Sunday, July 21, 2024

Seiring Sejalan Menuju Kekuatan Komprehensif

Indonesia kita adalah warisan karunia terbesar yang kita dapatkan sampai hari ini. Negeri kepulauan terbesar ini sedang menggiatkan pembangunan ekonomi kesejahteraan. Indikator on the spot nya terlihat dengan data pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan. Penguatan infrastruktur berbagai sektor memperlihatkan kemajuan yang signifikan. Seperti pertambahan ribuan kilometer jalan tol, peningkatan kualitas jalan raya nasional, pelayanan angkutan kereta api, bandara semakin megah, penambahan puluhan bendungan, angkutan laut, pelayanan publik. Termasuk memegahkan pintu masuk perbatasan darat (border nation) sebagai simbol marwah negeri.

Pembangunan ekonomi menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan produk domestik bruto (PDB), meski belum sampai pada kriteria kesejahteraan proporsional warga bamgsa. Setidaknya saat ini pendapatan per kapita Indonesia menyentuh angka US$ 4.900 Dollar,  masuk golongan negara berpenghasilan menengah atas. Sementara rasio utang terhadap PDB 39% masih dalam kriteria wajar. UU APBN memberikan limit rasio utang sampai 60%. Pertumbuhan ekonomi jelas akan menaikkan PDB kita. Data BPS menunjukkan kekuatan ekonomi Indonesia saat ini berada pada ranking 16 besar dunia, nomor satu di ASEAN dan dengan demikian masuk grup elite G20. Duapuluh negara dengan kekuatan ekonomi terbesar.

Investasi pertahanan dan pembangunan ekonomi kesejahteraan sepanjang 15 tahun terakhir ini menunjukkan sinergitas seiring sejalan. Ini sebenarnya yang kemudian ingin diingatkan kembali oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subiyanto baru-baru ini. Bahwa untuk  membangun infrastruktur, membangunkuatkan aktivitas industri hilirisasi, mengembangkan UMKM dan sebagainya harus diimbangi dengan pembangunan kekuatan pertahanan. Sumber daya alam negeri ini sangat beragam dan kaya raya. Semuanya harus berada dalam payung perlindungan pertahanan dan keamanan yang kuat. Ini bisa dilihat dari penguatan investasi pertahanan selama program minimum essential force (MEF) TNI. Berbagai jenis alutsista strategis sudah menjadi aset pertahanan negeri yang membanggakan.

Dinamika geopolitik, perubahan iklim, keterbatasan ketersediaan sumber daya alam tak terbarukan adalah situasi tak tergantikan untuk saat ini dan yang akan datang. Potensi konflik di kawasan Indo Pasifik yang menguat harus cepat diantisipasi. Tidak ada lagi ruang zero enemy manakala potensi konflik sudah sampai pada kriteria common enemy. Dinamika di Laut China Selatan (LCS) meski dalam tataran diplomatik selalu mengupayakan code of conduct namun dalam strategi militer antisipasinya adalah penguatan pertahanan. Ancamannya sudah jelas dan sampai pada terminal the real enemy. Itu sebabnya maka barikade pertahanan di Natuna saat ini diperkuat. Radar pertahanan saja berlapis-lapis, bersama sejumlah KRI dan BAKAMLA saling bersiaga. UAV dan jet tempur saling mengisi jadwal patroli. Di darat Brigade Komposit Gardapati yang terdiri satuan Infantri, Artileri, Arhanud, Kavaleri, Marinir, Kopasgat sudah ready for use.

Negara kepulauan ini harus diikat dengan kekuatan pertahanan sinergitas. Doktrin berani masuk digebuk, maknanya adalah tiga matra TNI harus kuat dan saling berinterkoneksi. Kita bersyukur saat ini TNI sudah memiliki manajemen pertempuran konektivitas yang dikenal dengan network centric warfare. Termasuk pertambahan aset pertahanan yang signifikan untuk TNI AL dan TNI AU. Karena dalam dinamika geopolitik saat ini dan struktur bangunan negeri kita yang berpulau-pulau dan lebih banyak perairannya, mengharuskan adanya postur angkatan laut dan udara yang kuat. Perbatasan teritori kita dominan perairan. Artinya dalam doktrin pre emptive strike maka kita harus mempunyai kekuatan AL dan AU yang mencukupi untuk menghancurkan musuh di perbatasan teritori.

