Wednesday, November 4, 2020

Upaya Menggeser Posisi Netral

Amerika Serikat saat ini sedang menumpahkan perhatiannya pada kawasan Laut China Selatan (LCS), sebuah kawasan perairan dan karang atol yang kaya sumber daya perikanan dan energi. AS bersama keponakannya Australia sedang berupaya kuat membentuk "persekutuan bulan sabit" untuk mengurung China mulai dari Jepang sampai India. Disebut demikian karena negara-negara yang diajak itu posisinya mengelilingi China seperti bulan sabit.

Khusus kepada Indonesia, pemilik dua pertiga teritori ASEAN, jurus soft diplomacy yang diperlihatkan AS adalah segera mengucurkan dana milyaran dollar untuk berinvestasi sumber daya perairan di Natuna. Kemudian memberikan persetujuan perpanjangan GSP (generalized specialist preferences), sebuah formula keringanan bea masuk barang ekspor Indonesia ke AS yang sudah bertahan puluhan tahun. Artinya GSP tidak jadi dicabut.

Sang pemegang sabuk hegemoni sekaligus penyandang kekuatan ekonomi dan militer nomor wahid di jagat ini sejatinya sedang digerogoti oleh penantang terkuatnya, China. Secara pasti dan sistematis China mampu menjadikan dirinya, sebuah kapal besar dengan 1,4 milyar penduduknya, sebagai kekuatan ekonomi raksasa kedua setelah AS. Prediksi ke depan China akan menjadi kekuatan ekonomi nomor satu di dunia.

China sedang bergeliat dan bergairah, nun jauh di timur jauh. Sementara pertarungan adu pengaruh di Asia Barat alias Timur Tengah secara potensi dan perspektif tidak lagi se spektakuler potensi konflik di Indo Pasifik. Wilayah ini akan menjadi ajang pertaruhan dan pertarungan paling berbahaya dan sangat berpotensi menjadi pemicu pertempuran maha dahsyat. Itu sebabnya AS telah dan sedang menggeser kekuatan militernya ke Indo Pasifik.

Langkah adu cepat dilakukan pemilik hegemoni. Safari kunjungan berulang dilakukan ke Indonesia, Vietnam, Filipina dan India. Taiwan diperkuat dengan ratusan rudal Harpoon pertahanan pantai dan tambahan 60 jet tempur F16 Viper. Dengan Filipina sudah dihidupkan lagi perjanjian tradisional mereka, menggunakan Subic dan Clark sebagai benteng perisai Filipina dan pangkalan aju untuk militer AS.

Indonesia sedang dibujuk rayu dan sedikit disanjung dengan bermanis muka. Menhan Prabowo disambut permadani merah di Pentagon. Menlu AS Pompeo datang ke Jakarta membawa tembang diplomasi, menghaluskan tutur kata. Kami akan kucurkan investasi besar, memberi kado GSP untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin, dan menyediakan kebutuhan alutsista gentar strategis, demikian bunyi syair tembangnya.

Keputusan AS akan berinvestasi di Natuna tentu sebuah keputusan cerdas bagi kedua belah pihak. Bagi Indonesia kucuran dana milyaran dollar sangat membantu terpuruknya ekonomi akibat pandemi. Kemudian yang tidak kalah penting dari sisi pertahanan, bisa menjadi perisai penggentar bagi pengklaim. Sedangkan bagi AS ini cara menghadirkan eksistensi kehadiran superioritasnya di "garis depan" meski berwarna sipil.

Untuk kerjasama pertahanan  pilihan menggunakan F16 Viper dan F15 merupakan pilihan realistis. Bukan berarti keinginan mendapatkan F35 tidak diluluskan AS, namun waiting list utk pesawat siluman itu sampai 9-10 tahun. Sedangkan kebutuhan terhadap armada jet tempur sangat mendesak, karena ancaman sudah di depan mata.  Itu sebabnyaTyphoon tiba-tiba menjadi pilihan dadakan karena barangnya sudah tersedia. Kalau jadi membeli F16 Viper waiting listnya 3-4 tahun.

