Monday, March 14, 2022

Menguatkan Taji Pasukan Serbu Pantai

Marinir Indonesia sebagai salah satu unsur sistem senjata armada terpadu (SSAT) TNI AL diprediksi akan memperoleh 50-70 unit ranpur amfibi AAV7A1 buatan AS. Perolehan ini sebagai pengganti tersendatnya pengadaan tank tempur amfibi dari Rusia karena sanksi Caatsa dari AS. Sebelumnya dengan MOU tahun 2019 Kementerian Pertahanan memesan 22 tank amfibi  BMP-3F dan 21 unit ranpur amfibi BT-3F buatan Rusia. Bahkan ada rencana penambahan puluhan ranpur BT-3F sesuai dengan anggaran yang tersedia. Namun proses selanjutnya untuk menuju kontrak efektif dan pembayaran uang muka tersendat, jalan di tempat.

Seperti kita ketahui kekuatan pasukan marinir Indonesia yang dikembangkan menjadi 3 divisi atau Pasmar JSS (Jakarta, Surabaya, Sorong) sangat memerlukan tambahan aset alutsista mobile sebagai syarat utama gempuran pasukan serbu pantai. Selama enampuluh tahun terakhir ini aset alutsista marinir didominasi buatan Eropa Timur seperti tank amfibi PT-76, BTR-50, MLRS RM Grad, Vampire, BTR-80A,  BMP-3F. Hanya ranpur amfibi AMX-10 dan meriam artileri LG1 yang buatan Perancis. Bahkan ranpur AMX-10 jarang digunakan dalam latihan tempur marinir. Khusus untuk PT-76 dan BTR-50 yang jumlahnya ratusan unit, usia pakai atau umur teknis sudah lebih setengah abad dengan teknologi analog manual. Jelas kemampuan tempurnya kalah kelas, kalah akurat. Sementara 12 panser amfibi BTR-80A sudah bertahun-tahun berada di perbatasan Lebanon-Israel "menemani" pasukan perdamaian Indonesia di UNIFIL. Sudah seperti bang thoyib tidak pernah pulang.

Sebagai pasukan striking force dan masuk satuan PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) marinir seharusnya mendapat prioritas percepatan pemenuhan kebutuhan  alutsista serbu. Pengembangan struktur organisasi marinir dengan membangunbesarkan infrastruktur tempur pada akhirnya bermuara pada ketersediaan alutsista yang memadai, bukan sekedar tampilan gedung markas atau penambahan prajurit. Sebaran alokasi alutsista pada akhirnya juga bertemu pada situasi dan kondisi ketersediaan kuantitas dan kualitas alutsista. Belum mencukupi, kalau tidak ingin disebut sangat kurang dan ketinggalan teknologi. Dua pertiga alutsista marinir adalah alutsista jadul. Hanya tank amfibi BMP-3F, MLRS RM Grad / Vampire dan ranpur LVTP yang relatif masih baru. Jelas tidak cukup untuk kekuatan 3 Pasmar. Ranpur LVTP marinir adalah hibah dari Korea Selatan sebanyak 15 unit.

TNI AL  mempunyai belasan kapal perang jenis LST (Landing Ship Tank) dan 6 kapal perang LPD (Landing Platform Dock). Seluruh LPD relatif masih berusia muda produksi PT PAL Surabaya. Untuk LST sebagian sudah diperbaharui dengan hadirnya LST Bintuni Class produksi galangan kapal swasta dalam negeri. Tercatat  ada 9 unit LST yang sudah selesai dibangun hasil karya beberapa galangan kapal swasta dalam negeri. Masih ada yang harus dibangun untuk mencapai target 14 unit tahun 2024. Kapal perang LST dan LPD sangat berkaitan erat dengan mobilitas lintas laut militer pasukan marinir dan bagian dari SSAT Angkatan Laut Indonesia.

Pergerakan antarpulau pasukan marinir dan alutsistanya pasti menggunakan kapal perang jenis LST dan LPD. Infrastruktur untuk armada angkut lintas laut militer sudah memadai dan baru. Yang belum adalah pemenuhan ketersediaan tank dan ranpur amfibi, roket multi laras, UAV, meriam altileri, peluru kendali jarak pendek dan helikopter tempur untuk pasukan serbu pantai. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan alutsista marinir menurut pandangan kita penggunaan tank boat antasena buatan galangan kapal swasta nasional di Banyuwangi bisa menjadi pertimbangan. Tank boat antasena dan ranpur AAV7A1 diniscayakan bisa menjadi kombinasi striker amfibi yang saling melapis dalam operasi serbu pantai. Antasena mengawal pendaratan ranpur AAV7A1 dengan perlindungan tembakan dan rudal, mempunyai kecepatan jauh lebih baik dari tank amfibi BMP-3F.

