Thursday, April 21, 2022

Holding Itu Bernama DEFEND ID

Catatan tinta emas ditorehkan dengan diresmikannya Holding BUMN industri pertahanan nasional. Di ruang besar galangan kapal selam PT PAL Surabaya Rabu 20 April  2022 Presiden Jokowi didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri BUMN Erick Thohir meluncurkan "united states" lima perusahaan plat merah dengan komando PT (Persero) LEN. Anggota jamaahnya adalah PT Pindad, PT PAL, PT DI, dan PT Dahana. Kelimanya sudah banyak menghasilkan karya kebanggaan. Nama holdingnya Defense Industry Indonesia disingkat DEFEND ID.

Bagaimana sih gerak bisnis industri pertahanan plat merah kita sejauh ini. Jawabnya semakin mekar berbinar. PT Pindad sudah dan sedang menghasilkan berbagai jenis alutsista untuk TNI AD. Seperti panser Anoa, panser Badak dan tank Harimau, termasuk ranpur Komodo, Sanca. Belum lagi senjata berbagai jenis untuk prajurit TNI. Saat ini Pindad sedang memproduksi tank Harimau bekerjasama dengan FNSS Turki. Prediksi ke depan Pindad dan FNSS akan memproduksi tank amfibi. Kelihatannya industri pertahanan Turki mulai merapat ke kita dan salah satu produk yang digadang-gadang antara lain UCAV atau drone bersenjata. Bahkan salah satu produknya kendaraan lapis baja Vuran sudah datang.

Dari matra laut siapa yang tak kenal dengan kiprah PT PAL di Surabaya. BUMN strategis ini punya banyak karya untuk memenuhi kebutuhan TNI AL dan terus berkembang. Selama sepuluh tahun terakhir "capital gainnya" menanjak cepat dan populer. Sukses memproduksi kapal cepat rudal (KCR) 60 meter, sukses memproduksi kapal landing platform dock (LPD) bahkan bisa mengekspor ke Filipina. Juga sukses membangun kapal selam Nagapasa Class, kerjasama alih teknologi dengan Korea. Terakhir sedang bersiap membangun 2 kapal perang jenis destroyer paling bergengsi Arrowhead 140 alias Iver Class dengan pola alih teknologi.  

Ini belum lagi soal perawatan dan reparasi kapal perang kita termasuk modernisasi manajemen sistem pertempuran KRI. Seluruh kapal perang Indonesia saat ini sudah bisa di MRO kan di PT PAL dan galangan kapal swasta nasional. Bahkan overhaul KRI Cakra 401 yang sukses baru-baru ini seluruhnya dilaksanakan di galangan kapal selam PT PAL Surabaya, dan sudah operasional. Nah dalam kesempatan peluncuran Defend ID kemarin "capital gain" PT PAL melonjak lagi dengan ditandatanganinya kontrak MRO antara PT PAL dan Kemenhan untuk peningkatan kemampuan tempur 41 KRI dengan nilai kontrak US $ 1,1 milyar. Alhamdulillah.

Industri kedirgantaraan kita, PT DI sedang mempersiapkan paket offset untuk pengadaan 40 jet tempur Rafale. Ini sebuah lompatan besar meski bukan hal yang baru, karena pola offset ini  sudah berjalan sejak pengadaan jet tempur F16 generasi awal. Bedanya pengadaan 40 Rafale ini full armament. Dalam peresmian Holding ini, PT DI mendapat kontrak MRO dari Kemenhan untuk peningkatan kemampuan 12 pesawat Hercules TNI AU. Dan PT LEN mendapat kontrak pengadaan 13 radar GCI. Sementara disaat yang sama PT DI sedang berkonsentrasi dengan proyek pembuatan jet tempur KFX/IFX dengan Korsel. Dua proyek strategis ini, pengadaan Rafale dan KFX/IFX diniscayakan akan memberikan nilai tambah yang membanggakan bagi industri pertahanan strategis kita. Kita membayangkan tahun 2030 di langit nusantara sudah tersedia lengkap 40 jet tempur Rafale full armament dan 48 jet tempur IFX. 

Industri pertahanan Indonesia sedang menghebatkuatkan dirinya untuk menuju pencapaian Top 50 industri pertahanan dunia. Kita optimis dengan cita-cita itu, terutama untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI secara mandiri dan bersaing di pasar ekspor. Sudah ada contohnya, pengadaan 2 kapal perang jenis LPD untuk angkatan laut Filipina selesai dan user merasa puas. Sekarang Filipina mau menambah 2 unit lagi dan peluang besar terbuka untuk PT PAL. Lebih dari itu adalah kemampuan industri pertahanan strategis memberikan suplai berkesinambungan untuk kebutuhan alutsista TNI akan memberikan nilai deterens manajemen pertahanan Indonesia. Karena kita bisa mencukupi 70-80% kebutuhan alutsista TNI produksi dalam negeri dengan TKDN (tingkat komponen dalam negeri) alias kandungan lokal yang saat ini sebesar 41% menuju 50-60%.

Pembentukan Holding BUMN industri pertahanan dalam perspektif kita adalah untuk memberikan langkah kebersamaan dalam bingkai one gate, memastikan peran government dominan, meminimalisir peran pihak ketiga dan memastikan nilai proyek yang wajar dan sesuai kebutuhan. Bisa disebut ini adalah salah satu langkah bersih-bersih Menhan Prabowo untuk memangkas "jalur atas nama birokrasi dan sendiri-sendiri" yang berujung pada mark up overdosis. Holding ini dalam pandangan kita juga untuk membangunkembangkan koordinasi terpusat dengan pagar ekosistem yang tertata dalam sistem pengadaan alutsista TNI serta pengembangan industri alutsista dalam negeri menuju industri pertahanan kelas dunia. Untuk semua langkah besar itu perlu kita sambut dengan sinar mata berbinar.

****

Jagarin Pane / 21 April  2022

(Souvenir Ultah)