Saturday, March 19, 2022

Scorpene Meredam Changbogo

Menteri Pertahanan Indonesia disambut hangat Emmanuel Macron di Istana Elysee Paris Perancis Selasa 15 Maret 2022 barusan. Presiden Perancis menjamu Prabowo untuk mematangkan adonan kontrak efektif pengadaan dua kapal selam canggih berkelas "sultan", merknya Scorpene, termasuk dua opsi tambahan. Bulan yang lalu Menteri Pertahanan Perancis Florence Parly yang bertandang ke Jakarta juga dijamu Presiden Jokowi sebelum teken kontrak 42 jet tempur Rafale. Indonesia dan Perancis terlihat sangat mesra setahun terakhir ini. Meski sebenarnya Perancis adalah mitra kerjasama pertahanan dengan kita sudah sejak tahun enampuluhan.

Prabowo jeli, tegas dan cepat untuk memilih kapal selam berkualitas dan sekaligus mengobati rasa kecewa. Dia  tegas memilih kapal selam made in Naval Group Perancis. Dia kecewa dengan performansi 3 kapal selam buatan Korsel yang dikenal dengan nama Changbogo. Ketiga kapal selam yang proses pembangunannya memakai pola transfer teknologi ternyata berakhir dengan sebutan "kurang sreg". Prabowo dan tim nya lantas bergegas cepat untuk segera menghadirkan kapal selam herder di perairan nusantara. Awalnya ada tiga pilihan, dari Jerman, Rusia dan Perancis. Cuaca kawasan di Laut China Selatan (LCS) sulit diprediksi, cenderung memanas dan bergelombang. Kita perlu herder bukan chihuahua.

Begini ceritanya. Sepuluh tahun lalu Indonesia dan Korsel bersepakat membangun 3 kapal selam "fotocopy" U-209. Kalau kita membaca merk U-209 sudah pasti dia adalah produksi Jerman,  sebuah negara "mahaguru" teknologi kapal selam. Korsel berguru dan menimba ilmu transfer teknologi kapal selam diesel ke Jerman puluhan tahun lalu. Kemudian memproduksi beberapa kapal selam lisensi jenis U-209 Changbogo Class untuk angkatan lautnya. Lalu kita pun tertarik dengan pola kerjasama teknologi yang ditawarkan Korsel. Maklum tidak banyak negara yang mau membagi ilmu transfer teknologi kapal selam dengan negara lain. Kecuali kalau belinya banyak. Maka ditandatanganilah kontrak pengadaan  3 kapal selam, 2 di bangun di DSME Korsel dan 1 di PT PAL Surabaya. Ketiganya sudah jadi yaitu KRI Nagapasa 403, KRI Ardadedali 404 hasil karya DSME dan kapal selam ketiga KRI Alugoro 405 hasil karya PT PAL. 

Selama puluhan tahun sejak tahun 1980 kita hanya memiliki 2 kapal selam U-209 asli keluaran Jerman, Cakra Class yaitu KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402. Selama puluhan tahun kedua kapal selam ini beroperasi dengan jam kerja yang tinggi. Maka ketika ketiga kapal selam Nagapasa Class masuk inventori TNI AL beberapa tahun yang lalu, betapa kita sangat bersuka cita karena akhirnya kita bisa memiliki 5 kapal selam. Dan kemudian akan dilanjut lagi dengan pembangunan 3 kapal selam Nagapasa Class batch 2. Kontrak awal sudah ditandatangani tahun 2019. Namun dalam perkembangannya kemudian ketiga kapal selam gres itu lebih banyak "ngetem" di pangkalan utamaTNI AL di Surabaya. Kemudian terjadi pula musibah KRI Nanggala 402. Selidik punya selidik ternyata ada beberapa hambatan teknis yang mengurangi kapasitas kinerja Nagapasa Class.

Mengantisipasi dinamika kawasan LCS yang sudah demam berkepanjangan, Indonesia sangat membutuhkan segera kuantitas dan kualitas kapal selam. Secara kuantitas kita harus memiliki minimal 12 kapal selam dan secara kualitas minimal harus setara dengan jiran kawasan. Dalam pola transfer teknologi pembangunan Nagapasa Class jelas maksudnya sangat baik agar kita bisa menguasai teknologi kapal selam. Maka dibangunlah 3 kapal selam dengan nilai kontrak US$ 1.1 milyar. Hanya saja performansi ketiga kapal selam itu tidak menjanjikan. Kalau diterjunkan di LCS jelas kalah gahar, kalah endurance. Maka Prabowo ambil jalan pintas. Indonesia perlu kapal selam serang berteknologi AIP, bisa menembak rudal dan endurance dalam air selama 2 bulan. Scorpene dipilih dan memang itulah yang terbaik.

Armada bawah air kita sampai saat ini  memang masih kedodoran.  Padahal armada kapal selam yang senyap bagai siluman dan monster bawah air mempunyai kekuatan penggentar setara dengan 10 kapal perang permukaan.  Ingat masa keemasan armada kapal selam kita di era Trikora dan Dwikora. Kita saat itu mempunyai 12 kapal selam Whiskey Class buatan Uni Sovyet ( sekarang Rusia). Kekuatan gahar armada bawah air ini yang kemudian diketahui menjadi salah satu faktor militer hengkangnya Belanda dari Papua tahun 1963.  Perairan Indonesia adalah perairan strategis. ALKI satu, dua dan tiga adalah jalur pelayaran internasional. Termasuk lalulintas militer. Apalagi dengan potensi konflik di LCS, alur laut kepulauan Indonesia dipastikan ramai terus. Maka kehadiran dan kepemilikan 12 kapal selam canggih diniscayakan akan memberikan kekuatan pertahanan maritim  yang disegani.

Sampai sekarang kita belum bisa menyamai perolehan 12 kapal selam sebagaimana pada era Trikora. Baru punya lima unit ternyata 1 kapal selam KRI Nanggala 402 yang berusia 40 tahun mengalami musibah paling memilukan. Ditambah lagi performansi 3 unit Nagapasa Class yang baru selesai diproduksi kurang memuaskan kinerjanya. Praktis hanya 1 kapal selam KRI Cakra 401 yang seumuran dengan KRI Nanggala  402 yang diyakini menjalankan misi bawah airnya. KRI Cakra 401 baru saja selesai di overhaul di galangan kapal selam PT PAL Surabaya. Meski sudah di upgrade tetap saja endurancenya sudah tidak lagi sebagus dulu, maklum sudah 40 tahun. Catatan bagusnya, dengan ilmu transfer teknologi kapal selam dari Korsel, para insinyur kita sudah mampu melaksanakan overhaul KRI Cakra 401.