Perjuangan AS untuk menggeser posisi netral Indonesia di LCS sejauh ini menjadi rezeki ekonomi bagi kita. Perpanjangan GSP dan investasi AS sangat membantu kita. Tentu saja tidak ada makan siang gratis. Tetapi bagi kita selama tidak ada bau-bau pangkalan militer AS tidak mengapa. Investasi di Natuna adalah dunia usaha. GSP adalah dunia usaha. Kalaupun kita beli Viper, Herky, Chinook atau bahkan rudal Harpoon Coastal memang kita sedang membutuhkannya.

Mungkin bagi AS kesediaan Indonesia menerima investasi di Natuna merupakan pergeseran posisi netral. Sebab sebelumnya China mati-matian merayu Indonesia untuk bisa berinvestasi di Natuna tapi ditolak. Ya harus ditolak dong, sebab kalau diterima tentu artinya kita membenarkan alias mengakui klaim nine dash line China. Sebab kawasan investasi itu adalah eksplorasi ZEE tumpang tindih.

Maka dalam kontestasi berebut pengaruh, gadis manis berambut sebahu yang bernama Indonesia bolehlah sedikit jual mahal. Tetap senyum manis dengan Paman Panda juga memberikan senyum menggoda buat Paman Sam.  Diplomasi kita jelas untuk kepentingan nasional kita dan dua paman tadi juga telah banyak memberikan nilai tambah untuk kita. Memberikan ruang untuk investasi AS bukan untuk menggeser posisi netral. Demikian juga membeli sejumlah alutsista AS bukan untuk menjadi  sekutu. Semuanya untuk kepentingan nasional kita.

****

Jagarin Pane / 4 Nopember 2020

46 comments:

Afiff_first said...

Yg pertama...

Pespur F15 oke juga, jika memang di izinkan dijual ke Indonesia..yg penting ada dulu apapun pespurnya

The soekarno ruh said...



AS tak kabulkan F-35, malah tawarkan F-16 lawas.

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Seperti diberitakan CNN Indonesia, pemerintah Amerika Serikat (AS) menilai Indonesia belum layak memiliki jet tempur generasi kelima F-35 Lightning II yang berteknlogi siluman (stealth). Padahal Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dikabarkan mengincar alutsista tersebut dan membicarakannya dalam lawatan ke Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

Buntut dari penolakan tersebut, dikabarkan AS malah menawarkan F-16C/D Fighting Falcon Block 32 untuk Indonesia. Padahal kita ketahui, seri tersebut merupakan seri lama yang sudah tidak diproduksi lagi. Block 32 merupakan varian F-16C/D yang diproduksi tahun 1986 dan berhenti diproduksi tahun 1989 untuk selanjutnya digantikan dengan Block 42.


Mulai Block 30/32, pabrikan menyediakan dua alternatif mesin bagi calon pembeli F-16, yaitu Pratt & Whitney F100-PW-220 atau General Electric F110-GE-100.

Sebagai pembedanya, mulai produksi Block 30 dan sesudahnya, nomor Block dengan akhiran angka “0” menunjukkan varian tersebut ditenagai mesin buatan General Electric (GE). Sedangkan Block berakhiran angka “2” ditenagai mesin buatan Pratt & Whitney (PW). Sejauh ini seluruh F-16 TNI Angkatan Udara menggunakan mesin buatan PW.


Tawaran F-16 Block 32 (yang kemungkinan besar diambil dari stok eks USAF/AU Amerika Serikat) menyiratkan AS juga berat hati melepas F-16V Block 70/72 yang merupakan varian tercanggih F-16 yang masih diproduksi saat ini. Tak jelas apakah itu menandakan AS sebenarnya masih enggan melepas radar berteknologi AESA (active electronically-scanned array) ke Indonesia.

Radar AESA merupakan salah satu fitur kelengkapan pesawat tempur generasi 4,5 – 5 di mana radar ini memiliki kemampuan penjejakan yang jauh lebih baik daripada radar konvensional, dengan fitur sulit diacak secara elektronis (di-jamming) sebagai salah satu unggulannya.

Jika benar Indonesia merupakan mitra strategis seperti digembar-gemborkan pemerintah AS, sebenarnya Indonesia berpeluang memiliki jet tempur sekelas F-16V –jika memang F-35 dinilai masih terlalu “jauh canggih” untuk Indonesia. Apalagi melihat perimbangan di kawasan di mana Australia dan Singapura sudah membeli masing-masing F-35A dan F-35B.

