Friday, February 3, 2023

Bergegas Atur Strategi Militer

Kesepakatan baru tanggal 2 Februari 2023 antara AS dan Filipina untuk menyediakan akses 4 pangkalan militer Filipina sebagai "pangkalan aju" militer AS adalah langkah strategi penting. Strategi mempersiapkan palagan paling mematikan jika terjadi pertempuran hebat di kawasan Indo Pasifik. Selama ini bagi AS dan sekutunya di Timur Jauh, ketiadaan akses pangkalan militer di Filipina seperti mata rantai "bulan sabit" yang terputus alurnya. Mulai dari Panmunjom Korsel, Okinawa Jepang, Hawaii, Guam, Taiwan, Darwin Australia dan Kokos di Samudra Hindia. 

Aliansi militer AUKUS antara AS, Inggris dan Australia sudah lebih dulu dibentuk dengan Australia sebagai garda terdepan menghadapi China. Program cepat sajinya adalah mempersenjatai Australia dengan armada kapal selam bertenaga nuklir dan berpotensi membawa senjata nuklir. Aliansi satu nasab "anglo saxon" ini bersama Taiwan, Jepang, Korsel, Kanada sejatinya sudah membentuk NATO Timur Jauh. Karena sesungguhnya yang pantas berhadapan secara militer dengan China adalah aliansi ini. Sementara Jepang sudah mendapat "lampu hijau" dari AS untuk memperkuat militernya dari defensif menuju ofensif.

Jika AS dan sekutunya bergegas atur strategi abcd, penantang hegemoninya tidak tinggal diam. Hanya beda cara. Kalau AS dan sekutunya cenderung show of force, berkesan psywar maka gaya diplomasi militer China sedikit bicara banyak kerja. Dengan Rusia sudah ada aliansi strategis untuk langkah dan kepentingan bersama. Apalagi dengan Korea Utara, sudah menjadi sekutu tradisional China. Sementara Rusia dengan Iran sudah seperti kakak adik dalam perang di Ukraina. Demikian juga antara Iran dan China. Korea Utara sudah terang-terangan bersekutu dengan Rusia dalam perang di Ukraina. Maka jika 4 negara ini China, Rusia, Iran, Korut membentuk aliansi militer skala penuh maka bisa dipastikan persekutuan militer barat menjadi mendapat rival tanding yang sepadan.

AS pernah mendapat akses militer penuh untuk pangkalan militer besar di Clark AFB dan Subic Navy Base di Filipina. Dua pangkalan militer ini menjadi home base utama untuk menggempur pasukan Vietnam Utara dan Vietcong dalam perang Vietnam selama 15 tahun. Meski akhirnya AS harus menelan kekalahan paling menyakitkan dan angkat kaki secara militer dari Vietnam tahun 1975. Setelah Presiden Ferdinand Marcos digulingkan, mayoritas rakyat Filipina tidak menghendaki kehadiran militer AS di negerinya. Akhirnya kedua pangkalan militer legendaris itu ditutup abadi. 

Nah, Kamis 2 Februari 2023 kemarin putranya Ferdinand Marcos, Bongbong Marcos Jr yang baru terpilih menjadi Presiden Filipina bersetuju membuka akses 4 pangkalan militer di negerinya. Tiga pangkalan militer terletak di pulau Luzon dan satu lainnya di pulau Palawan. Ini semata-mata karena kepentingan nasionalnya yang terancam karena dinamika Laut China Selatan (LCS) yang semakin memanas. Namun penggunaan 4 pangkalan militer itu tidak sama seperti yang dulu yang mengakibatkan dampak sosial dan asusila bagi rakyat Filipina di sekitar pangkalan militer terbesar di Asia saat itu.

Bagaimana dengan Natuna. Menurut AS jelas bagian dari strategi militer bulan sabit meski tidak ada akses militer asing ke pangkalan militer di Natuna. Bagi Indonesia, Natuna adalah benteng teritori paling bergengsi dan strategis, maka dibangunlah pangkalan militer tiga matra. Dalam kesehariannya konvoi kapal perang berbagai negara wira wiri, terus menerus, bergantian bahkan berpapasan di perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) kita di Natuna. Perairan ZEE sah dilintasi pelayaran internasional sebagaimana diatur konvensi hukum laut internasional UNCLOS 1982. Yang tidak boleh adalah mengeksplorasi dan mengambil sumber daya alam yang ada di ZEE tersebut kecuali negara yang diakui berdaulat. Indonesia diakui berdaulat di ZEE 200 mil laut namun ZEE bukan bagian dari kedaulatan teritori sebuah negara. Kedaulatan teritori laut Indonesia adalah 12 mil dari garis pantai.

Mengantisipasi dinamika dan demam berkepanjangan di LCS maka diplomasi militer Indonesia adalah mengembangkan kekuatan laut dan udara seoptimal mungkin. Perang di Ukraina memberikan pelajaran penting bahwa kekuatan pertahanan harus dibangun dari diri sendiri. Meski dalam strategi militer kawasan, Indonesia diklaim sebagai bagian dari aliansi "teman tapi mesra" AS. Namun pembangunan kekuatan pertahanan adalah marwah dan harga diri kita. Sejarah kebangsaan kita adalah sejarah marwah dan martabat. Kemerdekaan diperoleh dari perjuangan darah dan air mata. Maka mengembangkuatkan militer kita adalah dalam rangka kehormatan teritori. Jadi Rafale, F15, IFX, Fremm, Mogami, Maestrale, Scorpene adalah alutsista strategis yang wajib ada demi untuk menjaga marwah dan harga diri NKRI secara militer. Ini juga bagian dari bergegas atur strategi militer.

****

Jagarin Pane / 3 Februari 2023