Sebenarnya percepatan pertambahan kekuatan pertahanan yang kita lakukan saat ini, karena Indonesia selama ini "terlena" dengan filosofi zero enemy. Faktor lingkungan ASEAN yang damai selama 40 tahun menjadikan fokus pembangunan ekonomi nomor satu. Investasi pertahanan seadanya. Nah setelah lidah naga mulai mengacak-acak ketenteraman kawasan dan jiran sebelah pamer kekuatan di Ambalat barulah kita sadar betapa kekuatan pertahanan kita tertinggal. Lalu Presiden SBY menggagas dan memulai penguatan investasi pertahanan tahun 2010 dengan program MEF. Kemudian selama 4 tahun terakhir Menhan Prabowo mempercepat pencapaian dengan extra ordinary. Kesannya seperti menggebu-gebu padahal sebenarnya baru ingin mencapai target minimal kekuatan alutsista kita yang tertinggal selama ini.

Pengadaan 42 jet tempur Rafale, 25 radar GCI, 2 kapal perang heavy fregate merah putih, 2 kapal perang PPA dari Italia, 2 kapal selam, 22 helikopter Black Hawk dan lain-lain menunjukkan keseriusan pemerintah membangun investasi pertahanan. Pembangunan ekonomi kesejahteraan memang harus seiring sejalan dengan pembangunan pertahanan karena keduanya adalah kekuatan komprehensif sebuah negara. Maka jangan heran disamping banyaknya seremoni peresmian pembangunan ekonomi dan infrastruktur, kita juga banyak kedatangan berbagai jenis alutsista. Baik yang produksi dalam negeri maupun pengadaan lintas negara. Ke depan juga akan terus seperti ini karena kita akan terus melaju menuju Indonesia maju, Indonesia yang sejahtera dan disegani. Kekuatannya adalah keberlangsungan pembangunan ekomoni kesejahteraan dan investasi pertahanan. Keduanya harus seiring sejalan. Nusantara baru Indonesia maju. Semoga.

****

Jagarin Pane, 21 Juli 2024


59 comments:

WIRO 212 said...

Alhamdulillah Abah, dahaga info militer baru keluar rasa seperti meneguk segelas di pelataran Padang pasir telah dan terus Abah berikan kpd kami yg meski AWAM tetapi ikut bangga akan perkembagan ALUTSISTA TNI ,WASALAM

Jagarin Pane said...

MatursuwunπŸ™‚

Anonymous said...

πŸ‘

Anonymous said...

Bagaimana kelanjutan frem , mogami , kapal selam interm , pesawat tempur interm apakah akan di genjot setelah sesudah pak Prabowo di Lantik

Anonymous said...

PPA apakah sudah kontrak efektif ?

Jagarin Pane said...

Sudah, PPA pertama datang Okt 2024

Anonymous said...

Lama banget nunggu artikelnya Bang Jagarin Pane, terima kasih Bang sudah memberikan pencerahan.

Pandu Kuper said...

TerbaikπŸ€“

Supri Bargowo said...

Pertumbuhan ekonomi memang sdh sewajarnya hrs diimbangi dgn kekuatan pertahanan agar kekayaan Alam negara kita dpt dijaga dgn baik spy tdk diganggu oleh negara" lain. Sejak era pak Prabowo menadi Menhan memang terasa pergerakannya dlm pengadaan Alutsista. Walaupun sempat terganggu anggarannya pd saat terjd adanya pandemi covid-19, tp kami respect atas langkah" cpt utk sgr melakukan pembelian alutsista yg gahar. Semoga NKRI terus maju dan tumbuh menjd Negara maju dan kuat Pertahanannya..πŸ‘πŸ‘πŸ‘

Anonymous said...

Yang tidak kalah penting adalah masalah keamanan cyber selama ini kita fokus di pengadaan alatista berbentuk fisik baik berupa kapal perang, tank maupun pespur maka harus pula diimbangi oleh keamanan cyber ataupun elektronika dgn meningkatkan SDM di bidang teknologi informasi karna beberapa kali kita kebobolan data bisa kita bayangkan kebobolan data di bid pertahanan ataupun dokumen2x yg bersifat rahasia πŸ™πŸ™

Jagarin Pane said...

