Sunday, December 25, 2022

Belum Sepadan

Penamaan Bandara Soekarno Hatta adalah momentum sejarah tahun delapan puluhan untuk sebuah bandara nomor satu terbaru di Indonesia yang berlokasi di Cengkareng Tangerang. Bandara ini mulai beroperasi tangal 1 April 1985. Pada awalnya sempat terjadi tarik ulur soal penamaan Bandara ini. Bertahan di nama Cengkareng sebelum akhirnya ditetapkan nama Soekarno Hatta sebagai nama untuk dwi tunggal proklamator The Founding Father of Republic.

Hampir seluruh bandara utama di setiap negara memberi penamaan pada sosok pahlawan nasional terbaiknya. Misalnya Bandara Ben Gurion di Tel Aviv Israel, Bandara King Abdul Azis di Jeddah Arab Saudi, Bandara John F Kennedy di New York AS, Bandara Ninoy Aquino di Manila Filipina. Penamaan bandara sesuai dengan kebesaran nama seorang pahlawan di negara tersebut adalah manifestasi dari "bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya". Seluruh bandara utama di Indonesia menyematkan nama pahlawan kecuali bandara Kualanamu di Sumut, bandara Minangkabau di Sumbar dan bandara Kertajati di Jabar.

Angkatan Laut Indonesia memiliki kapal perang modern light fregate "Bung Tomo Class" yaitu KRI Usman Harun 359. Ini merupakan penamaan dari 2 prajurit marinir (dulu KKO) yang dihukum gantung di Singapura pada tahun 1968 sebagai dampak konfrontasi Dwikora. Sangat tepat dua prajurit gagah berani ini disatukan namanya untuk penamaan KRI striking force TNI AL. Sesuai dengan semangat patriotik keduanya, Serda Usman dan Kopral Harun bahu membahu melakukan infiltrasi melalui laut dan berhasil melakukan sabotase, mengebom hotel Mac Donald Singapura bulan Maret tahun 1965. 

Saat ini TNI AL menunggu kehadiran kapal perang jenis korvet VVIP dengan nama KRI Bung Karno 369 yang sedang dalam proses pembangunan di galangan kapal swasta dalam negeri. Juga sudah ada penamaan Gelora Bung Karno (GBK) untuk stadion terbesar di Indonesia yang dibangun di era Presiden Soekarno. Artinya sudah ada penamaan utuh untuk seorang putra terbaik negeri ini, bapak bangsa. Setelah sebelumnya selama lebih tiga dekade stadion megah itu bernama Senayan. Sejarah kemudian mencatat Asian Games ke 4 tahun  1962 dilaksanakan di GBK dan Asian Games ke 18 tahun 2018 juga di stadion yang namanya sudah kembali menjadi GBK. 

Sesuai dengan marwah kedua tokoh besar ini, kita berpandangan bahwa perlu ada pemisahan nama Bandara Soekarno Hatta atau nama Jalan Soekarno Hatta dalam rangka menempatkan kedua nama besar itu pada maqam yang tertinggi untuk masing-masing sosoknya. Tidak lagi digabung atas nama dwi tunggal Proklamator. Salah satu usulannya adalah nama bandara di  CengkarengTangerang menjadi Bandara Soekarno atau Bandara Bung Karno. Karena bandara itu adalah bandara nomor wahid di Indonesia sekaligus pintu gerbang utama lalulintas udara di tanah air.

Bagaimana dengan Bung Hatta. Untuk sosok putra Sumatera Barat ini bisa diberikan untuk nama bandara Kualanamu di Deli Serdang Sumatera Utara Penamaan nama bandara terbesar di Sumatera ini sampai saat ini kesulitan " menemukan" sosok pahlawan yang bisa diterima semua komponen masyarakat disana. Dan sepanjang usia republik nama bandara utama di Sumut bukan nama pahlawan asal Sumut melainkan mengambil nama daerah lokasinya yaitu Polonia dan Kualanamu. Nah jika nama Muhammad Hatta disematkan untuk bandara Kualanamu diyakini akan diterima semua pihak karena wakil presiden pertama ini mewakili semua aspirasi Sumatera. Dan kelas bandara Kualanamu setara dengan kebesaran nama Bung Hatta.

Demikian juga untuk nama jalan Soekarno Hatta, mestinya harus terpisah. Hampir di semua kota di Indonesia nama jalan Soekarno Hatta kalah tempat dan kalah strategis dengan nama jalan Jendral Sudirman. Sudah namanya digabung atas nama dwi tunggal posisi penamaan jalannya juga di "pinggiran" kota. Kita berpendapat ini belum sepadan dengan pembudayaan nilai-nilai kejuangan 1945 yang dibangun dua pendiri republik ini. Marwah perjuangan tahun 1945 harus kita kuatkan dan lestarikan di era digital milenial ini.  Salah satunya adalah membangun persepsi kebesaran nama Bung Karno dan Bung Hatta. Dengan contoh teknis usulan penamaan bandara dan jalan protokol yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan tahun 1945. Merdeka !

***

Jagarin Pane / 25 Desember 2022