Dalam pandangan kita jalan cepat dan cerdas yang dilakukan Menhan Prabowo untuk mendatangkan herder bawah laut patut diapresiasi. Kabar yang menggembirakan dari Paris adalah kontrak efektif pengadaan 2 kapal selam Scorpene akan diteken pertengahan tahun ini. Memang harus serba cepat karena kita sudah ketinggalan langkah sebelumnya yang pernah bilang kita tidak punya musuh, semua sahabat kita. Nyatanya potensi musuh sudah jelas, sudah mulai mengacak-acak, sudah mulai mendikte. Sementara alat pukul kita yang bernama alutsista masih banyak yang berstatus "order".  Kontrak efektif kapal selam serang Scorpene dan berbagai jenis alutsista strategis lainnya sangat ditunggu dan diharapkan secepatnya. Menhan kita pasti lebih pahamlah soal percepatan itu.

****

Jagarin Pane / 19 Maret 2022

58 comments:

Unknown said...

Semoga segera terealisasi dengan cepat,, Aamiin

mbuh said...

kelihatanya deal sama prancis pak prabowo sampai di undang ke sana
rafale 42
f-21 boramae 80
klau f-15 ex gak juga gak apalah yg terpenting ada yg terbaru
neraca pedangan bulan januaru februari juga surplus : $0,979 sama $3,m

akromanYAPEPAM FOUNDATIONS said...

keputusan yang cepat,tepat,dan terukur

Unknown said...

Kemampuan yang kurang memuaskan pihak tnial terhadap kapal selam baru changbogo class Korsel bisa disebabkan oleh kesalahan 2 belah pihak yaitu pihak Korea Selatan maupun pihak Indonesia. Inti dari kasel changbogo class adalah kemampuan supply listrik oleh baterai saat menyelam dan kemampuan berapa lama mengisi baterai saat muncul di permukaan laut. Kesalahan pihak Indonesia adalah meminta spek jeroan jeroan di dalam kasel yg terlalu tinggi alias membutuhkan supply arus listrik yg extra banyak dan inilah yg menyebabkan baterai kapal selam sering kehabisan listrik sehingga harus sering muncul ke permukaan laut utk mengisi baterai yang sudah terkuras banyak. Kesalahan pihak Korea Selatan adalah tidak kasih tau Indonesia bahwa baterai kapal selam changbogo class punya keterbatasan supply listrik sehingga kalo ingin jarang muncul ke permukaan laut utk mengisi baterai ya saat menyelam harus menghemat penggunaan listrik dan cara terbaik utk bisa menghemat listrik baterai kapal selam changbogo class ya jangan memasang perangkat perangkat elektronik alias jeroan jeroan kapal selam yg punya spek terlalu tinggi karena perangkat elektronik yg punya spek terlalu tinggi alias canggih gahar dan mumpuni ini pastinya butuh arus listrik yg extra banyak sehingga inilah biang kisruhnya yaitu energi baterai cepat terkuras habis sehingga harus sering sering muncul ke permukaan laut utk mengisi baterai yg sudah cepat terkuras habis ini
Nah sebetulnya pihak Korsel ini dari awal mula sebelum tanda tangan RI beli 3unit kasel changbogo dgn skema TOT harus kasih tau RI bahwa dengan kapasitas baterai yg ada di kasel changbogo class ini jangan berharap banyak pilih pilih perangkat elektronik yg punya spek tinggi tapi pake aja perangkat elektronik standar pabrik Korsel yg direkomendasi utk menghemat pemakaian listrik dari baterai kasel saat menyelam. Tapi inilah juga penyebab kenapa pihak Korsel diam saja saat RI pilih memilih perangkat elektronik buat ditaruh di dalam kas we l changbogo class yg punya spek tinggi sehingga akibatnya pihak Korsel jadi bingung mau mengganti baterai apa yg bisa mengimbangi kinerja perangkat elektronik changbogo class TNI-AL yg punya spek tinggi karena mengganti baterai juga butuh biaya besar apalagi ini kan kasel baru serta mengganti baterai juga kasel harus naik dok dan dibongkar lagi bagian bagian bodi kasel alias pasti bodi kasel ada yg dipotong buat angkat baterai lama dan diganti baterai baru cuma biaya ongkosnya siapa yg nanggung?
Mungkin inilah biang kerok asal muasal kinerja kasel changbogo class TNI-AL kurang memuaskan.

Ranjau Laut said...

12 unit kasel itu juga kurang untuk jaga luas laut kita,
Klo bisa 16-18 unit kasel.

Defent studies said...

Insaallah ke depan kita akan bikin sendiri semenjak itu sesuka kita mo butuh brapa amin..

Jagarin Pane said...

Tepat sekali pak

Wangsa Kencana said...

Persoalan baterai di Changbogo Class sebenarnya sudah terindikasi ketika kasel Nagapasa 403 ditest oleh TNI AL.
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu, mengakui bahwa tenaga dari kapal selam paling anyar TNI Angkatan Laut (AL) itu masih kurang.
Namun pihaknya sudah berkordinasi dengan pihak Korea Selatan, yakni Daewoo Shipbuilding And Marine Engineering (DSME), untuk melakukan perbaikan di tahun 2017.
Kurangnya pasokan tenaga listrik di kapal selam secara langsung terkait dengan keberadaan baterai. Sebagai kapal selam diesel listrik, komponen baterai jenis lead acid jelas memegang peranan vital, lantaran mesin diesel digunakan saat kapal berlayar di permukaan, sementara saat kapal berlayar di bawah permukaan, maka yang menyokong tenaga adalah baterai lead acid.
Baterai di kapal selam, perannya bukan sebatas penyokong tenaga saja, lain dari itu bobot dari beterai juga berperan untuk sebagai ballast (pemberat) kapal selam.
Menurut Defense Acquisition Program Administration, atau DAPA menyebutkan Korea Selatan menyatakan telah mengembangkan baterai lithium-ion yang dapat memperpanjang kemampuan operasional kapal selamnya dibandingkan dengan baterai Lead-acid.
Intinya Changbogo Class milik kita masih banyak memiliki persoalan dan yang utamanya adalah persoalan baterai untuk power kasel ketika berada dibawah permukaan air.
Dengan dipilihnya Scorpone Class + AIP, akan dapat menutup kelemahan kasel TNI AL yang telah dimiliki sebelumnya.

Unknown said...

Nasi udah jadi bubur, 3unit kasel changbogo class Korsel sudah masuk dinas tnial, walaupun kurang memuaskan dari segi kemampuan baterai supply listrik saat kasel menyelam, maka sebaiknya 3unit kasel changbogo ini dikasih peran patroli aja dan utk kasel yg punya peran attac cruiser dan destroy buat tnial lebih baik cari penggadaan baru saja dan kebetulan kasel scoorpen class Perancis dengan tambahan AIP ini cocok buat peran tersebut. Secara kebetulan juga ada info bahwa tnial lewat BPK Prabowo telah tanda tangan memesan 2unit kasel scoorpen class baru berikut dgn Teknologi AIP dan TOT sebagai batch 1 yg pembangunannya akan dilakukan di PT PAL Surabaya serta ada tambahan 2unit lagi sebagai pembelian batch2 kasel scoorpen class Perancis buat tnial yg pembangunannya juga akan dilakukan di PT PAL Surabaya.
Lalu KRI Cakra sebaiknya diturunkan fungsi dan perannya hanya sebagai kasel latih saja buat praktek di laut terbuka sambil menyelam bagi calon calon awak kapal selam TNIAL.