On going project

Jagarin Pane said...

Amin ya Allah

Jagarin Pane said...

Semoga bisa dimaklumiπŸ™πŸ™

TAMALAKI MEKONGGA COMMUNITY said...

TNI membagi 3 wilayah pertahanannya di NKRI ini..sdh saat di kaji ulang desain wilayah pertahan dlm jangka panjang membagi wilayah pertahanan TNI nerdasarkan wilayah pulau2 besar : 1.Jawa,2.Bali-Nusa Tenggara, 3.sumatra, 4.Kalimantan, 5.sulawesi, 6 Maluku-Hakmahera, 7.Papua., jika ini terlaksana saya yakin TNI akan sangat kuat,krn inilah sbnrx inti pertahanan Nusantara.

Koteka said...

Sangat menarik melihat isu keamanan LCS yg digunakan Indonesia sebagai semangat berapi api utk penguatan militer Indonesia saat ini.

Indonesia melakukan pembelian alutsista darat,laut dan udara. Sy hanya tertarik dgn ALUTSISTA yg menjadi IKON kebangkitan ALUTSISTA TNI. Yaitu Fregat Merah Putih dan RUDAL ATMACA buatan Turki.

Sangat menarik krn Fregat MP konon katanya diinstal rudal buatan Turki termasuk jeroan tempurnya. Rudal pertahanan pantai dan udara jg diperkuat rudal buatan Turki.

Pertanyaannya. Knp TNI SANGAT PERCAYA dgn rudal buatan Turki yg sebenarnya merupakan hasil TOT dari CINA dan jg blom teruji dimedan perang ??

Kalau alasannya TURKÌ mau memberikan TOT RUDAL ke Indonesia. Apa yakin semua sesuai " KATANYA " ??

Syarat utama TOT adalah jumlah minimal rudal yg harus kita beli. Klau jlhnya kurang dari 50 apa bisa dijadikan syarat TOT ??

Semoga kita tdk dipaksa memahami cerita TOT C 705 Cina yg gagal diganti versi Turky.

Indonesia πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ‡²πŸ‡¨πŸ‡²πŸ‡¨

Nopri said...

Menurut saya selain penguatan pertahanan fisik, Negara juga harus masif dalam penguatan pertahanan cyber. karena kita sudah diserang, sangat melumpuhkan seluruh sistem dinegara ini. Apalagi kedepan ekonomi digital akan semakin ditingkat kan di negara Indonesia.

Anonymous said...

Kemenhan dijaman pak Prabowo memiliki tim ahli, tot rudal atmaca sangat diperlukan dalam road map proyek pengembangan rudal nasional

Anonymous said...

TNI memiliki Kogabwilhan dan PPRC, dan saat ini TNI sudah mampu menjalankan peperangan berbasis NCW. Pengambilan keputusan juga sudah berbasis AI. TNI juga memiliki fungsi teritorial, tidak perlu menambah masalah baru dengan memekarkan kobwilhan

Anonymous said...

Pengen aman gunakan Linux atau OS lain yg tidak berbasis windows

Anonymous said...

Emangnya negara mana yg mau ngasih TOT rudal kelas beratnya? Salah satu TOT yg paling susah di dapat itu adalah tot rudal dan nuklir 😁

Anonymous said...

3 wilayah saja untuk memenuhi alutsista 3 matranya kita masih tertatih tatih apalagi sebanyak itu.

Anonymous said...

Bener, mana mungkinlah indonesia nanti bisa memproduksi rudal, pokoknya Indonesia harus lebih inferior dibanding Jiran ☺️

Indonesia yang kuat itu cuma mitos jadi kita harus memiliki inferior complex, jangan seperti Jerman yang dipermalukan di ww1 malah maju industri militer nya menjelang WW2 πŸ˜†

Anonymous said...

Kita liat aja drama selanjutnya dr dl Indo sdh slalu mendekati produksi rudal tp smpai saat ini blum satupun di luncurkan baik itu rudal merapi, kodok, kecoa rn 20,balistik, manpad Dahana dll kuncinya cm satu aja jnis rudal bs di produksi maka berbagai jenis rudal akan bs di buat sprti yg di lakukan turki.. Indonesia mmg sangat berhati2 dlm produksi alutsista terutama yg strategis mmg plan tp pasti dan tak salah sasaran kita do'a kan saja semoga semua berjalan lancar

Anonymous said...

