Tuesday, January 19, 2021

Cepat Guna Tepat Guna

Gerak cepat diperlihatkan TNI dalam musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya baru-baru ini di perairan gugusan kepulauan Seribu.  Sangat dekat dengan pangkalan angkatan laut Armada Satu Jakarta, lokasi jatuhnya pesawat naas ini cepat dijangkau. Meski akhirnya tidak menemukan korban hidup karena dahsyatnya benturan pesawat dengan air, semuanya hancur berkeping tanpa kecuali. Respon cepat ini patut diapresiasi.

Beruntung kita sudah punya 2 kapal perang intelijen bawah air yang canggih buatan Perancis yaitu KRI Rigel 933 dan KRI Spica 934. Beruntung juga kita sudah punya 2 kapal perang jenis LPD rumah sakit yaitu KRI Semarang 594 dan KRI Dr Soeharso 990. Hebatnya lagi saat ini kita sedang membangun 2 kapal perang jenis rumah sakit. Yang satu sudah diluncurkan ke air dan diberi nama KRI Dr Wahidin Sudirohusodo 991. Kapal yang satu lagi masih dalam proses pembangunan. Target tiga kapal rumah sakit akan tercapai tahun depan dan KRI Semarang 594 akan dikembalikan fungsi utamanya sebagai kapal LPD angkut pasukan dan alutsista mobile.

Lebih dari itu kita punya pasukan penyelam berkualitas dan hebat dari Taifib, Denjaka, Kopaska dan Dislambair TNI AL. Dengan dukungan instrumen deteksi canggih dari KRI Rigel dan komando Operasi Militer Selain Perang (OMSP) di KRI Raden Eddy Martadinata 331, pencarian korban dan kotak hitam dapat dikelola dengan manajemen militer cepat guna dan tepat guna. Bahkan TNI AU juga mengerahkan pesawat boeing intai strategis dari Skadron Makassar dan beberapa Helikopter dari Skadron Bogor.

Sebenarnya ada puluhan KRI dari Armada Satu Jakarta dan Armada Dua Surabaya yang sedang mempersiapkan diri untuk konvoi ke Natuna. Mau show of force lah sekalian untuk memeriahkan Hari Dharma Samudra tanggal 15 Januari 2021 di pulau strategis itu. Musibah Sriwijaya mengalihkan dan membatalkan rencana keberangkatan ke Natuna. Ini sebuah keputusan cepat guna dan tepat guna dan terbukti berhasil guna.

Demikian juga dengan bencana alam di Ķalsel dan Sulbar. Sedikitnya ada 8 pesawat Hercules diberangkatkan membawa bantuan sosial untuk segera mencapai sasaran dalam waktu cepat dan tepat. Artinya manfaat untuk cepat dan tanggap darurat diperlihatkan karena kita memiliki armada Hercules yang memadai.  Saat ini ada dua skadron Hercules di Jakarta dan Malang. Skadron ketiga di Makassar yang baru dibentuk sangat bermanfaat untuk bencana Sulbar, cepat guna dan tepat guna. Tidak usah mendatangkan Hercules dari Jakarta dan Malang. Saat ini KRI Dr Soeharso 990 dan beberapa KRI lainnya bahu membahu mengirim bantuan ke Sulbar lewat laut yang lebih aman.

Pengembangan kekuatan militer Indonesia salah satunya adalah untuk fungsi OMSP seperti ini, dan mampu beroperasi di tiga hotspot sekaligus yaitu Jakarta, Kalsel dan Sulbar. Kostrad dimekarkan jadi tiga Divisi dimana lokasi Divisi 3 ada di Sulawesi dan Papua. Demikian juga dengan Armada TNI AL dimekarkan jadi tiga Armada. Dan Armada 3 ada di Sorong. Marinir tidak mau ketinggalan memekarkan dirinya jadi tiga Pasmar. Markas Pasmar 3 ada di Sorong Papua Barat. TNI AU menempatkan Biak sebagai markas Koopsau 3 dan membangun skadron tempur di Kupang, Skadron Helikopter di Jayapura, skadron angkut sedang di Biak dan skadron UAV di Timika.

Sebaran kekuatan TNI di tiga matra adalah bagian dari upaya respon cepat baik untuk operasi militer perang (OMP) maupun untuk operasi militer selain perang (OMSP). Sekalian untuk mengurai pemusatan kekuatan militer di pulau Jawa. Teritori garis depan seperti Natuna, Sabang, Tarakan, Morotai, Saumlaki, Merauke, Biak, Kupang sudah dicover satuan tempur tiga matra. Meski kekuatan alutsista striking force yang menyertainya masih sangat kurang. Contohnya Armada 3 dan Pasmar 3 di Sorong kuantitas dan kualitas alutsistanya masih sederhana banget.

Hilir mudik kapal asing baik kapal niaga, kapal perang, kapal selam bahkan drone bawah air mengharuskan kita memperkuat selat strategis dan ALKI ( Alur Laut Kepulauan Indonesia). Nah di program Kemenhan tahun ini sudah terurai jelas rencana menempatkan missile coastal di selat strategis seperti selat Sunda, selat Malaka, selat Lombok, juga di pantai Natuna. Termasuk pemasangan sonar deteksi kapal selam. Kita berpandangan ini harus menjadi prioritas untuk diinstal dalam MEF jilid 3 sekarang.

Infrastruktur pangkalan militer TNI boleh disebut sudah menyebar merata di pelosok tanah air. Hanya isian alutsista mobile yang belum mencukupi seperti jumlah jet tempur, jumlah KRI, peluru kendali SAM jarak menengah dan jarak jauh, UAV, Radar dan lain-lain yang diperlukan untuk menjamin terjaganya teritori kita.  Maka kita menyambut optimis program besar Kemenhan tahun ini yang sudah dipublikasikan beberapa hari yang lalu bersamaan dengan Rapim Kemenhan. Yang terbaru adalah program instalasi missile coastal di selat-selat strategis. Termasuk lanjutan pengadaan kapal perang selain Iver Class, pengadaan kapal selam, jet tempur Typhoon dan Rafale, peluru kendali  Nasams2, Radar, Helikopter berbagai jenis.

Investasi pertahanan dengan membeli dan mendatangkan sejumlah alutsista canggih terbukti sangat bermanfaat dalam penanggulangan musibah. Termasuk penyebaran ragam alutsista.  Pengadaan sejumlah Hercules baru dari AS adalah bagian dari upaya memperkuat skadron angkut berat yang vital. Juga pengadaan sejumlah helikopter Chinook yang terbukti berjasa dalam bencana Tsunami Aceh. Bahwa pengadaan alutsista sejatinya adalah untuk mengcover keseluruhan wilayah NKRI baik untuk mengawal teritori dan untuk operasi kemanusiaan. Semuanya untuk memenuhi kriteria respon cepat guna dan tepat guna.

****

Jagarin Pane / 19 Januari 2021