Monday, December 13, 2021

On Progress, Network Centric Warfare

Militer Indonesia saat ini sedang membangunkemembangkan sistem manajemen pertempuran modern terintegrasi. Konektivitas antar matra, intra matra dan unit-unit didalamnya diselaraskan sehingga diharapkan dapat memberikan kemampuan integrasi operasional dengan teknologi digital dalam doktrin perang modern. Software infrastruktur militer ini diprediksi rampung pada tahun 2023.

Nama program network digitalnya dikenal dengan C4ISR singkatan dari Command, Control, Communication, Computer, Intelligence, Surveilance and Reconnaissance. Perusahaan software dari Yunani SCYTALYS yang dipercaya Kemenhan RI membangun C4ISR, sudah berhasil membangun software interoperability network di Jepang dan Korea Selatan. Jadi kita yang ketiga neh.

C4ISR dibangun untukmemperkuat interoperabilitas antar satuan tempur TNI_AD, TNI_AL dan TNI_AU dalam satu komando dengan saling menghubungkan berbagai jenis alutsista yang memiliki berbagai macam data link. Aneka ragam alutsista kita seperti Sukhoi, F16, Fa50, Hawk, Super Tucano, Nassam, Oerlikon Skyshield, Astross, Nexter, kapal perang, kapal selam, radar, UAV harus bersinergi. Dalam sistem operasi militer di medan perang, semua platform terintegrasi ke markas komando. Sekaligus mengeliminasi friendly fire. Kan gak lucu dalam perang modern kok nembak konco dewe.

C4ISR memberikan kualitas sistem manajemen pertempuran modern, kombinasi jet tempur, UAV, radar, kapal perang, kapal selam, peluru kendali, dengan kinerja pertempuran yang lebih luas, jika dibandingkan Battle Management System (BMS) yang ruang lingkupnya lebih kecil. TNI AD sudah punya BMS lho, bisa kita lihat ketika beberapa kali melakukan latihan militer skala brigade. Satuan infantri, artileri, kavaleri, roket, peluru kendali, penerbad sukses melakukan uji interoperability antar batalyon.
****
Jagarin Pane

16 comments:

dunia_dany said...

Mantap 👍👍, mudah2an softwarenya handal dan SDM kita terlatih utk update dan tangkal hack thd system tsb

Mak Lampir said...

Nah ini yg saya tunggu. Penjelasan bagaiamana Alutsista gado-gado TNI bisa saling terhubung satu sama lain.terimakasih admin, bisa bobo nyenyak

Anonymous said...

Menlu AS Anthony Blinken dijadwalkan akan tiba di Jakarta tgl 13-14 desember ini, disaat yg sama Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Rusia Nikolay Patrushev juga akan mengunjungi indonesia 13-16 desember ini...
Wah ada apa ini,. koq bisa bareng gitu yak ?? Jgn2 saling tikung lagi nih F-15 EX vs SU-35...wkwkwk..

Anonymous said...

@bung jagarin
Bagaimana dengan satelit militer?

Anonymous said...

Pembentukan National Interoperability Framework akan menjadi jalan untuk mewujudkan Network Centric Operations, dimana nantinya beragam platform tactical data link yang digunakan pada beberapa alutsista, seperti Link 16, Link 22, Link 11 A/B, J-REAP, Link 1, ATDL-1 dan IJMS dapat terintegrasi. Sebelum Indonesia, solusi Scytalys telah diadopsi oleh Jepang dan Korea Selatan. Mantap dah..

Unknown said...

Tinggal latihan sering sering terintegrasi tiga matra buat menyamakan persepsi

INDONESIA MAH HEBAT said...

Udah di usulkan.
Tinggal tunggu apa disetujui oleh bapennas dan kemenkeu.

Unknown said...

Belajar dari pengalaman dimana karamnya KRI Macan Tutul bersama pahlawan Kusuma bangsa, padahal diera itu angkatan udara kita terkuat dibumi bagian selatan.

Anonymous said...

jika network all digital, masih perlu juga yang manual/analog.

Moon said...

Dulu angkatan udara kita dan angkatan laut kita terkuat di bumi selatan ,tapi para awaknya kurang berpengalaman, meengoperasikan alutsista canggih itu perlu awak terlatih dan berpengalaman

Pusing pusing said...