Skenario operasi militer menyerbu dari laut biasanya didahului dengan penerjunan pasukan intai amfibi atau mengirimkan pesawat intai nir awak. Kemudian dengan road map intelijen yang diperoleh,  sejumlah jet tempur TNI AU melakukan pengeboman di beberapa titik pantai ditambah gempuran tembakan dari beberapa KRI yang mengawal operasi amfibi. Kemudian LST dan LPD mengeluarkan tank amfibi BMP-3F,BTR-50 dan LVTP untuk berenang menuju titik tumpu pendaratan. Disini titik kritisnya. Maka peran tank boat antasena yang lincah dan cepat mengawal pendaratan pasukan marinir menuju titik tumpu di pantai menjadi penting untuk berhasilnya pendaratan. Tank boat antasena bisa memuat puluhan pasukan diantar sampai bibir pantai.

Pasukan marinir yang mengawal pulau-pulau terluar di perbatasan negeri termasuk Natuna tentu memerlukan alat bantu intai pesawat nir awak atau UAV. Peran UAV sangat membantu mengurangi mobilitas patroli pantai dan laut lepas pantai. Peran UAV dalam manajemen pertempuran dan atau pertahanan terintegrasi untuk saat ini dan seterusnya akan sangat dominan. Masa depan network centric warfare sangat dipengaruhi oleh UAV dan satelit militer. Marinir tentu menjadi bagian dari SSAT dan interoperability antar satuan tempur. Pemenuhan kebutuhan alutsista untuk marinir yang beriorientasi network teknologi digital seperti tank boat antasena, ranpur AAV7A1, MLRS, short range missile, helikopter dan UAV diharapkan bisa segera direalisasikan. Ayo dong dipercepat, negara kita negara kepulauan, penguatan taji pasukan serbu pantai adalah prioritas.

****

Jagarin Pane / 14 Maret 2022

34 comments:

Wiranagari said...

Mirisss kalau banyk brang jadukk kurng cakap dlm pemenuhan alutsista sama dengan menggadaikan marwah bangsa, dan itupun sudah lm terjdi.. semog kedepn bangsa ini di pimpin oleh orng orang ultra nasionalis

Nusantara said...

Ass wrwb bang Jagarin trimakasih ulasannya yg selalu berisi informasi dan motivasi buat TNI lebih baik dan maju. Bisa minta tolong di bahas bahwa F-15 ID dibelakang layar amerika/Boeing nantang untuk beli lebih banyak unit dari yg terekspose dang tambahan P-8A poseidon dan akan dapat imbal beli di bangun di Indonesia pusat MRO pesawat2 boeing asia oceania. Please raise this topic bang

Pusing pusing said...

Sebetulnya untuk pengganti Pasmar btr50pb sudah ada yaitu btr58 buatan PT Wijayanti..... Jawa timur dan btr58 ini sudah beberapa kali uji coba di laut terbuka dan sepertinya oke cuma belum di uji coba Embarkasi maupun debarkasi di lst maupun los tnial. Entah kenapa sampai detik ini juga belum di akuisi oleh marinir tnial mungkin model desain btr58 ini kurang sreg dipandang mata walau sudah oke diuji coba di pantai dan laut terbuka.
Juga pengganti Kappa Rusia marinir tnial sebetulnya juga sudah ada calonnya yaitu kapa lokal buatan Jawa timur yaitu perusahaan swasta yg sama dgn si pembuat btr58 ini. Kappa lokal buatan Jawa timur ini sama dgn btr58 berdampingan saat diuji coba di pantai dan di laut terbuka, semuanya oke tapi memang model desainnya kurang menarik sehingga sampai saat ini belum juga diakuisisi oleh marinir tnial.
Dengar dengar hasil uji coba terhadap btr58 maupun Kappa lokal buatan Jawa timur sudah oke memuaskan bahkan lebih oke dari pasmar btr50pb Rusia yg mau digantikannya tapi lagi lagi mungkin karena model desainnya kurang menarik yg menjadi sebab belum diakuisisi oleh marinir tnial.