F-16V
Lockheed Martin
F-16 Viper.

Transaksi senjata bernilai gentar strategis (strategic deterrent) memang sarat bermuatan politis. Apalagi kita semua tahu AS tengah berusaha “menarik” Indonesia ke lingkaran negara-negara yang pro-AS dalam konflik kepentingan AS dan China di Laut China Selatan.

F-16 Block 32 sendiri memang bisa ditingkatkan kemampuan tempurnya (upgrade), bahkan sampai setara F-16V dengan penggantian radar dari APG-68 menjadi APG-83 berteknologi AESA. Usia strukturalnya pun masih bisa diperpanjang meski tentunya tak sepanjang F-16 baru. Namun seperti disebutkan tadi, ada tersirat keengganan AS melepas radar berteknologi AESA ke Indonesia.

Dengan perkembangan terbaru ini, sebenarnya peluang jet-jet tempur yang teknologinya lepas dari kontrol ekspor senjata AS (ITAR) menguat, seperti misalnya Rafale (Perancis) dan Su-35 (Rusia). Namun kembali lagi, aspek politiklah yang menentukan.

Afiff_first said...

Pilihannya hanya dua F16 atau F18 super hornet... Karna Amerika hanya menawarkan perpur tersebut.. untuk F18 kemungkinan second atau F18 block 2, kalau Indonesia beli F18 block 3 nunggunya juga lama.. kemungkinan 4-5 tahun baru datang ke Indonesia... Karna Indonesia butuh cepat

MODY said...

AS menawarkan F-16 Block 72 Viper dan F-16 Block 32. manakah yg akan dipilih Indonesia.. ?

Duta Besar Indonesia untuk AS Muhammad Lutfi mengatakan AS menawarkan Indonesia untuk membeli jet tempur generasi 4, yakni F-16 C/D Blok 32 sebagai peningkatan dari F-16 versi AB yang dimiliki Indonesia saat ini.

Sedangkan untuk jet tempur generasi 4.5, AS menawarkan Indonesia untuk membeli F-16 Block 72.


https://m.cnnindonesia.com/teknologi/20201104162526-199-565932/melongok-jet-tempur-pengganti-f-35-yang-ditawarkan-as-ke-ri

ANTI MALONDOG HALU BERAT said...

Menurut saya di ambil dua-duanya.

24unit F16 seken Block 32 di ambil dan di upgrade jadi F16 Blok 52ID.

24unit F16 Blok 70 Viper.

Wiranagari said...

Daya tawar rendah krn tdk punya daya gentar,sedangkan martabat sbagai anak bangsa hampir hilang, ibu pertiwi di perkosa, di jual puluhan tahun per kapling tanah air udara, tdk menyalahkan siapapun, akan tetapi mencoba menyalahakan api kesadaran semoga kita atau anak cucu kita di forum ini ada yg menjadi kesatria nusantara seperti para leluhur terdahulu yg kehebatan nya dan keagungan nya di akui. Dgn begitu dunia tau kita bangsa yang sakti tdk bs di remehkan

ANTI MALONDOG HALU BERAT said...

Japan plans first export of destroyers

3:02 pm, November 04, 2020

By Takeyuki Hitokoto / Yomiuri Shimbun Correspondent
JAKARTA — Japan plans to export Maritime Self-Defense Force destroyers to Indonesia, The Yomiuri Shimbun has learned from government-related sources in both countries.

If realized, it would be the first time for Japan to export destroyers and is expected to be the largest export of Japanese defense equipment. The move is also likely to further the development of Japan’s “free and open Indo-Pacific” vision.

According to the sources, possible destroyers to be exported to Indonesia include the 30FFM, which Japan is planning to put into commission in 2022. The destroyer can perform various functions such as mine removal using unmanned aircraft.

Indonesia has told Japan that it wants to import four ships and construct four more ships in Indonesia through technology transfers. The project is expected to be worth about ¥300 billion.

The Indonesian government is working to strengthen its naval strength, being wary of Chinese ships sailing in its exclusive economic zone (EEZ) near the Natuna Islands in the South China Sea. The Japanese government believes that the export of destroyers will be a warning to China and bring stability to surrounding waters.

