak kita.

Jangan lupa bukan hanya AMERIKA cs yg memudar hegemoninya tapi Arab Saudi juga .Negara kaya raya ini juga mulai menghentikan bantuan dana terhadap beberapa negara dan kelompok" garis keras yg justru mengecewakan Arab Saudi.

Senjata terbaik Indonesia adalah jgn sampai diadu domba menjelang PILPRES 2024 ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿค

Anonymous said...

Itu tanda2 perang akhir zaman sudah ada titik terang , islam akan bersekutu dengan bangsa rum ( Romawi Timur sekarang) pewaris dari Kekaisaran Bizantium yg dulu di kenal Rasulullah SAW sebagai bangsa rum adalah yg beridentitas Kristen Ortodoks ( Konstantinopel) ๐Ÿ™

Anonymous said...


@ bung jagarin, mohon analisa sampai dimana persiapan kita..

Perang Ukraina tidak akan berlangsung panjang karena AS CS tau akan konsekuensi(SDA berlimpah dan kuat nya angkatan perang Rusia) ujung ujung nya Rusia-ukraina akan sepakat berdamai dengan berkurangnya 20% wilayah ukraina


Mata AS CS sekarang tertuju ke ASIA Pasifik yg banyak pakar ahli memperkirakan perang terbuka di thn 2030an,ke atas
Asia Pasifik lebih mengerikan di banding perang Timteng atau ukraina krn ada beberapa negara memiliki senjata nuklir

Lalu Sudah siapkah kita? Ikut cina apa ikut AS CS yg sudah makan asam garam atau tetap NETRAL yg justru lebih riskan dimakan kedua adidaya tsb.

Jagarin Pane said...

Aspirasi diterima๐Ÿ˜„๐Ÿค

Jagarin Pane said...

Tulisan berkualitas, ringkas namun padat makna dan peringatan untuk kita.

Koteka said...

Kita semua cinta Indonesia, hanya bisa menyumpang pendapat sj. Hormat bung Jagarin ๐Ÿค๐Ÿ™๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ

satriya wirang said...

Pak haji jagarin attikelnya.ikutan puasa juga ya?

Mas said...

Ditunggu nih artikelny p haji...๐Ÿ™

Jagarin Pane said...

Sebentar lagi muncul neh๐Ÿค๐Ÿค๐Ÿ™‚