Wednesday, August 1, 2018

Semua Akan Perkasa Pada Waktunya


Payung kedaulatan dan marwah teritori negeri ini terus dibangunbesarkan di segala penjuru. Barusan kita mendengar kabar membanggakan (yang sudah lama ditunggu-tunggu sih) bahwa kawasan Indonesia Timur khususnya Papua mulai tahun depan akan ditempatkan skadron tempur, skadron angkut, skadron UAV dan skadron helikopter.

Sejalan dengan pesanan-pesanan alutsista yang akan terus berdatangan maka infrastuktur pangkalan militer disiapkan sejak awal. Manuhua Biak AFB, Silas Papare Jayapura AFB sudah naik kelas A disiapkan sebagai markas skadron. Di Biak sedang dibangun markas Koopsau III, di Jayapura sedang dibangun satuan radar militer, sementara di Sorong sudah ditetapkan sebagai markas komando armada III TNI AL.
F16 di Biak AFB
Jet tempur Sukhoi SU35 mulai tahun depan sudah mulai berdatangan demikian juga dengan pesawat angkut Hercules seri J dari AS sudah mulai mengisi armada skadron angkut berat. Saat ini TNI AU memiliki 36 Hercules dengan 2 skadron angkut berat. Sementara 15 jet latih tempur T50 Golden eagle sudah dilengkapi radar canggih yang mampu mengendus tajam dan 10 jet tempur F16 blok 15 sudah di MLU kan.

Khusus Papua memang sudah sepantasnya punya perlindungan militer yang kuat dan hebat. Pembentukan Armada III yang bermarkas di Sorong setidaknya akan mendapatkan 35-40 KRI berbagai jenis. TNI AD juga membangun Divisi III Kostrad di timur Indonesia dimana 1 brigade akan ditempatkan secara permanen di Papua bersama isian alutsistanya. Koopsau III dengan pusat kendali di Biak akan memiliki 4 skadron.

Dengan asumsi 11 jet tempur Sukhoi SU35 yang datang nanti ditempatkan di Iswahyudi AFB maka pergeseran yang paling mungkin adalah memindahkan 1 skadron F16 ke Biak dan Kupang. Skadron helikopter TNI AU akan bermarkas di Jayapura, skadron UAV masih akan ditentukan penempatannya. Skadron UAV punya misi penting untuk memantau perbatasan negeri.  

Isian jet tempur TNI AU akan terus ditambah.  Setelah mendapat “restu” dari Kongres AS bersama dua negara lain yaitu Vietman dan India yaitu : boleh-boleh saja belanja alutsista Rusia, tapi beli juga dong barang dagangan kami, kata Uak Sam. Tentu saja tawaran jet tempur F16 Viper akan menjadi fokus pengadaan alutsista kita. Dan realisasinya ada di MEF III (2020-2014), soalnya yang mau diborong banyak banget, 3 skadron alias 48 unit F16 Viper.
Helikopter TNI AU
MEF II akan berakhir tahun 2019 dan diprediksi kontrak-kontrak skala besar akan terjadi di penghujung MEF II.  Misalnya  tambahan 2 kapal perang jenis PKR 10514 kerjasama Indonesia -Belanda, tambahan produksi 2 kapal selam Nagapasa Class produksi bersama Indonesia-Korsel, kontrak 3 kapal cepat rudal buatan PT PAL. Syukur-syukur kontrak pengadaan jet tempur yang 3 skadron itu bisa diselesaikan di penghujung MEF II ini. Atau kontrak tambahan 5 jet tempur Sukhoi SU35.

Jangan lupa Natuna akhir tahun ini sudah menjelma menjadi pangkalan militer tri matra yang punya daya pukul bersengat lebah. Dengan sebutan “berani masuk digebuk” benteng pertahanan Natuna akan mempraktekkan doktrin itu sebelum mendapat bala bantuan dari Jawa, Kalimantan dan Sumatra. Sudah ditempatkan disana satuan radar berlapis, UAV, jet tempur F16 dan Hawk bergantian patroli, 8-10 KRI patroli bersama pesawat intai maritim.

Memperkasakan kekuatan militer kita sejalan dengan pertumbuhan kekuatan ekonomi. PDB kita ada di urutan 15 besar dunia, makanya Indonesia masuk group bergengsi G20.  Militer kita juga masuk urutan 14 besar di dunia versi Global Fire Power.  Meski banyak dipertanyakan bahkan dicemooh, indikator yang menjadi petunjuk dan supporting point keunggulan militer sebuah negara yang dipakai Global Fire Power adalah formula yang relevan.

Negeri ini akan terus memperkuat benteng pertahanannya, tidak peduli di dalam rumah tangganya sedang dihangatkan oleh suhu menjelang Pipres 2019. Rumah tangga biarlah berdinamika dan berdebat hangat, tetapi menjaga benteng pertahanan juga adalah bagian dari menjaga dinamika berumah tangga itu.

Pada MEF ketiga tahun 2020-2024 diniscayakan negeri ini akan memiliki kekuatan militer yang tidak boleh dianggap enteng.  Persoalannya bukan di seputar Natuna dan Laut Cina Selatan atau di Papua atau di Ambalat. Persoalannya adalah kita selama ini sudah tertinggal jauh dalam menguatkan benteng teritori. Baru delapan tahun terakhir inilah bangun dari ketertinggalannya. 

Maka dengan MEF I (2010-2014), MEF II (2015-2019) dan MEF III (2020-2024) kita meyakini akan memiliki kekuatan militer yang bisa diandalkan.  Dan setelah itu kita akan terus membangun kekuatan militer kita menjadi kekuatah militer yang disegani di kawasan ini sejalan juga dengan kekuatan ekonomi kita yang sudah masuk 10 besar dunia tahun 2024. Semua akan perkasa pada waktunya.

**** 
Semarang, 1 Agustus 2018
Jagarin Pane