Prime Minister Yoshihide Suga visited Indonesia in late October and agreed with Indonesian President Joko Widodo to proceed with talks on a bilateral agreement on defense equipment and technology transfer to enable Japan to export defense equipment.

Senior officials of the MSDF had visited Indonesia in late September with officials from Mitsubishi Heavy Industries Ltd., the main manufacturer of the 30FFM destroyer. On Monday, the defense ministers of the two countries held a videoconference.

Japan has its “three principles on transfer of defense equipment and technology” in which exports of defense equipment are limited to those that contribute to peace or national security. Based on this, the government will hold talks with Indonesia on the export of destroyers.

Indonesia has also received a proposal from an Italian shipbuilding company and has indicated its intention to decide on a contractor after considering the price and the participation of domestic companies.

In August, the Japanese government allowed the export of its air defense radar to the Philippines, its first export of defense equipment. It is also proposing exports to Vietnam, Malaysia and India, believing the expansion of sales channels is important for maintaining the domestic defense industry.Speech

https://the-japan-news.com/news/article/0006905425

ANTI MALONDOG HALU BERAT said...

Langsung beli 8unit. 4unit di buat di Jepang. 4unit dibuat di Indonesia.

Bukan kaleng-kaleng Destroyer.

Ini pasti hasil kesepakatan dari kunjungan pertemuan PM Jepang dan Presiden Jokowi kemarin ke Indonesia di Istana Bogor.

Unknown said...

ini destroyer type apa sih buatan jepang. apa bukan kerja sama pembuatan pespur gen 5. krn utk pespur kita bagaimanapun juga mau tak mau hrs beli dr prancis dan rusia. mengenai typoon juga jgn berharap byk. ada teknologi as disana.

MODY said...

Yup paket hemat dipilih semuanya.

MODY said...

Jangan lupa diatas ada kata "If realized"

ANTI MALONDOG HALU BERAT said...

@MODY

Rabu, 04 November 2020
Indonesia dan Jepang Sepakat Soal Pengalihan Alutsista

Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi untuk pertama kalinya melakukan pertemuan resmi lewat zoom dengan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto, Senin (2/11/2020).

Dalam pertemuan yang berlangsung selama 30 menit, Nobuo Kishi dan Prabowo Subianto menyepakati pengalihan alutsista kedua negara.

"Penguatan kerja sama di bidang keamanan, alutsista akan dibahas lebih lanjut di antara otoritas pertahanan kedua negara dalam waktu dekat mendatang," kata Menteri Kishi.

Kedua menteri sepakat untuk membahas relokasi dan promosi kerja sama teknis di bidang pertahanan kedua negara, ungkap sumber Tribunnews.com Selasa (3/11/2020). .

Perbincangan antara Menteri Pertahanan Kishi dan Menteri Pertahanan Prabowo berlangsung sekitar 30 menit mulai pukul 18.30 waktu Jepang, Senin (2/11/2020). .

Kishi pun mengunkapkan niatnya untuk menentang upaya sepihak mengubah status quo dengan latar belakang kekuasaan khususnya mengenai China yang sedang memperkuat ekspansi lautnya di Laut China Timur dan Laut China Selatan dengan caranya sendiri.

"Kami menegaskan akan mendorong kerja sama pertahanan menuju terwujudnya Indo-Pasifik yang terbuka dan bebas," katanya.

Kemudian, berdasarkan pertemuan puncak antara Perdana Menteri Yoshihide Suga dan Presiden Jokowi tanggal 20 Oktober 2020, akan diadakan pembahasan antara otoritas pertahanan untuk mempromosikan pengalihan alutsista dan kerja sama teknis.

Demikian pula pertemuan tingkat menteri bidang luar negeri dan pertahanan.

"Kita sepakat untuk bekerja sama untuk acara pertemuan 2 + 2 dalam waktu dekat ini," katanya.

https://garudamiliter.blogspot.com/2020/11/indonesia-dan-jepang-sepakat-soal.html?m=1

ANTI MALONDOG HALU BERAT said...

https://www.indomiliter.com/indonesia-dan-jepang-tengah-negosiasi-pengadaan-kapal-perusak-ada-banyak-pilihan/

Moon said...

