Saturday, June 10, 2023

Menjelang Injury Time

Waktu berjalan terus, langkahpun terus bergegas bersaing dengan hari dan minggu, mengejar target yang harus disasar, cepat, dipercepat, percepatan. Kementerian Pertahanan saat ini sedang bergegas untuk menyelesaikan target extra ordinary pengadaan berbagai jenis alutsista untuk militer negeri kepulauan terbesar ini. Karena komandan kementeriannya juga sedang berburu waktu untuk ikut kontestasi pencapresan. Maklum karena ada lowongan menjadi Indonesia_One. Mengapa disebut injury time karena Oktober 2023 ini adalah jadwal pencapresan berlanjut dengan musim kampanye. Syukur-syukur tidak ada pergantian Menhan sampai akhir pemerintahan. That is injury time.

Sejauh ini kabar-kabar yang mencerahkan seputar penguatan alutsista tentara republik telah kita ketahui bersama. Ada kapal perang baru jenis korvet VVIP. Namanya KRI Bung Karno 369 produk dalam negeri dari galangan kapal swasta nasional di Batam. Yang istimewa adalah waktu pembuatannya sampai diresmikan 1 Juni 2023 yang lalu, hanya butuh waktu setahun. Tiga hari kemudian kapal perang ini sudah ikut memeriahkan Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2023 di Selat Makasar bersama puluhan kapal perang dari negara partisipan. Luar biasa.

Sementara itu 2 kapal perang baru jenis penghancur ranjau buatan Jerman sudah resmi masuk Armada Dua TNI AL. Saat ini sedang dalam persiapan berlayar ke tanah air. KRI Pulau Fani 731 dan KRI Pulau Fanildo 732 adalah kapal perang yang dilengkapi infrastruktur canggih deteksi bom bawah air. Ini artinya dua unit kapal perang ini akan menambah kekuatan armada KRI bernomor kepala tujuh, bernama pulau kecil di tanah air. Kapal perang penghancur ranjau adalah bagian dari sistem senjata armada terpadu TNI AL. 

Beberapa kapal perang berbagai jenis saat ini sedang dalam proses pembangunan dan semuanya dibangun di dalam negeri. Seperti 2 OPV (Offshore Patrol Vessel), 2 LST (Landing Ship Tank), 1 KCR (Kapal Cepat Rudal) 3 KPC (Kapal Patroli Cepat) dan 2 kapal perang terbesar 140 meter Heavy Fregate "Merah Putih". Untuk pembuatan 2 kapal selam serbu saat ini  sedang dalam proses menuju kontrak efektif. Jerman dan Perancis sedang bersaing merebut simpati. Penetapan sumber pembiayaannya sudah disetujui Kementerian Keuangan. Plong rasane.

Tentara langit kita sedang menunggu kedatangan 6 jet latih tempur T50 Golden Eagle dari Korsel. Bersamaan dengan itu 13 T50 "kakak kelasnya" sedang diupgrade radar tempur dan persenjataan rudalnya. 12 jet tempur Mirage bekas pakai dari Qatar diharapkan tahun depan sudah menjadi aset TNI AU. Pesawat ini diperlukan sebagai wahana transisi dan pengisi sebelum jet tempur Rafale datang. Hitung-hitung untuk membiasakan menggunakan produk jet tempur Perancis. Kabar lain pesanan 5 pesawat angkut Super Hercules dari Lockheed Martin AS sudah datang 1 unit. Bulan Juni ini akan datang 1 unit lagi. 

Kemudian pengadaan pesawat angkut kelas berat multi fungsi A400M sebanyak 2 unit tinggal menunggu kedatangannya. Juga 13 radar GCI dari Thales Perancis. Dari Korsel ada perkembangan bagus dari kerjasama teknologi jet tempur KFX/IFX. Ada 2 Pilot TNI AU yang sudah melakukan uji terbang. Indonesia segera melakukan pembayaran lanjutan pembiayaan proyek prestise ini. Jika tidak ada kendala mulai tahun 2026 jet tempur KFX/IFX sudah mulai diproduksi. Siap-siap memberi nama dong karena Korsel sudah memberi nama jet tempur canggih ini dengan nama Boramae.

Permintaan kita, daftar pengadaan alutsista yang mengemuka, sudah dipublikasikan dan sangat diperlukan menjadi aset TNI, segera eksekusi. Misalnya ranpur amfibi, tank Harimau, panser Badak perlu dalam kuantitas ratusan per item. Jangan sampai ada pandangan banyak beli merek tapi kuantitas hanya belasan. TNI AD jelas membutuhkan ratusan unit tank Harimau produksi Pindad. Juga panser kanon Badak. Mengikuti alur produksi Panser Anoa yang sudah mencapai lebih 400 unit saat ini. Termasuk memenuhi kebutuhan seratusan ranpur amfibi untuk Pasmar.

Kita menyambut sukacita kerjasama militer Indonesia dengan Turkiye yang menghasilkan pengadaan berbagai jenis alutsista. Dalam waktu dekat Indonesia akan memiliki aset militer strategis dari Turkiye seperti UAV bersenjata Bayraktar dan Anka, infrastruktur peluru kendali darat ke udara Trisula dan peluru kendali antar permukaan Khan. Prediksi kontrak ranpur amfibi Zaha akan bekerjasama dengan Turkiye. Semua ini berawal dari kerjasama produksi tank Harimau dengan payung Undang-Undang.

Menjelang injury time, kita berharap semua program besar dan strategis Kementerian Pertahanan memenuhi target dan harapan kita. Publikasi pengadaan berbagai jenis alutsista khususnya yang belum kontrak efektif semoga menjadi kenyataan. Seperti proses pengadaan jet tempur bergengsi F15 dari AS, pengadaan kapal perang Heavy Fregate Fremm Class, pesawat peringatan dini AEW&C  dan kapal selam serbu adalah harapan kita bersama. Tidak usah banyak-banyak, cukuplah 10-12 unit F15 dan 2 unit Fremm Class. Setidaknya tidak ingkar janji gitu loh.

Program strategis lainnya yaitu peremajaan atau upgrade 41 KRI yang berusia lanjut dapat dipercepat. Pekerjaan ini pasti memerlukan beberapa galangan kapal swasta nasional secara paralel. Bersyukur kita bahwa ada 8 galangan kapal swasta nasional dan 1 BUMN PT PAL yang sudah mampu dan terbukti bisa membangun berbagai jenis kapal perang. KRI Teluk Hading 538 yang terbakar di perairan selat Makassar baru-baru ini adalah kapal buatan Jerman Timur tahun 1977. Indonesia membeli satu paket 39 kapal perang bekas dari Jerman tahun 1993, termasuk KRI Teluk Hading. Sebagian kapal perang bekas yang dibeli tahun 1993 ini layak untuk dipermak ulang infrastruktur tempurnya.

Kita sangat mengapresiasi kinerja berkualitas Kementerian Pertahanan yang berkolaborasi apik dengan Bappenas dan Kementerian Keuangan. Termasuk pengadaan alutsista strategis dengan negara lain dengan pola G to G. Persetujuan sumber pembiayaan (PSP) pengadaan alutsista sejak tahun 2019 sampai akhir pemerintahan ini bisa mencapai US$ 25 Milyar. Sebuah pencapaian yang fantastis.  Karena kita memang harus bergegas bersiap diri memperkuat militer kita yang belum sampai pada kekuatan minimal. Kita sedang mengejar kekuatan minimal dan standar. Kita pun bergegas menjelang injury time. Semoga semuanya dimudahkan.

****

Jagarin Pane / 10 Juni 2023