Rata2x government baik di Pemda, kementrian, dll da pake red hat Linux .......utk servernya..rata 2x dalam 1 hari bisa puluhan Ampe ratusan yg nyoba nyari pintu belakang πŸ™πŸ™

Anonymous said...

Yang lebih murah dari ongkos produksi dan paling mudah perbanyak drone kamikaze

Anonymous said...

kita berharap p prabowo dgn mentri keuangan baru, belanja alutsista kita bisa 2-3 x lpiat dari rahun anggaran 2024 ini, buktikan p prabowo misi n visi mu di kampanye

Anonymous said...

Ada yg lebih penting dari itu, yaitu mengatasi meledaknya masalah pengangguran. Katanya sekarang kita no 1 di asean dalam hal pengangguran...ini masalah isi perut.

black eagle said...

Percepat donk UCAV akinci anka, P8, dan destroy utk urgensi ancaman ...kumaha min?

Pandu Kuper said...

SAYA Haram Masih Bisa Melihat Stealth Destroyear Conceap IFDX -190
Jadi Nyata

Anonymous said...

Masalahnya pemuda sekarang ndak mau kerja keras/capek dan jauh dari rumah, kebun kelapa sawit, petani karet pada bingung cari naker, tapi ndak ada yg ngelamar. Kerja panen sawit/karet siiih, tapi itu juga lapangan kerja.

Anonymous said...

Dilihat dari segi geografis Indonesia memiliki lautan luas dan sebagai salah satu negara yg memiliki garis pantai terpanjang di dunia tentu memerlukan penguatan pengamanan aspek laut dikarenakan kekayaan alam yg luar biasa tidak saja penguatan TNI Al tapi instansi lainnya karna selain TNI ada beberapa instansi pemerintah yang menangani pengamanan di kelautan dan pantai dengan berdasarkan undang undang yg ada diantaranya Direktorat Kepolisian Perairan Kementrian Perhubungan-kplp Kementrian Kelautan dan Perikanan-Dirjen PSDKP Kementrian Keuangan-Dirjen Bea Cukai Bakamla, Satuan Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan Secara Illegal (Satgas 115). lembaga penegak hukum tersebut melaksanakan patroli terkait aspek keamanan dilaut secara sektoral sesuai dengan kewenangan yang dimiliki bedasarkan peraturan perundang-undangan masing-masing dengan tumpang tindihnya kewenangan tersebut tentu memerlukan koordinasi antar instansi terutama kplp dan bakamla sebagai cost guard nya Indonesia dan pada dasarnya sebagai lapis pertama utk penanganan keamanan aspek laut dgn kewenangan yg cukup luas dibandingkan instansi lainnya kecuali TNI .....tentu dgn pengadaan kapal kapal Opv lebih dari 90 m sebagai pengimbang kekuatan kapal kapal negara tetangga terutama di Laut Natuna yg selalu memanas / hot spot πŸ™πŸ™

Anonymous said...

Ada yg tahu bagaimana kelanjutan T50 golden eagle tni au belum ada kabarnya

Erten said...

Uangnya dari mana tuan? 🀣🀣🀣

Anonymous said...

Gmn kabar scorpene sdh kontrak efektif kah ? Gmn dgn heli Caracal kenapa tdk ditambah lagi kan sdh ada kerjasama ? Gm dgn kabar rantis maung yg katanya dipesan sampai jumlah ribuan ?

mas_yun said...

SELAGI CHINA VS USA SEDANG BERLANGSUNG....PERMODERNAN ALUTSISTA HARUS DIKEBUT!
KARENA JIKA SALAH SATU SUDAH BERKUASA...BAKALAN REPOT SEMUA NEGARA2 KAWASAN!

Anonymous said...

Yg jadi masalah di kita ini bukan undang2nya tapi orang2nya, negara kita kebanyakan undang2 tapi pelaksanaannya nol.

Anonymous said...

Pingin niru korut yah? Pemerintahnya jor2an beli alutsista tapi rakyatnya pada miskin dan kelaparan.

Anonymous said...

Stttt Santai saja jangan ribut, ntar tau2 sudah muncul di permukaan.

Anonymous said...

