Tuesday, December 24, 2019

Tinggal Selangkah Lagi


Kata-kata bijak tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Atau contohlah China yang membangun kekuatan militernya dengan satu kebulatan tekad. Membangun bangsaku, bukan membangun bank saku.
Kita perlu mencontoh Paman Panda terutama dalam tekad menguasai teknologi militer. China membeli kapal induk bekas yang belum selesai dari Ukraina. Supaya Ukraina mau melepas, dibilang kapal induk itu mau dijadikan kasino terapung.
Nah setelah dibeli ternyata kapal itu dibangun menjadi kapal induk beneran, namanya Liaoning (CV16), sekarang sudah berlayar. Based on Liaoning dibuat lagi kapal induk fotocopy namanya Shandong (CV17), sudah diresmikan Xi Jinping barusan.
Mereka juga beli sejumlah jet tempur Sukhoi dari Rusia lalu dipelajari serius bin fokus dan kemudian dibuat jet tempur fotocopy teknologi Rusia. Sekarang dua-duanya seiring sejalan mengawal langit China.
UCAV TNI AU CH4 Rainbow buatan China
Indonesia ingin menguasai teknologi pembuatan kapal selam dengan cara sportif. Maka melalui pemesanan 3 kapal selam kelas Changbogo dari Korsel dikirimlah ratusan ilmuwan kita ke Korsel sepuluh tahun yang lalu untuk transfer teknologi.
Perjalanan selama sepuluh tahun ini sudah menghasilkan produk 3 kapal selam yang dinamai Nagapasa Class. Kapal selam ketiga dibuat di PT PAL Surabaya yang membangun infrastruktur galangan kapal selam.
Nah sekarang sudah di sign pembuatan kapal selam ke 4,5,6 untuk melanjutkan penguasaan teknologi kapal selam. Artinya tinggal selangkah lagi kita menguasai teknologi ini. Sejalan dengan itu saat ini ilmuwan kita melakukan overhaul kapal selam KRI Cakra yang nota bene sejenis dengan Changbogo.
Tak lama muncul suara di media yang bersumber dari Kemenhan bahwa Nagapasa Class tidak sesuai harapan, kurang ini kurang itu. Padahal kontrak kapal selam batch 2 sudah berjalan. Bersamaan dengan itu Menhan Prabowo berkunjung ke Turki untuk tingkatkan kerjasama militer. Lalu mencoba produk kapal selam Turki U214 yang satu perguruan dengan Changbogo yang sama-sama berguru di Jerman.
Martadinata Class, bagian dari transfer teknologi
Kita berharap tidak ada gangguan cuaca apalagi sekelas tornado dalam proses transfer teknologi pembuatan kapal selam Nagapasa Class ke 4,5,6. Kalaupun kita tertarik dengan U214 Turki bisa secara paralel dan juga dengan pola transfer teknologi. Jadi ada dua dosen yang ngajari teknologi kapal selam dalam satu perguruan.
Demikian juga dengan proyek pengembangan jet tempur KFX/IFX dengan Korsel yang sudah berjalan sepuluh tahun tetap pada jalurnya. Sudah duapertiga perjalanan bagi ilmu dilakukan ratusan ilmuwan kita di Korsel. Lima tahun lagi penampakan jet tempur gen 4.5 sudah menjadi kenyataan.
Negosiasi terhadap beberapa pasal kerjasama on going project KFX/IFX masih terus dilakukan. Tapi tidak untuk membatalkannya. Perjalanan kerjasama ini sudah mendekati finish, tentu ada pihak-pihak yang tidak suka dengan pencapaian ini.
Maka seharusnya kita kembali menguatkan tekad untuk pencapaian penguasaan teknologi pembuatan kapal selam dan jet tempur. Hanya butuh lima enam tahun lagi untuk pencapaian itu. Jangan sampai hanya karena persoalan teknis lalu merambat jadi masalah strategis alias kita mundur dari pola kerjasama ini.
Ini sama dengan proyek kerjasama alih teknologi pembuatan kapal perang striking force Martadinata Class yang belum purna. Kita dan Belanda baru bangun dua kapal, tentu ilmu alih teknologinya masih menggantung. Minimal harus ada lagi lanjutan pembuatan kapal perang ke 3 dan 4. Tapi sampai sekarang masih belum dilanjut.
Kalau memang tekad kita seperti yang disampaikan Presiden Jokowi pada Menhan Prabowo untuk membangun industri pertahanan, tiga proyek strategis ini perlu pengawalan khusus untuk pencapaiannya. Kita tahu banyak sekali madu anggaran dikucurkan untuk Kemenhan dan itu mengundang para makelar alutsista untuk mencicipinya.
Namanya makelar tentu dia menawarkan sejumlah "bank saku" untuk pengambil keputusan dan asistennya agar barangnya dibeli. Tekad China yang sukses membangun industri pertahananannya karena komitmen "bangsaku" demikian kuat dan ketat. Sementara kita disinyalir masih ada di dua sisi persimpangan, menebalkan "bank saku" atau bertekad untuk kejayaan bangsaku.
Ayo ngaku aja.
****
Semarang 24 Desember 2019
Jagarin Pane