Monday, March 10, 2025

Menimbang Giuseppe Garibaldi

Nama ITS Giuseppe Garibaldi hari-hari ini menggema kuat di komunitas netizen forum militer tanah air. Dia adalah nama sebuah kapal induk ringan milik angkatan laut Italia yang sudah purna tugas. Selama masa dinasnya Giuseppe Garibaldi membawa pesawat tempur Harrier yang bisa take off dan landing secara vertikal. Kapal induk mini ini sudah bertugas sejak tahun 1985 yang menjadi flagship kebanggaan sekaligus jantung AL Italia selama 40 tahun. Sekarang sudah diganti dengan kapal induk helikopter yang lebih canggih ITS Trieste. Nah kapal induk berusia 40 tahun sepanjang 180 meter inilah yang saat ini sedang dalam kajian untuk bisa menjadi aset TNI AL. 

Indonesia dan Italia beberapa tahun ini sedang berbunga-bunga kerjasama pertahanannya. Semua berawal dari kesediaan Italia untuk "mengalah" dengan keinginan Indonesia membeli 2 kapal perang PPA (Pattugliatore Polivalente d'Altura) setara heavy frigate buatan Fincantieri. Galangan kapal Fincantieri di Italia sudah dan sedang membangun 6 kapal perang PPA untuk AL Italia. Kemudian Indonesia dengan program extra ordinary percepatan pengadaan alutsista ingin mendapatkan 2 kapal perang jumbo PPA yang baru selesai dibangun. Dengan lobby intensif selama setahun akhirnya Indonesia mendapatkan 2 kapal perang setara heavy frigate dengan harga beli US$ 1,23 milyar. Kedua kapal perang itu diberi nama setara dengan kegagahannya. KRI Brawijaya 320 dan KRI Prabu Siliwangi 321. Bulan Mei 2025 nanti akan tiba di tanah air.

Sebagai pemllik teritori perairan terbesar di ASEAN, angkatan laut Indonesia saat ini sedang berupaya untuk memperkuat armada tempurnya. Proporsional dengan luasnya wilayah perairannya yang strategis. ALKI 1, ALKI 2 dan ALKI 3 adalah jalur pelayaran internasional yang menjadi  tanggung jawab Koarmada Satu, Koarmada Dua dan Koarmada Tiga. Saat ini TNI AL masih kekurangan aset kapal perang striking force. Catatan kita dalam enam bulan terakhir ini ada penambahan beberapa KRI buatan galangan kapal swasta nasional. Seperti korvet KRI Raja Ali Fisabilillah 391 dan KRI Lukas Rumkoren 392 buatan galangan kapal di Lampung. Yang terakhir korvet KRI Bung Hatta 370 buatan galangan kapal swasta di Batam. Galangan kapal ini juga yang setahun lalu sukses membangun korvet VVIP KRI Bung Karno 369.

Melihat gambaran kedepan sampai tahun 2030 dengan dinamika kawasan yang fluktuatif, antispasi penguatan postur TNI AL perlu percepatan. Dan kebutuhan utamanya adalah kapal perang kelas heavy frigate keatas, kapal selam serbu dan kapal selam nir awak. Kebutuhan untuk memiliki kapal induk ringan adalah dalam upaya menguatkan postur kemampuan armada tempur TNI AL. Juga untuk mobilitas operasi militer selain perang (OMSP) seperti penanggulangan bencana alam secara cepat. Kehadiran 2 KRI heavy frigate "Brawijaya Class" dan yang sedang dalam pembangunan saat ini di PT PAL yaitu 2 heavy frigate merah putih dengan satu kapal induk ringan akan menjadi sebuah team work armada tempur yang andal. Ini adalah penjabaran dan implementasi dari visi dan misi Nawacita PMD (Poros Maritim Dunia) Indonesia. Yaitu membangun kekuatan pertahanan angkatan laut dengan teknologi satelit dan drone. Garibaldi bisa menjadi kapal induk drone dalam suatu gugus tempur laut TNI AL dengan pengawalan  4 kapal perang heavy frigate dan kapal selam.

PT PAL sebenarnya sudah jauh hari merancang kapal induk helikopter (LHD/Landing Helicopter Dock). BUMN strategis ini adalah industri pertahanan kebanggaan Indonesia yang sudah mampu membuat kapal perang berbagai jenis. Bahkan ada 2 kapal perang LPD (Landing Platform Dock) yang sudah diekspor ke Filipina. Dan saat ini sedang membangun kapal perang LPD 163 meter untuk Uni Emirat Arab. Dengan pengalaman membangun berbagai jenis kapal perang seperti, kapal cepat rudal, korvet, heavy frigate, LPD, kita meyakini Kemampuan PT PAL untuk membangun kapal induk helikopter LHD tidak perlu diragukan. 

Bintang manajemen pertempuran interoperability saat ini dan kedepan adalah teknologi drone, rudal dan jet tempur. Teritori Indonesia dua pertiga adalah perairan, maka pemberdayaan teknologi drone yang memiliki mobilitas tinggi di perairan adalah dengan ketersediaan aset kapal induk drone. Selain Garibaldi rancangan LHD PT PAL sangat dimungkinkan berfungsi sebagai kapal induk drone berdampingan dengan fungsinya sebagai kapal induk helikopter. Artinya kehadiran Garibaldi menjadi kapal induk drone adalah sebuah keniscayaan. Dan dalam tahapan berikutnya bisa berdampingan dengan LHD buatan PT PAL.

Pada akhirnya ketersediaan aset kapal perang TNI AL yang berkualitas dengan teknologi terkini bersama kekuatan jet tempur TNI AU adalah untuk memastikan jaminan pertahanan yang berkelas. Luasnya teritori kita dengan kandungan sumber daya alam yang melimpah memerlukan aset pertahanan yang kuat. Apalagi saat ini ada kepemimpinan adidaya yang bergaya cowboy memaksakan kehendak. Bersemangat dengan aneksasi kepemilikan sumber daya alam Greenland, Terusan Panama, Kanada, tanah jarang Ukraina. Indonesia meski dengan prasangka baik dan kecerdasan diplomasi harus mengantisipasi lebih dini situasi dan kondisi ini. Oleh sebab itu kita harus memperkuat postur pertahanan segala matra. Ke depan potensi konflik dan perang terbuka sangat dimungkinkan karena perebutan sumber daya alam. Demi eksistensi negeri,  demi marwah teritori, kita harus mempersiapkan kekuatan pertahanan lebih dini. Dan kita sedang berada di peta jalan ini.

****

Jakarta, 09 Maret 2025

Jagarin Pane