Unknown said...

Ada satu pertanyaan yaitu kemanakah proses menawarkan kasel diesel type 214 Jerman via Turkey yg gencar dilakukan, kok tnial via BPK Prabowo tidak menjatuhkan pilihan ke kasel disel type 214 Jerman via Turkey ini? Ada persoalan apa sebenarnya, padahal PT PAL sudah mendapat TOT soal teknologi kasel changbogo class Korsel berikut pembangunan perbaikan pemeliharaan retrofit bahkan utk rekondisi sudah bisa di lakukan PT PAL Surabaya.
Apakah pihak Jerman selaku owner kasel diesel type 214 pelit memberi TOT kepada PT PAL?
Mungkin permasalahan inilah yang membuat BPK Prabowo banting setir dan menjatuhkan pilihan pembelian kasel disel baru utk tnial yaitu produk kasel scoorpen class Perancis.
Mungkin pembaca rubrik pak Jagarin ini ada yg tau? Ataukah bapak Jagarin tau info info tentang permasalahan ini.

Anonymous said...

lebih baik diskusi dg Jerman utk perbaikan chang class secara menyeluruh, sy yakin ada jalan keluarnya ... teknologi selalu berkembang, siapa tau ada teknik mutakhir utk upgrade, apakah baterai di ganti atau sistem pengisian baterai disesuaikan dg kebutuhan maksimal atau sistem elektronik di cari yg lebih irit kebutuhan daya listrik nya.
bagaimanapun 3 unit chang sdh jadi, sayang kalo tdk di optimalkan, semoga ...

Unknown said...

Pak Prabowo mungkin berfikir mengenai mro yg lebih efisien apabila diambil dari satu sumber negara saja. Memadukan rafale Scorpene dan fremm semuanya bisa berbagi platform senjata,perawatan dan tentunya transfer teknologi

Anonymous said...

Saran saya Indonesia sambil mempersiapkan perencanaan pengadaan alutsista dari ketiga Matra, dan juga antisipasi jika terjadi konflik baik itu potensi konflik fisik terkait dengan sengketa LCS, Indonesia juga harus mempersiapkan swasembada pangan, supaya ada cadangan logistik yang harus disiapkan minimal untuk 2 tahun pertama, juga harus swasembada energi, dengan mengeksplorasi dan membangun PLTG dan industri dari pembangunan infrastruktur dan saspras serta SDM untuk dilatih mampu memproduksi menyediakan infrastruktur, saspras, dan perawatan instalasi sumber daya energi, dari hulu sampai hilir eksplorasi dan pengelolaan sumber daya energi, juga pembangunan kilang untuk menampung minyak, kemudian pegawai kantor dan lapangan dari perusahaan diikutsertakan program bela negara dan pengelolaan limbah lingkungan akibat pembangunan pusat dan pengelolaan energi guna mengurangi ketergantungan, sambil berdagang dengan menambah cadangan devisa negara. Indonesia kurang sekali penambahan jet tempur, setidaknya minimal Indonesia memerlukan 400-500 jet tempur, Indonesia bisa membeli juga F15 dan F18 bekas dari USA, dan juga menambahkan eurofighter thypoon yang dijual oleh Austria, dan Eropa, bahkan kalau perlu ditawar aja eurofighter thypoon dari quatar kebetulan quatar lagi bingun nyimpan jet tempurnya karena keterbatasan tempat untuk menampung jet tempur, ditambah dengan pengadaan super Tucano dan FA 50, semua pengadaan lengkap dengan pengadaan suku cadang pesawat selain mesin termasuk radar, dan IFF, infrared, dispanser flare, lengkap dengan persenjataan, jangan nanggung, sekalian lengkap dengan amunisinya, bahkan kalau perlu 1 unit pesawat bisa dicadangkan 1 juta amunisi meriam, kemudian utk kapal selam karena waktunya mepet, tdk ada salahnya Indonesia juga mengadakan kapal selam dari Jerman selain dari Perancis, dng ToT, bisa beli lisensinya jika ada kesepakatan, untuk bangun 20 unit kapal selam bobot 2000 ton, 20 unit bobot 1800 ton, 20 unit kapal selam bobot 1400 ton, dan 20 unit bobot kapal selam 1000 ton, serta 40 unit kapal selam mini bobot 800 ton serta 40 ton kapal selam bobot 500 ton, seluruhnya disepersenjatai rudal dan torpedo, juga bungker yang bisa menampung minimal 12 unit jet tempue, bungker dirancang untuk bisa menampung BBM, dilengkapi di kantor bupati, dan walikota,

Unknown said...

Kekurangan adalah ilmu pengetahuan yang hilang namun akan dibutuhkan pengorbanan jika ingin mengetahuinya...banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran dalam pembuatan kasel korsel ini.semoga pengalaman ini membuat tni lebih mawas diri

Unknown said...

Sejak Kapan Kontrak Efektif Scorpene akan ditandatangani pertengahan tahun ini??? info dari mana tu pak haji?

Jagarin Pane said...

Asia Times 🙏

Unknown said...

Mengganti baterai kasel itu tidak mudah, kaselnya harus dibelah (body kasel harus dibongkar)
Jika ukurannya, beratnya, bentuknya dan lainnya berbeda dengan yang lama, maka butuh penyesuaian segalanya dari kasel tersebut.
Bukan perkara mudah dan biaya kecil untuk mengganti baterai kasel.

Unknown said...

Keberhasilan butuh pengorbanan besar

Anonymous said...

Colek nih bung pocong seram. Hehe.

Anonymous said...

Pak Haji, apakah ada rencana dari TNI A.L untuk pengadaan kapal selam mini yang yang direncanakan akan dibuat oleh PT. PAL ? Dan apakah ada rencana dari Kemenhan dan TNI A.D serta PT. D.I untuk pengadaan helikopter gandiwa ? Setelah mengevaluasi potensi ancaman LCS, Laut Natuna Utara dan juga evaluasi invasi Rusia Vs Ukraina karena historis

Aa said...

Kelanjutan CBG Inv batch ke 2 gmn..?? Dan Investasi PT. PAL untuk bisa membuat sendiri KS dalam negeri dengan berbeda jenis yg bukan dari keluarga U Boat bagaimana..?? Bukannya U 209 jg bisa dipasang AIP jg..

Unknown said...

Kalau memang pembangunan CBG dua bermasalah sebaiknya tdk usah diteruskan ganti dgn Scorpene sedangkan fasilitas KS yg sudah ada sebaiknya digunakan untuk membuat kapal selam tanpa awak seperti halnya dalam pembuatan kapal patroli cepat yg diperbanyak

Unknown said...

Tampaknya kemenhan membagi dua platform dalam pemenuhan alutsista. Yang pertama adalah alutsista pemukul garis depan yg akan diisi oleh barang barang yg berkualitas seperti rafale, Scorpene fremm dll dan yang kedua alutsista patroli yg akan diisi oleh produk buatan dalam negeri.

