Thursday, February 29, 2024

Belok Kiri Berhenti, Lurus Jalan Terus

Indonesia memastikan "harga" negosiasi untuk kelanjutan 2 proyek strategis kerja sama teknologi tinggi alutsista gahar dengan Korsel. Bahasa kiasannya adalah: belok kiri berhenti, lurus jalan terus. Jika negosiasi yang sudah berlangsung lama tetap alot ya belok kiri dulu untuk rehat di rest area. Jika sepakat untuk lurus win-win solution ya jalan terus. Kedua proyek bergengsi dan strategis itu adalah  kerjasama pengembangan jet tempur gen 4,5 semi stealth KFX / IFX dan lanjutan kerjasama pembangunan 3 kapal selam jilid 2 Nagapasa Class.

Untuk program pengembangan jet tempur KFX/IFX start awalnya sudah dimulai sejak masa pemerintahan SBY periode kedua. Cost sharing pendanaannya dibagi tiga pihak. Pemerintah Korsel 60%, KAI (Korea Aerospace Industries) 20% dan Indonesia 20%. Dari kontribusi 20% ini Indonesia menanggung cost sharing US$ 1,5 Milyar, mengirimkan 100 orang insinyur ke Korsel, mendapat 1 prototype IFX dan mendapat jatah produksi 48 jet tempur IFX. Sementara Korsel sendiri akan memproduksi 120 jet tempur KFX. Sesuai perjanjian, produksi massal akan dimulai tahun 2026. Keseluruhan proyek ini bernilai  US$ 7,9 Milyar, dan iuran masing-masing pihak dimulai Januari tahun 2016 sesuai Cost Sharing Agreement.

Baru setahun berjalan, tahun 2017 Indonesia menunda iuran oleh sebab-sebab teknis di lapangan. Tenaga ahli Indonesia mengalami keterbatasan memasuki akses teknologi sensitif. Dalam perjanjian ini PT DI mendapat akses desain, pengembangan prototype, komponen manufaktur, testing dan sertifikasi. Masalahnya adalah jeroan teknologi tinggi jet tempur ini ada yang made in Yues'e. Korsel dan AS punya perjanjian lisensi teknologi, sedangkan Indonesia tidak punya. Korsel kan sekutu AS, sedangkan kita sahabat AS "setingkat dibawah sekutu". Begitu cara pandang Paman Sam.

Presiden Jokowi berkunjung ke Washington DC 13-14 Nopember 2023 dan menandatangani perjanjian diplomatik terbaik sepanjang sejarah. Yaitu kemitraan strategis skala luas dengan Presiden AS Joe Biden. Momen ini sebenarnya bisa menjadi forum negosiasi diplomasi tingkat tinggi. Agar Indonesia bisa mendapat lisensi teknologi tempur sensitif untuk jet tempur KFX/IFX. Apalagi Indonesia dan AS saat ini sedang dalam tahap perundingan pengadaan jet tempur twin engine F15 Id. Termasuk peran penting geopolitik dan geostrategis Indonesia di Laut China Selatan. AS membutuhkan mitra strategis Indonesia di kawasan ini.

Beberapa tahun kemudian Indonesia melanjutkan pembayaran cost sharing KFX/IFX meski belum seluruh tunggakan dilunasi. Namun persoalan keterbatasan akses para Insinyur Indonesia dan belum adanya lisensi teknologi tinggi sensitif dari AS menjadi kendala pencapaian sampai saat ini. Kabar baiknya adalah Menlu Retno dan Menlu Korsel disela-sela pertemuan Menlu G20 di Rio de Jeneiro Brazil 21 Februari 2024 yang lalu sepakat untuk melanjutkan kerjasama ini. Kerjasama teknologi ini dalam tataran diplomatik kedua negara adalah penguat hubungan multi dimensi.

Serial lanjutan kerjasama teknologi kapal selam jilid 2 Nagapasa Class nyatanya harus rehat dulu di rest area "ketidaksesuaian" selama 4 tahun sejak tahun 2019. Seperti diketahui proyek prestisius pembangunan 3 kapal selam Nagapasa Class jilid 1 sudah rampung. Namun tiga kapal selam  produk transfer teknologi ini, masing-masing KRI Nagapasa 403, KRI Ardadedali 404 dan KRI Alugoro 405 tidak menunjukkan kinerja optimal sebagai kapal selam tempur. Indonesia sudah berpengalaman mengoperasikan kapal selam sejak tahun 1959 dengan memiliki 12 kapal selam Whiskey Class buatan Uni Sovyet (sekarang Rusia) dan 2 Cakra Class buatan Jerman.

Awak Hiu Kencana tahu persis dengan anatomi kapal selam. Diantara ketiga kapal selam itu hanya KRI Alugoro 405 yang dibuat di PT PAL Surabaya yang menunjukkan performansi lumayan. Bagaimana mau meneruskan pembangunan kapal selam ke 4,5,6 jika yang 1,2,3 kinerjanya kurang optimal. Jadi ini yang harus diluruskan lebih dulu. Sesuai permintaan Menhan Prabowo sebagaimana disampaikan Dirut PT PAL Kaharudin Jenod beberapa waktu lalu. Tentu setelah menerima beberapa  keluhan operasional dari awak Hiu Kencana. Musibah KRI Nanggala 402 produk Jerman yang di upgrade di Korsel  menjadi benchmark utama dalam kinerja operasional Hiu Kencana.

Dalam pandangan kita kedua proyek prestisius dan strategis ini adalah gerbang untuk mencapai perolehan teknologi tinggi alutsista. Dalam bingkai yang lebih besar perolehan teknologi IFX dan Nagapasa diniscayakan sebagai bagian untuk menguatkan prestasi Indonesia Emas. Negosiasi adalah bagian dari dinamika perjanjian agar semuanya bisa berjalan secara proporsional dan profesional. Nagapasa Class batch 2 semoga bisa berlanjut dan pembangunannya bisa dilaksanakan di galangan kapal selam PT PAL. Soal pengadaan kapal selam herder merek lain bisa paralel, karena kita baru punya 4 kapal selam. Nagapasa Class adalah lanjutan transfer teknologi. Kapal selam herder adalah kebutuhan. Semuanya untuk memenuhi target 12 kapal selam, standar minimal untuk menjaga perairan bawah laut negeri yang luas ini.

****

Jagarin Pane

Semarang, 29 Februari 2024