Friday, September 23, 2022

Mirage Rafale Bienvenue

Program pengadaan jet tempur Rafale F3R buatan Perancis sudah sampai pada kepastian kedatangannya. Artinya kontrak efektif yang sudah diteken dan dilanjut dengan pembayaran uang muka bisa memastikan jadwal ketibaannya. Tahap awal 6 unit dulu dari pesanan 42 unit Rafale. Sementara pada saat yang bersamaan ada berita lain yang menjadi pengiring kabar gembira Rafale. Yaitu "rencana cepat saji" mendatangkan 14 jet tempur bekas pakai Mirage 2000. Dua kabar yang membungakan dan menggemuruhkan.

Tetapi pertanyaannya mengapa harus ada Mirage 2000. Kan sudah pesan Rafale.  Mari kita berangkat dari rangkaian proses pengadaan jet tempur sebelumnya. Proses pengadaan cepat saji jet tempur Mirage 2000 tidak terlepas dari interval waktu yang hilang selama 7 tahun. Lho kok bisa. Ya iyalah. Tahun 2016 dimulai proses pengadaan jet tempur Sukhoi SU35. Sejak tahun 2017 proses pengadaan jet tempur heavy fighter ini sudah menuju kontrak efektif. Artinya mulai tahun 2021 kemarin kita seharusnya sudah mulai menerima kedatangan jet tempur multi role buatan Rusia tersebut. 

Tapi tiba-tiba ada UU CAATSA dari pemilik hegemoni Paman Sam sebagai imbas pencaplokan Rusia terhadap semenanjung Krimea milik Ukraina tahun 2014. Setiap negara yang bertransaksi persenjataan dengan Rusia akan dikenakan sanksi, begitu ancaman Pakde Sam sambil mendelik. Dan proses pembayaran uang muka tidak dapat dilanjutkan karena ancaman CAATSA. Kalau diteruskan fasilitas GSP ekspor kita ke AS bisa dicabut. Dan nilainya milyaran dollar. Itu yang didepan mata. Maka terjadilah "blank spot" alias kekosongan ketersediaan alutsista jet tempur untuk skadron udara 14 Iswahyudi sampai hari ini.

Tetapi kemudian ada pertanyaan lain mengapa tidak melanjutkan tambahan F16 "gurun" atau F16 Viper sebagaimana pernah diprogramkan sebelumnya. Bukankah kita sudah memiliki 10 jet tempur F16 generasi awal yang dibeli tahun 1989 dan 24 jet tempur F16 "gurun" blok 52Id yang dibeli tahun 2013. Apalagi saat ini insinyur dan teknisi TNI AU dengan supervisi Lockheed Martin AS sedang memodernisasi infrastruktur tempur 10 F16 generasi pertama di Iswahyudi AFB. Sebuah model transfer teknologi yang sangat menguntungkan. Teknisi TNI AU jadi paham banget dengan jeroan F16. Saat ini sudah selesai 6 unit F16, 3 diantaranya sudah diuji manuver tempurnya pada Latgab Pitch Black baru-baru ini di Australia. Dan sukses.

Menurut pandangan kita menghadirkan Mirage sebagai crash program tidak terlepas dari ruang kerjasama skala besar dan multi bidang serta imbal balik yang telah, sedang dan akan dibangun dengan Uni Emirat Arab (UEA). Negeri sultan ini adalah salah satu negara Arab yang paling mesra hubungannya dengan Indonesia. Ada nama Muhammad Bin Zayed (MBZ) pemimpin tertinggi UEA sebagai nama jalan tol layang Jakarta-Cikampek. Ada pembangunan Masjid Raya di Solo donasi ratusan milyar dari UEA. Juga ada jalan Joko Widodo di Abu Dhabi UEA. Negara Arab super kaya ini menjadi salah satu investor terbesar pembangunan infrastruktur di Indonesia, termasuk IKN. Indonesia sedang membangun kerjasama pertahanan dengan UEA.

UEA sudah lebih dulu memesan 80 jet tempur Rafale F3R. Sementara inventory Mirage 2000 UEA akan pensiun seiring kedatangan si Rafale. Bisa saja kan dalam pembicaraan dan negosiasi dua negara sahabat, kita kemudian ditawarkan Mirage sebagai imbal jasa kerjasama investasi UEA di Indonesia. Dan saat ini kita memang sedang membutuhkan ketersediaan jet tempur dalam waktu cepat. Untuk mengisi stop gap kedatangan Rafale akhir tahun 2026. Bukankah situasi geopolitik di Indo Pasifik khususnya Laut China Selatan semakin berbahaya dari waktu ke waktu. Si vis pacem parabellum, jika ingin damai bersiaplah untuk perang.

Ini adalah bagian dari program percepatan MEF (Minimum Essential Force) jilid tiga TNI sampai dengan tahun 2024. Ketersediaan alutsista strategis jet tempur dan kapal perang heavy fregate adalah harga mati, tidak bisa ditawar meski harganya naik. Jangan sampai kita terlambat memenuhi persyaratan minimal ini. Kalau kita mau berseteru secara militer demi harga diri teritori, penuhi dulu persyaratan minimalnya. Oleh sebab itu dengan sejuta doa mari kita tunggu kedatangan dua jenis jet tempur lintas generasi buatan Perancis ini. Sembari melukis tulisan kaligrafi: Mirage Rafale Bienvenue.

****

Jagarin Pane / 23 September 2022