Pusing pusing said...

Walaupun nantinya Indonesia meninggalkan akuisisi batch2 changbogo class dan melirik akuisisi scoorpen class Perancis maka hanggar fasilitas kasel yg ada di PT PAL yg tadinya utk pembuatan kasel changbogo class tetap bisa dipake utk pembuatan scoorpen class Perancis + juga sebagai tempat perbaikan service rutin retrofit danb rekondisi kasel changbogo class maupun scoorpen class. Selain itu hanggar fasilitas pembuatan kasel di PT PAL bisa dipake utk pembuatan kasel diesel elektrik merek lainnya bila Indonesia membeli kasel produk negara lain di luar Korsel dan Perancis.Dengan 2type kasel yg diakuisisi oleh RI utk tnial maka ilmu soal kasel diesel elektrik yg dikuasai oleh PT PAL semakin mumpuni dan tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti PT PAL bisa mengawinkan teknologi kasel changbogo class dgn teknologi scoorpen class sehingga menghasilkan suatu teknologi kasel yg lebih mumpuni Made in PT PAL suatu hari nanti.
Kita wajib berbangga bahwa PT PAL punya kemampuan bangun kasel dgn teknologi changbogo class maupun kasel scoorpen class.

Pusing pusing said...

Jawaban mengapa bapak Prabowo meninggalkan akuisisi changbogo class Korsel dan beralih ke akuisisi scoorpen class Perancis adalah selain memang changbogo class Korsel kurang memuaskan tnial ternyata ada juga faktor lain yg mendukung yaitu bank sutu negara yg memberi fasilitas kredit ekspor. Kalo akuisisi changbogo class Korsel berarti bank pemberi fasilitas kredit ekspor adalah bank yg ada di Korsel dan kebetulan saat batch1 pembelian changbogo class ternyata bank di Korsel yg memberi fasilitas kredit ekspor utk RI memberi kredit dgn bunga agak tinggi dan inilah yg buat RI kurang puas lalu dgn akuisisi jet tempur Rafael Perancis utk tniau maka bank di Perancis ini yg memberi fasilitas kredit ekspor utk Indonesia dan kebetulan juga mungkin bank di Perancis ini memberi bunga kredit yg lebih ringan dan terjangkau oleh Indonesia sehingga akhirnya terpaksalah beli juga sekalian kasel Made in France yaitu scoorpen class. Jadi bank di Perancis inilah yg menangani pemberian kredit ekspor dgn bunga ringan dan menjanjikan utk pembelian jet tempur Rafael France + pembelian kasel scoorpen class france bagi Indonesia karena pembelian kedua jenis alutsista militer utk RI ini tidak dibeli tunai cash melainkan beli sistem kredit sekian tahun baru lunas.
Dan mungkin juga bank di Perancis ini yg akan mengangani pembelian alutsista militer yg lain Made in France buat RI.
Jadi bank di Perancis inilah yg memberi fasilitas kredit ekspor dgn bunga ringan serta menjanjikan kepada Indonesia daripada bank di Korsel yg bunganya pinjamannya lebih besar sehingga tidak memuaskan Indonesia.
Mungkin inilah salah satu alasan juga Indonesia condong ke Perancis dalam pembelian alutsista militer sekarang ini.

Unknown said...

Yang penting sumbernya jangan terlalu gado gado susah nanti logistik dan perawatannya sumber utama memang sudah seharusnya dari dalam negeri

Aa said...

Bunga rendah tapi harga pokok mahal ya pasti berat jg ke APBN untuk membayarnya kita lihat harga Rafale termasuk yg paling mahal di dunia dari segi harga bahkan bila di bandingkan F 35 sekalipun, lalu bagaimana dengan rencana pembelian F 15 EX ..apakah pihak USA memberi bunga ringan jg..?? Jangan lupa harga F 15 EX terbaru jg tidak murah..kita memang perlu acung jempol untuk MenHan kita sekarang dalam membeli alutsista seleranya kelas premium semua dan semoga pembelian ini mensupport program kemandirian Alutsista dalam negeri kita..Aamiin

Pusing pusing said...

Sepertinya bapak Prabowo setiap membeli suatu produk alutsista buat TNI memakai skema pembelian via fasilitas kredit eksport selama masa pinjaman kredit 30th baru lunas dan sesuai perhitungan teori setiap produk alutsista militer usia 30th sudah wajib diremajakan alias diganti baru . Jadi sepertinya setelah lunas setiap pembelian alutsista buat TNI ya alutsista itu juga harus diremajakan alias dipensiunkan karena usia tua. Nah inilah yg sedang dilakukan bapak Prabowo. Selama alutsista tersebut dipake TNI ya pastinya RI masih membayar cicilan sampai selesai cicilannya yaitu selama 30th.
Masalah memberatkan atau tidak bayar cicilan pembelian selama 30th itu yang tau cuma kementrian keuangan RI dan Bank Indonesia.

Jagarin Pane said...

Ks midget ada rencananya. Dirut pt pal ahli perkapalan khususnya ks. Gandiwa gak terdengar kelanjutannya. Fokus alutsista striking force💪💪🙏🙏

Defent studies said...

Bung jagarin kapan sebetulnya uji coba elang hitam di lakukan karna sampe saat ini blum ada britanya di uji coba..

Unknown said...