Pusing pusing said...

Marinir tnial memang akan mendapatkan 20unit aav7a1 dari marinir USA tapi kondisi bekas bukan baru lalu atas permintaan kasal tnial disetujui 100unit aav7a1 bekas pake marinir USA cuma belum tau prosesnya hibah gratis atau beli second. AAV7A1 marinir USA ini banyak yg mau dihapus karena ditemukan keretakan keretakan di struktur bodi beberapa aav7a1 marinir USA sehingga dievaluasi oleh petinggi petinggi marinir USA dan hasil evaluasi menunjukkan keretakan itu bisa membahayakan personel marinir USA saat memakai aav7a1 ini di laut sehingga diputuskan utk dipensiunkan.
Gara gara beberapa aav7a1 ada yg mengalami keretakan di struktur bodinya maka semua aav7a1 kena getahnya yaitu semua akan dipensiunkan.
Memang semua aav7a1 marinir USA jam terbangnya pada tinggi tinggi sehingga mungkin wajar saja timbul keretakan keretakan di struktur bodi beberapa aav7a1 marinir USA dan kebetulan juga rata rata aav7a1 marinir USA juga sudah usia tua karena buatan tahun70an sehingga wajar timbul keretakan keretakan di struktur bodinya sehingga memang perlu diremajakan alias diganti baru.
Nah aav7a1 marinir USA inilah yang akan didapat utk marinir tnial dan tahap pertama akan dikirim 20 unit dulu sebagai hibah dan yg 80unit lagi belum diketahui apakah akan dikirim sebagai bentuk hibah atau harus beli kondisi bekas seadanya.

mbuh said...

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=4590569997717974&id=181276675314017&fs=0&focus_composer=0&m_entstream_source=timeline

Pusing pusing said...

Pindad anoa2 Sudak sukses diakuisisi oleh tniad utk batalyon mekanis sedang anoa2 amphibi sepertinya belum sukses diakusisi oleh TNI walaupun sudah oke dibuji coba di laut terbuka bahkan sudah diperlihatkan uji coba di laut terbuka saat perayaan ultah TNI di Cilegon Banten beberapa waktu yg lalu. Pindad badak sebaiknya oleh Pindad dibuatkan yg versi amphibi juga karena ada Canon 90mm otomatis yg mungkin cocok buat marinir tnial. Setelah Pindad badak amphibi juga oke dan sukses di uji coba di laut terbuka maupun diuji coba Embarkasi maupun debarkasi di lst lst maupun di lpd lpd tnial, selayaknya segera diakuisisi oleh marinir tnial sebagai pengganti tank amphibi pt76 yg sudah tua usianya, memang Pindad badak amphibi bukan pengerak rantai tapi kalo memang hasil uji coba di laut terbuka lalu uji coba dipantai lalu uji coba Embarkasi maupun debarkasi juga oke sukses kenapa nggak diakuisisi marinir tnial utk mengisi kekosongan yg ada karena ternyata pembelian tank amphibi beserta panser amphibi dari Rusia terganjal aturan CAATSA dari USA.
Siapa tau Pindad mau berusaha keras agar Pindad badak juga dibuatkan versi amphibi buat marinir tnial.

Pusing pusing said...

Andai kata tank amphibi PT 76 hasil retrofit rekondisi memuaskan marinir tnial serta susah mencari pengganti tank amphibi PT76M hasil retrofit dan rekondisi karena ada aturan CAATSA dari usa, maka ada baiknya Kemhan RI menunjuk PT WIJAYANTI.... Jawa timur sebagai pencipta dam pembuat BTR58 utk segera membuat jiplakan alias tiruan persis sama dengan aslinya tank amphibi PT76m ini tapi semuanya pake buatan barat serta kubah berikut meriamnya pake canon90mm atau canon105mm buatan Belgia yg udah bisa dirakit di Pindad. Tidak apa apa menjiplak model tank amphibi PT76m ini dan tidak usah malu malu karena yg penting marinir tnial dapat baru gres tank amphibi PT76m buatan lokal Jawa timur dgn Canon 90mm atau canon105mm Belgia yg sudah bisa dirakit di Pindad.

Koteka said...

Khusus Divisi 3 di Sorong yg kondisi geografinya banyak pulau dan garis pantai yg panjang.