Sudah terjawab pertemuan itu ternyata membahas penjualan Destro Jepang ke Indonesia ,dan seperti y di sambut sangat gembira oleh menhan Prabowo

Ranjau Laut said...

Kembali tentang kapal perusak, AL Jepang (Japan Maritime Self Defense Force) dikenal punya beragam jenis destroyer yang kesemuanya dibangun oleh galangan dalam negeri dengan standar NATO. Yang paling sangar ada tiga jenis kelas yang mengadopsi teknologi Aegis dari Amerika Serikat – Maya Class (10.500 ton – belum beroperasi), Atago Class (10.000 ton) dan Kongo Clas (9.500 ton).

Sementara detrtoyer kalas medium pun terbilang banyak ragamnya, mulai dari Hatakaze Class (5.900 ton), Asahi Class (6.800 ton), Akizuki Class (6.800 ton), Takanami Class (6.300 ton), Murasame Class (6.100 ton), Asagari Class (4.900 ton), Hatsuyuki Class (4.000 ton) dan Abukuma Class (2.550 ton).

Yang disebut terakhir adalah destroyer escort, atau kapal perang sekelas frigat Martadinata Class. Dari jajaran kelas kapal perusak, populasi unit paling banyak adalah Murasame Class yang saat ini ada sembilan unit. (Bayu Pamungkas)

Jepang paling kuat AL di Asia krn punya byk drstroyer

Ranjau Laut said...

Lobby aja f15 biar cepet

MODY said...

PT PAL 5 tahun kedepan sptnya akan sibuk, masih punya PR : Kapal BRS, KCR60, PKR latih,PKR 3-4(kl jadi), Iver(kl jadi), & tot kasel entah CBG/Scorpene/U214/A26. Menurut artikel diatas Destro jepang diatas msh akan bersaing dg italia & mungkin jg perancis, kalo jadi beli bisa aja kontrak efektif masih bbrp tahun kedepan, selain itu jg akan disesuaikan dg budget yg ada.

Ranjau Laut said...

Klo dri italia destoyer nya classs apa bung?
Menurut ku bwrita dri destro jepang mnungkin yg akan ambil cllass medium ya gpp lumayan cuma akan sulit persenhataan nya krn dri US.tp opsi ada MBDA prsncis

MODY said...

@mas nomad, Kurang tau jg di atas hanya disebutkan kita menerima proposal dr italia.

Kembali ke jepang,iya kemungkinan kelas medium,& IMO bukan destroyer tp destroyer escort/ Frigate, lagian 30FFM kan frigate. Biayanya jg 300milyar yen atau sktr usd 2.9milyar, kl dibagi 8 ketemu kr2 usd 360juta per kapal. Di harga segitu bs dpt destroyer + tot? sepertinya kok gak mungkin. Di wiki aja 30FFM harganya kisaran usd 480juta. Mungkin yg ditawarkan 30FFM FFBNW, heheh.. banyak sekali F nya

Afiff_first said...

Sepemahaman saya Indonesia akan import 4 kapal bekas pakai jenis destroyer Murasame class, karena bulan Oktober jenis destroyer Murasame class latihan bersama dengan TNI AL.. untuk kapal perang yg di buat di Indonesia jenis 30 ffm sebanyak 4 unit.. kalau melihat transaksinya jumlah nominal sekitar 3 milliar.. dollar

Ranjau Laut said...

Pilihan saya bisa jatuh kw Muurasame class krn ada total 9 unit atau akizuki class.
Wacana pak wowo ialah pengadaan barang cepat alias crash disini terlihat bakal 4 unit medium class akan dihibhakan sisanya buat baru

Ranjau Laut said...

Saya juga berpikir sama bung

MODY said...

Masuk akal jg sih kl gitu.

Ranjau Laut said...

4 ex murasame class atau akizuki class sbg pemagdaan cepat dan 30ffm terbaru

Afiff_first said...

Kalau anggaran 3 miliar dollar dengan ilustrasi tadi masih masuk akal jika mendapat kan 8 kapal perang.. kita anggap saja kapal destroyer bekas dengan harga per kapal 150 juta dollar dan sisanya 2,4 milliar dollar bisa buat beli kapal perang baru jenis 30ffm + full senjata + tot

ANTI MALONDOG HALU BERAT said...

https://www.naval-technology.com/projects/murasameclass/

Air force said...