Tnial sudah pengalaman puluhan tahun mengoperasikan kapal selam diesel elektrik mulai dari wiskey class Rusia lalu type209 1300 class Jerman lalu changbogo class Korsel. Jadi sebetulnya tnuial tau mana yg bagus dan oke dan mana yg tidak oke soal pemakaian kapal selam. Saat memakai wiskey class yg 12unit walaupun kena embargo suku cadang dari Rusia akibat perubahan orede lama ke orde baru toh tnial mampu mempersiapkan kasel wiskey ini siap pake walau dgn cara kanibal sehingga akhirnya tinggallah 2unit wiskey class Rusia yg siap pake memasuki th80 yaitu KRI Bramasta dan KRI pasopati lalu akhirnya berjalannya waktu tinggallah KRI pasopati yg masih oke digunakan. Selama memakai wiskey class ini tidak ada satupun yg tenggelam dan tidak pernah mengalami overhoul retrofit atau rekondisi serta sekarang wujud asli wiskey class masih dapat disaksikan di monumen kapal selam Surabaya dgn wujud asli KRI Pasopati.
Th1981 KRI Cakra dan KRI Nanggala masuk dinas tnial dan selama kurun waktu sampai tahun2000 kedua kapal selam type 209 1300class Jerman ini oke dan memuaskan tnial lalu barulah diadakan retrofit di galangan DMSE Korsel cuma hanya KRI Nanggala yg mengalami retrofit dan rekondisi total di galangan DSME korsel dan hasilnya memuaskan tnial sampe berita tenggelamnya KRI Nanggala. Sekarang KRI Cakra sudah selesai retrofit dan rekondisi total di PT PAL dgn pengawasan pihak DSME korsel dgn hasil oke dan memuaskan.
Pertanyaannya kenapa changbogo class Korsel milik tnial kurang memuaskan? Padahal changbogo class ini masih satu keturunan dari type209 1300claas Jerman alias baterainya harusnya masih sama dengan kepunyaan type209 1300class. Kok kurang memuaskan ya changbogo class Korsel? Mungkin baterai changbogo class tidak lagi sama dengan baterai di type 209 1300class Jerman. Mungkin pula jangan jangan baterai yg dipasang di changbogo class Korsel pesanan tnial adalah baterai jenis baru yaitu baterai litium yg waktu itu sedang gencar gencarnya dibbuat dan diujicoba oleh Korsel. Apakah baterai yg dipasang di changbogo class pesanan tnial ini benar benar baterai litium yg masih try and error' yg belum 100% sempurna ? Kalo iya pantas saja pihak DSME korsel kebingungan mengganti baterai litium ini karena sudah terlanjur dipasang di kapal selam changbogo class milik tnial dan tidak mungkin dibongkar kembali utk diganti baterai jenis yg lain karena biaya bongkar pasangnya siapa yg nanggung lagian ini semuanya masih baru kapal selamnya.
Ini cuma menduga duga saja sebagai orang awam bisa benar dan bisa juga salah. Kalo benar yg dipasang itu baterai litium berarti tnial harus bangga karena ini adalah teknologi baru buat kapal selam TNIAL soal baterai kapal selam walaupun hasilnya masih kurang memuaskan tapi setidaknya tnial merasakan kecanggihan kekuatan baterai litium di kapal selam walau harus sering sering muncul ke permukaan laut utk mengecharge baterai litium ini.
Sebetulnya ada solusi utk mengatasinya yaitu memasang teknologi AIP di setiap kasel changbogo class milik tnial tapi biayanya siapa yg nanggung serta selama bongkar pasang AIP ini tentu kasel changbogo class tnial harus naik dok serta tidak operasi selama 1tahun utk setiap kapal selam changbogo class tnial
Puyeng kan memikirkannya.

Unknown said...

Kalau changbogo versi originalnya sama seperti u 209,berhubung sudah ada modifikasi macam macam ya gitulah. Mungkin kalau dulu beli u 209 langsung dr german trus minta dimodifikasi ceritanya beda.

Pusing pusing said...

Pada saat RI belum menjatuhkan pilihan ke kasel diesel scoorpen class Perancis, RI pernah meminta dan evaluasi soal kemungkinan kasel diesel type214 Jerman dan type209 1400mod Jerman dan pihak si pembuatnya sudah datang ke mabes tnial dan memaparkan kedua type kasel tersebut utk dibeli RI. Tapi entah kenapa tiba tiba BPK Prabowo menjatuhkan pilihan ke kasel scoorpen class Perancis.
RI berharap punya minimal 12unit kasel diesel elektrik utk menjaga seluruh batas batas perairan laut RI. Alangkah baiknya 12unit kasel itu terdiri dari 6unit kasel scoorpen class Perancis + 3unit changbogo class Korsel batch1 + meneruskan changbogo class Korsel batch2 dgn AIP atau mengakuisisi 3unit type209 1400 mod Jerman atau mengakuisisi 3unit type214 dgn AIP sehingga genaplah berjumlah 12unit kasel. Dan tentunya semua kasel itu harus dibuat di galangan kapal PT PAL Surabaya sebagai transfer TOT supaya nantinya PT PAL menguasai semua teknologi kasel dari teori lalu rancang bangun lalu desain lalu isi jeroan jeroan kasel lalu membuat sendiri lalu menservive sendiri lalu retrofit dan rekondisi sendiri di galangan kapal PT PAL. Inilah langkah awal yg bagus utk membuat dulu di galangan kapal PT PAL dan nantinya akan tiba waktunya setelah 20th operasikan 12unit kasel tersebut barulah PT PAL menciptakan sendiri merancang sendiri kasel diesel elektrik dari nol sampe delivery ke konsumen.

Anonymous said...

Terima kasih atas informasinya Pak Haji Jagarin. Informasinya dan responnya cepat dan update, ini yang kami butuhkan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme kami

Dul said...

Padahal kemampuan changbogo class saat ajang latihan dg Amerika, sangat mumpuni, bhkn kapal2 Amerika sangat kesulitan untuk menemukan keberadaan kasel changbogo...saat latihan.rimpac

Unknown said...

OMONG KOSONG ITU SEMUA.

Pusing pusing said...

Berita soal kemampuan kasel ROC navy yaitu changbogo1 class memang benar dan membuat heboh di acara latihan rimpac.
Changbogo1 class ROC navy memang buatan sendiri Korsel hasil licensi dari Jerman tapi bukan utk dijual ke negara lain sehingga karena Korsel diam diam menjual kasel changbogo class ini kepada RI tanpa persetujuan Jerman makanya Jerman tidak mau turun tangan dan tidak mau tanggung jawab bila ada apa apa dgn kasel changbogo class yg dibeli RI utk tnial.
Sepertinya kasel changbogo class punya ROC Navy ada perbedaan dgn changbogo class punya tnial. Mungkin karena yg punya ROC navy ini masih original asli dari Jerman walau dibuat di Korsel, makanya tidak mengalami masalah seperti punya tnia karena memang tidak dimodifikasi. Tapi changbogo class punya tnial sudah mengalami modifikasi sehingga tidak original lagi sehingga timbullah masalah tidak memuaskan tnial dan pihak DSME Korsel jadi bingung utk mengatasi dan membetulkannya karena mungkin modifikasinya ini kurang diperhitungkan untung ruginya oleh DSME Korsel karena mungkin masih dalam tahap trial and error' alias belum 100% sempurna. Celakanya pihak DSME Korsel ini kok tidak kasih tau tnial dari awal saat menjatuhkan pilihan beli kasel changbogo class yg sudah di modifikasi alias tidak original standart jerman. Ya itulah yang mungkin kesalahan awal ada di pihak DSME Korsel.
Dan herannya juga kenapa pihak RI yg sudah tidak puas akan kasel changbogo class yg dibeli utk tnial ini kok tidak komplain dan menuntut pihak DSME Korsel seperti mengembalikan utuh semua kasel changbogo class yg dibeli ke galangan kapal DSME Korsel utk diperbaiki serta bila pihak DSME Korsel ini tidak bisa memperbaiki ya seharusnya RI meminta ganti rugi uang atau minta kembali uang down payment beserta cicilan yg sudah dibayar RI.
Itulah yg seharusnya dijalankan RI tapi kok kenapa RI diam saja dan menerima begitu aja rasa tidak puas akan kasel changbogo class yg baru dibelinya?

Unknown said...