Sangat ideal diperkuat dengan Tank Boat Antasena dan KMC Komando untuk mobilisasi marinir dgn cepat kepulau yg terjadi gangguan keamanan.

Sudah tentu sebelum pasukan menuju daerah operasi perlu dimonitor oleh UAV TNI AL.

Situasi dipapua perlu penanganan ekstra terutama Papua Barat ( Sorong sekitarnya ) sudah mulai dijadikan daerah pergerakan oleh KKB.

Peningkatan gangguan keamanan / politik dipapua semoga tidak dimanfaatkan oleh AUKUS. Indonesia harus lebih hati" melihat perkembangan politik dan keamanan dunia yg susah diprediksi ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ.

Anonymous said...

sejatinya marinir kita lebih cocok pakai produk rusia, hanya situasi dan kondisi politik yg jadi hambatan.

pilihan aav bekas pakai amerika hanya cocok utk ifv alias sbg angkut pasukan pendarat dari kapal ke pantai, senjata jg sangat minimalis dan body tambun, sangat tdk cocok digunakan sbg ujung tombak serbuan raid amphibi, dimana saat ini marinir kita mengandalkan bmp3f dan btr.

kalo mencoba mengoptimalkan tank boat perlu kajian mendalam karena tank boat blm tentu mampu berdiri sendiri karena endurance terbatas, saat operasi jarak jauh tank boat perlu tumpangan kapal sejenis LPD/LHD/LST ukuran besar, bayangkan bila home base di surabaya hrs ke papua atau ke aceh .....

setelah pantai dikuasai maka marinir tentu akan maju ke pedalaman dan itu perlu tank juga, lebih baik nego ke rusia utk dapat lisensi produksi bmp3f di pindad, syukur bisa bikin sekalian tank sprut, ingat hanya tank amphibi produk rusia yg punya meriam besar dan pas digunakan ujung tombak raid amphibi.

Unknown said...

Apakah tidak terlalu rentan alutista kita semua condong ke blok barat.. Mana makna dari nonblok kita.. Apakah kuta sudah lupa embargo yg di lakukan blok barat waktu gam dan tim2.. Sangat miris melihat bangsa ini..

Unknown said...

Kalau menerima hibah,atau membeli barang bekas itu mah bukan memperkuat taji om.apalagi pihak pembuatnya sudah mendeteksi cacat karena faktor usia.mereka sebelum ambil keputusan mempesiunkan ini barang pasti sudah melalui pengkajian yg matang sehingga diambil lah keputusan mempensiunkannya.menerima hibah atau beli alutsista tua berusia puluhan tahun sama saja dengan mempertaruhkan nyawa prajurit diluar medan tempur. Sangat..... Terlepas dari teori yg mengatakan produk militer barat memetalurginya lebih baik,usia pemakaianya lebih panjang, dan teknologinya pun lebih baik, yg barang bekas tetaplah barang bekas.
Sekadar melawan rupa di waktu lampau di zaman presiden SBY pernah terjadi kecelakaan kendaraan ampibi rusia yg sudah tua milik TNI AL saat latihan di situbondo yg menewaskan sejumlah prajurit marinir yg mengawakinya.pengadaan kendaraan ampibi marinir ini sudah dirancang pengadaannya di zaman poernomo yusgiantoro dalam program MEF.pengadaanya diputuskan barang baru. Masih produk rusia. kemudian malah di batalkan dan di coret si stroke itu.ALUTSISTA matra darat masih okelah di beli bekas asal masih layak tempur.bermasalah atau mogok pun masih bisa didorong "istilahnya"Lha kalau matra yg lain???? Nyawa taruhanya. Kasihan prajurit.prajurit juga manusia. Punya anak istri keluarga.

Anonymous said...

Ketika nulis kata AYO DONG DI PERCEPAT, kayanya rasa kesel pak jagarin sudah nyampe di ubun2, santai aja kan di bangsa kita ada istilah ALON2 ASAL KELAKON, di kita mah harus nunggu ada peristiwa dulu, baru pada ribut beli.

Unknown said...

Diawal kejadian iya.seiring dgn berjalanya waktu akhirnya lupa lagi dan akhirnya tidak pernah dibeli.

Anonymous said...

Salam.

Bung jagarin di SIPRI 2021 pesawat IFX jumlah unitnya 80 pesawat ya apakah memang akan dipesan 80 unit pesawat IFX untuk Indonesia.Mohon pencerahannya.Terimakasih.