Membangun sistem management pertempuran yang terintergrasi antar angkatan darat laut udara memang sangat diperlukan sebagai jawaban atas kemajuan teknologi yg dipake untuk strategi manuver manuver di Medan pertempuran alias siapa yg terlebih dahulu melihat musuh datang dialah yg memenangkan pertempuran karena dialah yg lebih dulu menyiapkan segala keperluan persenjataan utk menghalau musuh yg datang hendak menyerbu. Yang paling afdol adalah sistem management pertempuran yg terintergrasi ini hendaknya ciptaan anak bangsa sendiri bukan ciptaan negara lain kenapa? Karena kalo ciptaan negara lain tentu si negara pembuat punya cetak biru dari sistem bersama perangkat elektronik yg dibuatnya dan cetak biru inilah yg dapat dilihat kemampuan kelebihan sekaligus kekurangannya alias kelemahannya.
Dari adanya cetak biru inilah yg dikwatirkan akan adanya penyadapan dari pihak pihak yg memintanya kepada sipencipta sekaligus si pembuat sistem jaringan pertempuran yg terintergrasi itu.
Negara seperti RI yg memesan sistem ini tentunya tidak akan tau kalo didalam sistem ini ditanam sebuah perangkat penyadapan sehingga segala sepak terjang penggunaan sistem ini di lingkungan TNI mudah dimonitor tanpa disadari TNI sebagai pengguna sistem itu karena kenapa? Ya karena sistem itu bukan ciptaan anak bangsa sendiri lalu bukan desain dan rancangan anak bangsa sendiri lalu trial and eror juga bukan dilakukan anak bangsa sendiri lalu produksi sistem itu juga bukan dibuat sendiri oleh anak bangsa.
Jadi harap selalu waspada menggunakan sistem jaringan pertempuran yg terintegrasi antar angkatan di TNI karena sistem tersebut ciptaan desain rancangan dan buatan negara lain sehingga sangat rawan dipasang alat penyadap di sistem tersebut tanpa disadari oleh TNI sebagai pengguna sistem tersebut.

Anonymous said...

Tentu pihak dari Departemen Pertahanan kita selaku user pasti sudah memikirkan dan mempersiapkan dan melakukan langkah antisipasi sebelumnya...
Negara sekelas Jepang & Korea Selatan saja yg jelas2 sudah maju secara tekhnologi digitalisasi & sistem IT, mereka percaya dan gak ragu pake jasa SCYTALYS - Yunani...

Pusing pusing said...

Memang betul Jepang dan Korsel tidak ragu pake jasa Scytalys Yunani tapi tolong diingat Jepang dan Korsel adalah sekutu setia USA dan NATO termasuk singapur, jadi tidak masalah mau disadap atau tidak karena toh mereka selalu setia dibelakang mengikuti langkah langkah gerak maju dan mundur dibawah komando USA dan NATO tanpa membangkang atau membelot. Artinya USA dan NATO harus tau sejauh mana ketangguhan ketahanan militer Jepang dan Korsel supaya seirama gerakannya dengan USA dan NATO.
Beda dengan RI yg bukan siapa siapanya NATO apalagi USA, sangat wajar gerakan militer RI dimonitor terus 24jam oleh USA dan nato.
Untuk tau ada tidaknya alat sadap tentunya militer TNI harus punya SDM tentara yg menguasai seluk beluk teknologi jaringan management tempur terintegrasi dan ini tentunya sulit mencari sosok SDM tersebut.

Pusing pusing said...

Dan mohon maaf bila ada sosok SDM tersebut lalu apakah sosok tersebut mau bergabung dengan militer RI yang digaji pas pasan, tentunya bila memang ada sosok SDM tersebut apakah lebih baik sosok SDM itu mencari pekerjaan yang gajinya besar dan menjanjikan seimbang dengan ilmu skill yang dimiliki sosok SDM tersebut.
Inilah yang akan menyulitkan militer RI utk menemukan sosok SDM tersebut kecuali militer RI bersedia menggaji sosok SDM tersebut dengan gaji yang besar melebihi gaji seorang jendral bintang 4.

Melon asem said...

Perkiraan saya, menhan dan jajarannya sudah memikirkan hal tersebut. Saya pribadi juga tdk meragukannya. FYI, sebelum internet booming dikalangan umum, militer kita sudah paham betul dan sudah dibentuknya departemen puslahta hankam dan banyak kalangan militer kita yg punya gelar MSC, rata rata MSC mengenai informatika. Malah yg pernah saya tahu. Ada perwira yg membangun perusahaan internet yg mana di Indonesia hanya baru ada 4 perusahaan provider internet, berarti dulu banget kan, so jangan ragu dan bimbang masalah hack me hack data informasi. Karena tupoksi militer pergerakannya tdk perlu publikasi dimedia. Sehingga kita sebagai warga negara bisa tidur nyenyak

Unknown said...

dulu pertahanan negara lebih fokus ke ancaman internal seperti teroris, dan saparatis.
sekarang pertahanan negara lebih terfokus ke ancaman dari luar.
kalau di amati ancaman dari dalam dan luar lebih besar dari sebelumnya. kesiap siagaan tentara beserta komponen pendukung lainnya.
mempersiapkan ketahanan pangan di musim damai sebelum datang masa perang.
mempersiapkan sdm mumpuni di semua bidang.
tingkatkan pertahanan udara karena ancaman datang dari negara jauh. dan perbanyak rudal jelajah untuk serangan balasan.