Omong kosong itu. Kapal selam versi kw U209 mana mungkin lebih handal dari versi originalnya made in jerman.tidak satu pun negara didunia ini kecuali indonesia yg mau beli versi KW u209 yg diproduksi negara yg baru belajar buat kapal selam. tunjukkan negara didunia ini selain indonesia yg mau beli kacang begok.latihan di RIMPAC itu sengaja menggembar gembor kan seakan2 kacang begok ini mumpuni dan bisa di handalkan.tapi nyatanya 0.padahal mulanya pilihan dan idaman TNI AL itu kilo klas yg bisa menembakkan rudal dibawah permukaan air untuk menghantam target daratan.tapi karena tekanan dan gertakan anglo saxon genk rencana semula mau dibeli 12 unit dikurangi jadi 3 unit namun itu masih belum membuat anglo saxon genk senang mereka ngotot paksa semua pembelian dibatalkan.bukan itu saja KSAL waktu itu pak slamet subianto yg berkeingin keras beli kilo klass juga secara tiba2 dicopot dari jabatanya.akhirnya anglo saxon genk senang pembelian kilo di ganti kacang bego dan pak slamet pun disingkirkan karena dianggap punya pemikiran yg berbahaya.

Pusing pusing said...

Iya memang pendapat anda betul cuma tidak 100% benar, waktu itu dibuka tender pengadaan kapal selam diesel elektrik baru buat tnial dan kandidatnya mengerucut jadi 3 pabrik kapal selam yaitu Jerman Rusia dan Korsel. Pabrik Jerman tawarkan type209 1400 class bukan type 214 ya lalu pabrik Rusia tawarkan kilo class dan pabrik Korsel tawarkan changbogo class hasil lisensi Jerman. Cuma waktu itu yang paling murah dan kasih transfer of teknologi ya cuma pabrik korsel sedang yang lain harga penawarannya jauh lebih mahal dan tidak kasih TOT. Waktu itu pengadaan kasel baru utk tnial diambil yg paling murah dan kasih TOT. Karena itulah pabrik Rusia mundur sehingga tinggal pabrik Jerman dan pabrik Korsel. Dengan harga USD 1,12milyar pabrik Korsel berani kasih 3unit kasel baru berikut TOT tapi pabrik Jerman dengan harga segitu cuma kasih 2unit kasel baru tanpa TOT tapi pabrik Jerman kasih pinjam kasel ke tnial utk dipake uji coba pemakaian selama pembangunan kasel baru utk tnial. Sedang pabrik Rusia dengan harga segitu cuma kasih 2unit tanpa TOT serta tnial harus menyediakan tambahan biaya utk fasilitas pendukung selama kasel parkir di pelabuhan.
Itulah kejadian yang sebenarnya sehingga akhirnya pemilihan jatuh ke pabrik korsel changbogo class.
Waktu itu juga ada keinginan tnial harus punya kasel diesel 12 unit tapi diorder bertahap sesuai anggaran yg disediakan pemerintah.

Unknown said...

Betul anda betuul.namun dalam jual beli berlaku prinsip ada harga ada kualitas.jelas harga alphard lebih mahal dari apivi. tergiur harga murah ujung2nya bikimana??? Memang benar cangbogo lebih murah plus TOT tapi akhirnya???yaaaah sama tahu kita kan?dalam penawaran kilo klass rusia sudah kasih tawaran kridit exspor lunak jangka panjang ke indonesia.memang TOTNYA tidak ada.tapi ini barang kualitas premium lho jelas harga mahal tapi dikasih kridit lunak jangka panjang.kualitas kilo ini yg mengakui NATO sendiri yg mengakui sulit di deteksi sehingga di juluki blackhole.cangbogo bisa dipercaya sulit dideteksi jika sudah diadu dgn kirvak klassnya rusia.RIMPAC latihan satu group ya bisa dikasih pujipujianlah. ntah kenapa pengambil keputusan kala itu senang bermain2 dgn rusia ntah kenapa mulanya disetujui tapi pihak indonesia minta tambahan kridit untuk pembangunan infrastruktur tempat parkiran kawanan si kilo. Jelas di tolak rusia karena tidak termasuk program pengadaan alutsista kemudian anehnya lagi oleh pengambil keputusan waktu itu diminta ke rusia agar fasilitas kridit pembelian kilo klass itu dialihkan saja untuk pembelian su 35.jelas juga di tolak rusia.lucu indonesia berurusan dgn rusia mencla memcle.Sama juga lucunya dgn nego pembelian su 35 selanjutnya, yg diminta indonrsia dgn separuh tunai separuh imbal dagang.salah satu komponenya imbal dagang ada terselip kerupuk hi hi hi.udah itu minta TOT yang mantap lagi.pilih harga murah dgn TOT yg menjanjikan akhirnya zonk bukan?untung saja pak putin tidak marah2 dgn sikap indonesia yg terkesan maju mundur dan main2 dalam pembelian alutsista rusia.ibarat dagang yaa pedagang bakal tersinggung jika pembeli berlete2 dalam transaksi.Memang beli alutsista rusia memang agak sulit TOT nya tapi dibalik itu sebenarnya rusia akan bantu di langsung dilapangan jika beli alutsistanya.buktinya venezuela AS tidak berhasil jatuhkan maduro yg dibackup rusky.yanukivich rusia kecolongan. bukankah duta besarnya rusia keceplosan ngomong rusia akan turun tangan jika indonesia di gangbang meskipun akhirnya diralat.Senang bisa berdiskusi dan anda. Anda menunjukkan dan mengajarkan cara berdiskusi yg santun jauh dari arogansi dan maki2 ala zaman sekarang. Mari kita berdiskusi secara sehat saling menerima kebenaran. Terima kasih saudaraku walaupun anda mengemukakan pendapat yg berbeda tapi dgn kalimat yg sejuk dan sopan.dalam situasi seperti ini utamakan persatuan jgn terpecah belah dan bermusuhan antar sesama anak bangsa. Terima kasih.

Unknown said...

Harga murah barang serupa kaya motor jialing kalau jaman dulu

WIRO 212 said...

Jare wong jowo onok Rego Yo onok rupo

Wangsa Kencana said...

Untuk yang komentar dengan nada tinggi, mohon dipahami mengenai UU No 16/2012 tentang Industri Pertahanan.
Boleh saja berasumsi kesana kesini, akan tetapi akan lebih bijak jika menyatakan sesuatu itu disertai ilmu yang cukup.

Unknown said...

Bagaimanapun juga menyerap teknologi memang mahal harganya. Yg penting ilmu membuat itu yg harus dipelajari dan diperoleh dengan cara apapun dan kemudian kita kembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan kita baik itu membuat senjata ,kapal perang, kapal selam ,tank ,rudal, helikopter , pesawat tempur dan sebagainya termasuk segala macam mesin. Saya jadi ingat ada salah satu profesor kita yang pernah mengatakan bahwa untuk mendapatkan teknologi tdk mudah. Tidak semua mau memberi. Kita harus belajar sendiri atau belajar kepada siapapun yg mau ngasih atau kita mencontek teknologinya atau bisa kita curi teknologi negara lain.Mudah mudahan ke depan para ahli kita bisa merancang dan berdiri sendiri.