Anonymous said...

Makanya dalam menyikapi pembelian alutsista kita, jangan merasa seneng dulu sebelum barangnya datang karena walaupun dah tanda tangan segala macem, bisa saja prosesnya jalan di tempat atau putus di tengah jalan, apalagi kalau baru sebatas RENCANA atau TERTARIK, anggap saja itu mah hoaks, makanya harus ada peristiwa dulu yg bisa mendorong atau memaksa pemerintah untuk membeli alutsista2 gahar, seperti dulu misalnya karena ada peristiwa ambalat maka kita TERPAKSA beli kapal perang dari belanda dan yg terbaru karena ada peristiwa di natuna maka kita TERPAKSA borong pespur, kapal perang dan kasel, mungkin kalau tidak ada peristiwa2 tersebut TNI kita sekarang masih main2 bongkar pasang alutsista2 jadul.

Jagarin Pane said...

Catatan sipri akurat sejauh ini.

Jagarin Pane said...

Setuju argumennya๐Ÿ’ช๐Ÿ™‚

Koteka said...
This comment has been removed by the author.
Koteka said...

Tank Boat itu ditaruh di Sorong utk operasi di Divisi 3. Wilayah di Sorong banyak pulau" kecil yg bisa dijangkau dgn Tank Boat dan KMC Komando.

Bukan bergerak / berlayar dari Surabaya ke Sorong ๐Ÿ™

Unknown said...

Keliatan fokus alutsista prioritas masih yg besar besar seperti pesawat tempur dan kapal perang. Untuk Marinir sebaiknya pake MRAP saja disandingkan dgn javelin

Unknown said...

Ditambah bayraktar akan menjadi infanteri ringan tapi mematikan

Defent studies said...

๐Ÿ‘

Defent studies said...

๐Ÿ‘

Defent studies said...

Mudah2an ranpur amphibi dr amirika ini di ugrade dulu biar aman kalau btul brita ttg kcacatannya itu,prajurit jg manusia punya anak istri dan keluarga amin..

Anonymous said...

Jatah marinir paling top, ada di SIPRI hari ini, 70 unit RM70 Vampire,sedang dibuat/under license di Batam, 100 LVT7 dalam nego, IFV Pandur amphibi, tinggal SPAAGnya belom jelas, karena catsa mungkin ambil dari turkiye (imho) ��

Anonymous said...

Muncul juga UAV Heron di SIPRI...
Next, smoga Spike yang tiba2 muncul di list sipri indonesia... wkwkwk..

Unknown said...

Selain LST, LPD, MLRS, ranpur Amphibi..Marinir kita juga perlu payung udara sbg pendukung/bantuan tembakan.. Heli serang wajib dimiliki Marinir... AH-1Z Viper layak utk. Marinir tni-al..

Pusing pusing said...

Yang namanya pertempuran itu tidak gampang karena setiap latihan latihan tempur tidak pernah diajarkan yg namanya bertahan dari rentetan tembakan dan bom atau granat yg berjatuhan di sekitar masing masing personil tentara. Padahal semestinya dalam setiap latihan tempur setiap prajurit harus dilatih jiwa beraninya saat ditembak bertubi tubi lalu granat granat berjatuhan disekitar prajurit tersebut lalu bom bom meledak dekat sekali dgn si prajurit itu, kenapa harus dilakukan? Jawabannya adalah supaya komandan komandan tau siapa siapa yg bernyali besar dan siapa siapa yg bernyali kecil alias ketakutan. Nah disinilah tergambar setiap prajurit yg bernyali besar itu jumlahnya berapa dan yg bernyali kecil itu jumlahnya berapa lalu prajurit yg bernyali kecil ini sebaiknya jangan dibawa ke Medan tempur karena akan membahayakan pasukannya. Bila dalam pasukan lebih banyak yg bernyali kecil ini menandakan siap siap kalah dalam Medan tempur alias gagal total, bila dalam pasukan lebih banyak yg bernyali besar ini juga menggambarkan pertempuran akan berjalan lama selama logistik terjamin datang langsung ke pasukan saat dibutuhkan di Medan perang.
Saat latihan perang pun seharusnya setiap prajurit dilarang mandi dilarang ganti pakaian dinas lapangan dan celana dalam lalu juga harus diajarkan makan dengan garpu sendok serta tangan yg kotor supaya apa? Supaya didapat gambaran sampai dimanakah sakit perut itu berlangsung dan selama sakit perut apa mau stop perang dan bilang ke musuh tolong stop dulu karena saya mau buang air besar.
Jadi sebetulnya yg namanya perang itu tidak ada yg enak karena semuanya harus kotor kotor tidak ada yg bersih sehingga inilah yg bisa menimbulkan sakit perut dan gatal gatal disekujur badan prajurit. Dengan sakit perut disertai gatal gatal disekujur badan setiap prajurit, mampukah prajurit itu bertahan di Medan perang? Dan yg namanya perang tidak akan bisa mandi berminggu Minggu lamanya disertai juga tidak bisa ganti baju celana bahkan celana dalam berminggu Minggu lamanya. Bisa dibayangkan rasa gatal gatal disekujur badan prajurit karena tidak bisa mandi dan ganti baju ganti celana ganti celana dalam selama berminggu Minggu lamanya.
Itulah salah satu cerita dalam perang yg sesungguhnya.