Eurofighter typon bekas 15 unit dari austria plus beli baru 21 unit typon baru
(TOT & dibuat di PT DI)
jadi total ada 36 unit utk 3 skuadron @=12 unit..
1 Skuad typon Pakanbaru ganti hawk 100/200
1 Skuad typon pontianak ganti hawk 100/200
(hawk 100/200 di pensiunkan) &
1 Skuad typon utk ganti skuad udara 3 madiun
(16 unit F16 skuad udara 3 dialihkan utk bentuk 2 skuadron wilayah timur = 8 unit di kupang & 8 unit di biak)

Indonesia Air force :
Gambaran MEF skuadron TNI AU

*** KOGABWILHAN 1 :

* Pontianak =
1 skuadron typon (pengganti hawk 100/200) = 12 unit
1 skuadron UCAV ch4b

* Pakanbaru =
1 skuadron F16 block52id = sudah ready
1 skuadron typon (pengganti Hawk 100/200) = 12 unit

*** KOGABWILHAN 2 :

* Madiun. =
1 skuad SU35 (pengganti F5)
Sudah ada 3 unit sukhoi 27/30 jadi pengadaan 9 unit SU35 utk melengkapi jadi 12 unit.
1 skuad F16 setara block52id = 16 unit diganti 12 unit typon, sementara F16 di pindah 8 unit ke kupang & 8 unit ke biak.
1 skuad TA50 KAI golden eagle = sudah ready

* Makasar. =
1 skuad SU27/SU30 = sudah ready

*** KOGABWILHAN 3 :

* Kupang. =
1 skuad BARU F16 = 8 unit (pindahan dari skuadud 3 madiun)

* Biak. =
1 skuad BARU F16 = 8 unit (pindahan dari suakdud 3 madiun)
1 skuad UCAV male

Semoga tercapai..jaya lah indonesia ku

Utk skuadron pengganti & baru unit pesawat nya @ 12 unit
Jadi pengadaan :
Typon baru = 21 unit
Typon bekas austria = 15 unit
Total ada 36 unit typon.
&
Sukhoi 35 baru = 9 unit

Type pesawat jet tempur TNI AU :
F16, sukhoi, T50 golden eagle & typon (ganti hawk 100/200)

Afiff_first said...

Ada kata cuitan berita dari kantor menhan: akan ada pengalihan alutsista dari Jepang.. kalau melihat kata pengalihan seperti memiliki arti alutsista dari negara Jepang akan di di hibahkan atau Indonesia akan mendapatkan kapal bekas pakai..

isan said...

Kemelut di laut cina selatan dan kebangkitan militer dan ekonomi cina memang membuat negara2 seterunya spt amerika, jepang, dan india menjadi terbangun. Klaim cina di laut cina selatan notabene akan membuat cina mendapatkan tidak hanya jalur laut dan udara strategis tetapi juga mendapatkan hak ekslusif pengolahan kekayaan alam dari ikan sampai gas alam di perairan yg kaya tsb. Diplomasi usa utk menarik indonesia agak melenceng sedikit memang tawaran yg sangat menggiurkan yg sulit ditolak ditengah kondisi ekonomi saat ini. Investasi yg berbalut pertahanan ini memang lagi nge trend saat ini dan cina merupakan pemain utama diplomasi ini dan kini usa dan jepang mengikutinya.

isan said...

Sudah saatnya mengkategorikan pembelian alutsista kita sebagai investasi jangka panjang dimana manufakturnya termasuk servicenya dilakukan di dalam negeri. Ada nilai tambah lbh yg bisa kita dapatkan bila industri dalam negeri yg melakukan walau sebatas merakit seperti kebanyakkan produk-produk jepang di indonesia.

Gus Endho said...

Mantaff ulasannya bung Jagarin...ulasannya klo bs seminggu sekali...Trims

Unknown said...

Andai saja ada galangan kapal lain di Indonesia selain PT. PAL yang disertakan dalam TOT kapal perang, supaya produksi kapal perangnya lebih banyak dan lebih cepat. Kalau hanya mengandalkan PT. PAL saja, dijamin bakal lambat dan itupun 1 unit kapal jenis frigate baru bisa selesai selama 4 tahun. Galangan Kapal swasta perlu diberikan perhatian agar mampu membangun kapal perang bertonase besar juga seperti Corvette dan Frigate.