Unknown said...

Makanya kita belajar disini, coba dijelaskan agar berkomentar dgn nada tinggi mengerti

Unknown said...

Itu betul tetapi alangkah baiknya buat skala prioritas agar antara kemauan dan kemampuan sejalan dan berkelangsungan. Karena sekarang yg ada cenderung kalau ganti penguasa ganti kebijakan ganti anggaran juga. Punya N250 mandek di jalan, cn235 hampir mati, kf21 dan tank harimau suram. Jadi tentukan skala prioritas, siapkan anggaran, perbanyak produksi untuk 3 angkatan dan gunakan. Jangan produksi skala kecil trus ekspor buntut buntutnya kita malah beli buatan luar. Diantara semua alutsista yg tergolong berhasil cuma ss1 dan ss2

Anonymous said...

Tugas dari BRIN dengan membagi divisi pekerjaan khusus untuk penelitian dan pengembangan mesin pesawat, penelitian dan pengembangan mesin kapal, penelitian dan pengembangan rudal serta roket berpemandu dan tidak berpemandu, penelitian dan pengembangan model jet tempur, penelitian dan pengembangan model helikopter angkut, penelitian dan pengembangan mesin untuk helikopter angkut dan helikopter serang, penelitian dan pengembangan model helikopter serang dan serbu, penelitian dan pengembangan MLRS, penelitian dan pengembangan kapal selam midget, penelitian dan pengembangan model panser amphibi dengan meriam cal 105, dan peluncur rudal, dilengkapi radar, snorkel, dan infra red, penglihatan malam, teropong, penelitian dan pengembangan radar maritim, penelitian dan pengembangan radar pasif, penelitian dan pengembangan radar aktif, penelitian dan pengembangan kapal fregat dan penelitian serta pengembangan kapal destroyer, penelitian dan pengembangan Hovercraft yg dilengkapi radar 3D, radar 2D, sonar, penelitian dan pengembangan, penelitian dan pengembangan radar pendeteksi satelit dan rudal serta roket yang diluncurkan dari pesawat, dan kapal perang serta dari kapal selam, juga dari satelit, juga dari darat, penelitian dan pengembangan kendaraan lapis baja, penelitian dan pengembangan satelit mata-mata yang dipersenjatai, penelitian dan pengembangan senjata laser, penelitian dan pengembangan alat komunikasi militer yang dilengkapi Scrambler dan alat peperangan elektronika, penelitian dan pengembangan sonar, penelitian dan pengembangan torpedo, penelitian dan pengembangan alat intelijen disertai dengan peluncur rudal dan roket.

Unknown said...

Penelitian dan pengembangan pembangkit tenaga listrik arus air, penelitian dan pengembangan senjata 6-10 Laras cal 12,7 mm atau 7,6 mm, penelitian dan pengembangan senapan dengan alat penampung amunisi lebih dari 300 peluru untuk masing-masing senapan SS2, SS3 sampai dengan senapan runduk bagi penembak jitu, untuk menambah daya tahan dan kemampuan mempertahankan diri ketika mendapatkan serangan, penelitian dan pengembangan helm anti peluru, penelitian dan pengembangan baju anti peluru, anti api dan anti air, penelitian dan pengembangan tas ransel dan baju militer yang bisa membawa logistik makanan, obat2an dan amunisi serta charger alkom, juga peralatan dan perlengkapan militer lainnya

Anonymous said...

Model kerjasama BRIN bekerjasama dengan perusahaan BUMN pertahanan dalam negeri dan swasta dalam negeri, dengan universitas swasta dan negeri, dengan membagi masing-masing divisi, sehingga mempercepat pengetahuan dan penguasaan atas ilmu pengetahuan dan teknologi militer, jika dikerjakan sendiri ya tidak akan mampu, harus sama-sama saling membantu, bekerjsama dengan perusahaan untuk program CSR, khusus untuk bantuan pengadaan alat militer bagi personil TNI yang bertugas di pulau terluar, daerah perbatasan, di luar negeri, dan di daerah terpencil serta rawan konflik

Unknown said...

Tapi semua mentok di prototipe

Anonymous said...

Semua itu lingkaran setan, karena setiap teknologi akan mengalami perkembangan yang signifikan setiap waktunya.
Tidak ada yang salah dari ToT.
Ada kebiasan buruk hampir dari setiap pembelian alusista dari luar yaitu dalam keadaan kosongan dan juga dalam jumlah kecil.
Pada dasarnya tidak akan ada yang namanya ToT 100%.
Contohnya ketika pembelian Rudal C-705.
Entah sudah sejauh mana perkembangan dari ToT dari pembelian Rudal C-705 dan C-802 tersebut.
Sebenarnya pembelian alusista dari negara pemegang hak patennya seperti contoh kasel Changbogo Class (lisensi kasel diesel-listrik Type 209 awalnya dikembangkan oleh Howaldtswerke-Deutsche Werft (HDW) Jerman adalah menurut saya kurang efektif.
Hal tersebut lebih dikarenakan hal teknis dari Korea Selatan yang kemungkinan tidak mendapatkan ToT 100% dari pemegang hak paten kasel tersrbut.
Lalu srlanjutnya pada dasarnya hanya sedikit negara yang mampu memproduksi alusistanya dengan TKDN 100%.
Itulah resikonya jika kita hanya menerima ToT dari negara bukan pemegang hak patennya, terlebih lagi jika alusistanya dimodif / costum seperti keinginan konsumen.
Contohnya adalah negara Ausie yang ketika kasel costumnya mengalami kendala membutuhkan waktu perbaikan lebih lama dan juga keuangan yang lebih besar.
Yang jadi persoalan mendasar dari kita adalah setiap pucuk pimpinan berganti, kemungkinan besar juga arah kebijakan berubah.
Hal tersebut akan menjadikan missing link dalam ToT dari hasil sebelumnya.
Selain itu dalam setiap produksi di dalam negri dan juga pembelian dari luar rawan akan markup.
Belum terlambat jika kita fokus pada apa yang kita butuhkan.
Secara berjenjang, pelan dan pasti asalkan didukung oleh kebijakan yang profesional dan tegas, kita akan mengejar kertinggalan kita dari negara² maju.
Contohnya negara China, mereka berhasil melangkah maju dalam alusista, meskipun secara teori lebih mengutamakan kuantitas dari pada kualitas.

Moon said...

Yang di gunakan Korsel itu pada saat latihan bukan ks Changbogo tapi asli ks u209 buatan Jerman yang di beli oleh angkatan laut Korsel, setahu aku Korsel blom menggunakan KS changbogo dan tidak punya KS changbogo

Defent studies said...

Serahkan pd swasta bila tak ingin jd prototipe,di mana2 swasta itu slalu cepat,gesit dan tepat waktu,liat hasilnya tanpa tedeng aling2 tiba2 pt palindo marine meluncurkan kcr 40 waktu itu kemudian tiba2 pt dru meluncurkan opv yg berdisain sigma dan enak di liat dan alhmdllah sdh mendapatkan kontrak,blum ranpur2 swasta desainnya hebat dan canggih,bukan merendahkan bumn tau bumnis sejarah membuktikan lelet ujung2 gak jadi di produksi..