Pusing pusing said...

Bagi TNI semua Matra sebaiknya merekrut calon prajurit TNI dari masyarakat sipil yg punya nyali besar karena calon prajurit TNI yg sudah punya nyali besar inilah yg akan menjadi prajurit tangguh di Medan perang karena nyali besar menandakan si empunya tidak gampang menyerah dan pastinya prajurit yg bernyali besar pasti akan putar otak utk maju terus di Medan perang tanpa rasa takut kehilangan nyawa.
Bagi calon prajurit TNI yg bernyali kecil sebaiknya jangan diambil karena nantinya akan membahayakan pasukannya saat terdesak musuh di Medan perang.
Calon prajurit yg bernyali kecil ini kalo dipaksakan jadi prajurit resmi lalu diterjunkan ke Medan perang akan membahayakan pasukannya saat terdesak musuh di Medan perang yaitu lebih banyak angkat tangan dan menyerah daripada berjuang mati matian melawan musuh saat terdesak oleh musuh karena prajurit yg bernyali kecil pastinya akan ketakutan kehilangan nyawa.
Jadi sebaiknya pihak TNI tidak segampang dan sembrono saat merekrut calon prajurit dari masyarakat sipil apalagi pake uang sogokan dan ini sangat membahayakan pasukan di Medan perang bila ada oknum prajurit yg masuk jadi prajurit karena uang sogokan. Sebaiknya hindari uang sogokan saat merekrut calon prajurit karena kenapa? Karena yg namanya prajurit itu harus siap mati demi membela negara dan kebetulan yg namanya Medan perang itu tidak ada yg enak tidak ada yg nyaman dan sewaktu waktu bisa mati ketembak musuh. Bisa selamat hidup hidup keluar dari Medan perang itu juga suatu keberuntungan dari Tuhan YME apalagi sampe bisa bertemu keluarga lagi saat selesai perang. Itu yg namanya keberuntungan.

mbuh said...

jangan lupa ormas warna warni di sini luar biasa banyak gak sekalin ikut tni

Gempur Bukan Waria said...

Jadi anggota TNI-Polri bukan nyali berani perang yg diperlukan, tapi nyali berani bayar berapa (eeeet ini rahasia tapi umum dan terjadi). Mungkin ada yg muurni masuknya tapi itu paling banter 1-5% saja.

Bagong said...

byknya alutsista tni al berasal dari timur (unisoviet/rusia, dkk) ane pikir justru sbg media duplikasi ilmu. jika tni al kreatif akan tidak kerepotan suku cadang atau bahkan bikin alutsista sejenis dg menjiplak produk yg sudah dipegangnya. toch inhan dlm negeri juga sudah byk utk bisa kolaborasi. ane pikir tinggal bgmn tni al bersikap palagi di era milinial ini.

Sawargi said...

Jangan di umbar ke publik atuh, itu mah rahasia negara, ntar intel2 asing jadi pada tahu. Hehehe

Ranjau Laut said...

Sudah waktunya untuk Perkuat alutsista Marinir,dgn diisi Shorad,manpads ATGM,Spaag,Tambahan MLRS,100an Ranpur Amphibi APC/IFV baru,puluhan unit SPH/artileri tarik
Sekalian 1 skuadron heli serbu ringan buat puspernebal untuk support bantuan tembakan dri udara saat pergerakan serbuan pantai marinir.

Bravoooo marinir