Afiff_first said...

Memang pemerintah sudah rencana ke sana mas bro.. rencananya galangan kapalpkapal swasta akan membuat kapal perang dengan jepang..

Ranjau Laut said...

Disini ada PTDRU,mumgkin bisa

HPmu said...

Cara terbalik diplomasi tiongkok ini jelas pasti di tolak indo. Berarti tiongkok selama ini tidak memahami karakter indo.

Juragan peuyeum said...

Hubungan dg Amerika dimasa lalu naik ketika dizinkannya RI membeli Apache karena ini merupakan heli tempur tercanggih. Adapun menurut sy jika Indonesia diizinkan utk membeli f15 maka ini akan menjadi babak baru, karena f15 memiliki air superioritas baru kemudian f35

Moon said...

TNI AU kurang berminat Dengan f15 karena sudah ada su 27 yg kemampuan y bisa di katakan sama , TNI AU ingin f35 karena kemampuan Stealth y hanya itu sebenarnya pointy , bisa saja untuk ke depan TNI AU menimbang su 57 felon tapi kemampuan siluman y Lom terbukti di Medan perang berbeda dengan f35 seperti yg di operasikan angkatan udara Israel sudah keliling timur tengah bahkan tour ke Iran saja pernah tanpa terdeteksi

Ranjau Laut said...

F35 gak bgus kita gk berharap msih byk mslh di f35.

Ranjau Laut said...

Saya lbh dukung jika ambil f15.
Gak boleh juga tambah lagi su30 2 skudron plus r77.

Unknown said...

Gimana kabar dengan rencana pembelian fregat dari denmark.jadi khan bang progresnya dah dimana.mohon Infonya bang

Ranjau Laut said...

Coba saya simpulkan dalam bentuk pointers :
1. Keinginan membeli F35 datang dari Prabowo pribadi selaku menhan
2. Pihak Kemhan dan TNI AU sepakat datangkan Su 35
3. AS melarang transaksi Su 35 menggunakan mata uang dollar artinya mitos dilarang membeli Su 35 sebagi objek gugur

ANTI MALONDOG HALU BERAT said...

Alman Helvas
@AHelvas

Commencing on 2020-2024 Strategic Planning term, Indonesian has adopted new approach for financing naval major surface combatant ships. Fund for those ships will include weapons as a whole package. No fit for but not with approach anymore. FAC (KCR) program also adopted that way.

Cuitan Alman Helvas jadi kenyataan..

@putut_reza
·
1h
All Hail Terma..!!
After Navy get Iver Huitfeld with Terma CMS now FAC 60 will using Terma product.....

https://mobile.twitter.com/putut_reza

ANTI MALONDOG HALU BERAT said...

Kabarnya baik-baik aja..

🤭🤭🤭

Progressnya iver lagi pemilihan hull dan system yg belum beres.

Anonymous said...

pilihan destroyer Jepang memang sangat baik, hanya prosedur penelitian dan pemeriksaan sistem tempur tetap hrs diutamakan,kondisi engine dan spare parts musti benar2 dipahami ......
syarat pemakaian utk perang jg musti dihilangkan, kapal hrs bebas dipake kita utk berperang melawan siapapun.
yg terpenting kelengkapan senjata jgn smp dipreteli atau downgrade,malah kalo perlu lakukan upgrade spy sesuai dg kondisi kawasan Asean saat ini.

Unknown said...

Sepertinya ASEAN khususnya Indonesia harus segera berbenah dalam masalah alutsistanya. Khawatir saja bila seandainya Joe Biden menang, gak akan ada lagi patroli kapal kapal perang USA di LCS. Secara USA yang dipimpin oleh Trump kan sedang perang dagang dengan Cina. Adapun Biden kemungkinan akan menormalisasi hubungan dagang dengan Cina, karena di belakang Biden ada globalist.

Mak Lampir said...

Yang utama adalah niat beli nya.6tahun tidak ada pembelian Alutsista TNI.hanya pembelian periode 6 tahun sebelumnya.