Unknown said...

Dari semua masukan diatas pengguna akhir adalah tni. Dengan banyaknya penelitian dan pengembangan yg ujung ujungnya menjadi prototipe. Kenapa? karena anggaran pembelian alutsista TNI kecil sehingga tidak bisa mengcover semuannya. Harus ada pembagian anggaran dengan dept dan institusi lainnya contoh untuk kapal patroli 60 m harusnya yg membeli banyak adalah bakamla, kapal patroli 40 m kebawah serahkan pada polisi air sedangkan TNI konsentrasi pada rentang 90 m keatas agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan dan anggaran menjadi efisien. Pada akhirnya jika anggaran efisien dapat digunakan untuk pengembangan alutsista lainnya.

Unknown said...

Di dalam dunia kemiliteran tidak boleh ada sosok pemimpin dari tingkat tertinggi maupun terendah dilapangan tidak dibenarkan mendahulukan amarah emosi dan as rogansi sikap dan tingkah laku karena sangat berbahaya bagi pasukan di Medan tempur. Seorang tentara yg biasa mendahulukan amarah dan arogansi sikap serta tingkah laku biasanya oknum ini akan cepat tewas terbunuh ditempak musuh karena seorang tentara yg emosional dan arogansi tidak bisa berpikir jernih utk menganalisa keadaan sekitarnya dan tidak bisa berhitung cermat soal kekuatan musuh. Seorang pemimpin di pasukan yg sedang ada di Medan tempur kalo berani mendahulukan amarah dan arogansi pastilah dia dan pasukannya jadi sasaran empuk tembakan musuh sehingga berakibat fatal yaitu menyia nyiakan nyawa pasukan di Medan tempur

Unknown said...

Perang jaman sekarang yang dibutuhkan adalah roket dgn jangkauan maks 50-80km lalu rudal anti serangan udara lalu rudal permukaan ke permukaan yg berjangkaub 300km dgn kecepatan super Sonic lalu peralatan jamming lalu terpedo berjangkau 50-100km lalu ranjau ranjau laut lalu meriam meriam anti serangan drone bersenjata. Nah Indonesia sebetulnya lebih baik fokus merancang membuat dan meracik sendiri roket rudal anti serangan udara rudal permukaan ke permukaan peralatan jamming terpedo serta ranjau ranjau.
Kalo Indonesia sudah mampu melakukannya pastilah calon calon musuh Indonesia akan segan kepada Indonesia dan berpikir 7x kalo mau usil ke Indonesia.
Contoh bila musuh punya pesawat jempur canggih gahar mumpuni akan rontok juga bila di rudal berkali kali dgn rudal anti serangan udara. Jangankan di rudal tapi hanya di jamming aja pesawat tempur musuh itu akan buta alias kehilangan kontrol persenjataan di peswat tempur mereka sehingga senjata atau rudal mereka tidak bisa diluncurkan.
Kapal perang gahar canggih mumpuni juga akan rontok dan tenggelam bila diterpedo berkali kali atau di rudal berkali kali dgn rudal permukaan ke permukaan.atau saat melintas kapal perang musuh terkena ranjau laut dan akhirnya meledak dan rusak kapal perang musuh.
Drone bersenjata musuh juga akan hilang kendali bila di jamming dan akan jatuh bila ditembak dengan rudal atau meriam anti serangan udara.
Helikopter kelas Apache aja akan rontok juga bila dirudal berkali kali dgn rudal anti serangan udara.
Tank canggih gahar mumpuni pun akan rontok juga dibrudal berkali kali dengan rudal Anti tank. Jadi sebetulnya senjata yg gahar mumpuni dan canggih di Medan tempur modern sekarang ini adalah roket rudal terpedo ranjau laut peralatan jamming dan meriam anti serangan udara bukan pesawat tempur kapal selam kapal tempur tank dan panser.

Jagarin Pane said...

Tidak terpublikasi pak. Mungkin utk menjaga kerahasiaannya.

Unknown said...

Ini kata kunci yg tepat. "belajar"
Ya kita memang harus belajar dan terus belajar. Belajar dari kasus embargo, kasus TOT yg berlete2,pembelian alutsista yg juga bertele2 belajar membaca situasi, belajar sabar menghadapi anak muda yg emosional, bahkan belajar bagaimana cara belajar. Sebenarnya dalam militer secara psikologis tidak ada itu istilah emosi.sudah disalurkan dalam bentuk semangat dan disiplin cinta negara. Apalagi seorang komandan.seorang yg ditunjuk sebagai komandan pastilah sudah lulus kualisifikasi yg ketat dari komandan ddiatasnya sehingga layak dan pantas ditunjuk jadi komandan.jarang ada seorang komandan militer yg ngawur dan mengedapankan emosi dlm keputusanya apalagi TNI karena kualitas TNI sudah diakui kalau tidak kenapa mereka doyan latihan dgn TNI. tidak ada itu bos, karena yg terpilih sebagai komandan pastilah salah satu dari yg terbaik.cuma ya kadang2 miris dgn keadaan kebijakan2 yg berubah dan cendrung di stir pihak LN tentang di bidang militer baik itu program alutsista maupun teknis di lapangan.seandai kita cerdik mengakali halangan gangguan hambatan modernisasi alutsista mungkin saja dgn sedikit menipu negara kuat yg tidak ingin kita liat itu mungkin sekarang kerja kemenhan mungkin lebih santai. Semua alalutsista kombatan selesai tinggal gmana pengadaan rudal pertahanan udara yg yang tangguh yg dapat mengcover seluruh wilayah indonesia. bukan berkutat lagi soal kasel, pespur,dll.dilapangan kasihan anak2 itu dibekali alutsista paas2an udah gitu ditakuti lagi dgn isu HAM dalam penumpasan separatis di papua.semua orang sama di hadapan peluru dalam situasi perang.ini giliran mereka yg mampus luar dan dalam negri bersuara lantang teriak HAM.giliran anak2 itu yg dibunuh dgn cara licik dan keji tidak ada yg teriak2 HAM.Seorang komandan sejati akan lebih mencintai anak buahnya daripada anak kandungnya sendiri.pernah gak mengalami betapa terpukulnya siangnya anak2 itu minta izin dan restu serta cerita dia bakal menikah namun besok sore dia tewas dibunuh dgn cara licik dan sadis.Dalam pengabdian militer itu biasa tapi yg bikin emosi itu giliran anak2 itu yg gugur semua yg teriak ham diam pura2 tidak tahu.Giliran KKB itu yg mampus mereka aktivis HAM sedunia ribut.dalam baku tembak dalam perang semua manusia sama didepan peluru. Tidak ada itu HAM HEM HOM. tidak ada itu istilah penjahat perang karena perang itu harus jahat kalau tidak membunuh ya dibunuh.