Sepi belum ada kejutan ...juga kedatangan alatista banyak delay ni

fazo said...

Alutsista kita selalu kalah dibanding Singapore...

Anonymous said...

si abah sering menyiksa kami sp satu bulan merindukan info penting seperti ini, kami usulkan 3 x per bulan, sedekah info lah bah

Anonymous said...

Secara kualitas iya tapi kuantitas jauh

Anonymous said...

Kalah kualitas dan kuantitas..pesawat tempur, kapal perang, kapal selam kecuali personel tentaranya baru kita jauh di atas singapura, ibarat langit dan bumi.

Anonymous said...

Biar kualitas kalah tapi Miltansi personil angkatan perang jauh diatas kita dibanding singapura.

Anonymous said...

Ya kan blum PD Dateng..ntr ppa masuk Oktober..Rafale 2026..real frigate merah putih 2026..blum LG f15 IX,frem,ifx 21 versi lokal,kasel interim,rudal Hisar dan Khan klu semua tu sdh Datang apa secara kualitas Indonesia masih kalah..? No way..plg TDK singapur akan mengimbangi dan tidak akan berada di atas Indonesia LG..sebab Indonesia sekarang tidak main2 LG musuh yg di hadapi Indonesia ke depan adlah klas berat jd TDK ada toleransi LG bg ngra kawasan klu TDK taruhannya kedaulatan kita akan tercaplok!

Anonymous said...

+ korvet kelas bung Karno, korvet ex kelas Pohang, Opv 98m, kcr 68 m , kasel scorpane ,

Anonymous said...

Indonesia kalo terlibat perang terbuka, menang atau kalah masih tanda tanya ya. Indonesia
memang memiliki kekayaan alam yg aduh hai tapi itu masih terpendam di dalam tanah, butuh proses panjang utk menghasilkan sebuah produk siap jual dan ini berarti butuh uang yg sangat banyak utk proses panjang tersebut tapi sayang RI tidak punya uang sebanyak itu sehingga butuh investor utk proses panjang tersebut. Di sini terjawab RI tidak punya uang banyak. Nah kembali soal pertahanan diri, RI itu negara kepulauan sehingga butuh banyak alutsista militer utk menjaganya dan ini butuh uang banyak tapi RI tidak punya uang banyak. Akhir cerita bisa ditebak menang atau kalah ya kalo RI terlibat perang terbuka karena sebuah perang itu pasti butuh dana yg tidak terbatas utk urusan suplai logistik keperluan perang, makanya utk menyisati keterbatasan uang ya harus ikut geng geng sekutu yaitu ikut sekutu barat atau ikut sekutu rusia .

Anonymous said...

Indonesia supaya tidak terlibat perang terbuka sebaiknya mengikuti langkah langkah negara Swiss sebagai negara netral. Negara Swiss ada di daratan eropa, nah kita buat bahwa di daratan atau benua asia ada negara netral yaitu negara RI karena negara neteal tidak akan diserang atau direbut atau dikuasai atau didusuki, semua negara termasuk sekutu USA serta sekutu Rusia RRC menghormati negara netral. Ini adalah solusi jitu buat Indonesia melindungi negaranya dari rong rongan atau ancaman agresi musuh.

Anonymous said...

Kalo RI sudah jadi negara netral, maka pemerintah pusat RI tidak usah pusing pusing cari pinjaman luar negeri buat beli baru alutsista militer yg gahar canggih mumpuni.

Anonymous said...

Netizen jiran komen☝πŸ‘‡

Anonymous said...

Netijen jiran komen☝πŸ€­πŸ˜‡

Anonymous said...

Klo dihitung logika dan matematika pling tahan cuman 1 bulan tapi rasa nasionalisme jangan ditanya ga terhingga belum lagi konsep jihad dan sejarah panjang mencapai kemerdekaan sampai kiamatpun dijabanin

Ken Anom said...

Relax bro... klo ada penjajah dateng ke Indonesia.. akan dikasih rambu perboden.. kasih tulisan under construction.. silahkan jajah tetangga semenanjung sebelah dulu..

Ken Anom said...

Beda doktrin bray..
Doktrin Indonesia beda dengan doktrin Singapur..
Jangan punya opini menang kalah.. emang lg balapan?

Anonymous said...

Teori dari mana tuh ...?? Bisa kayak Swiss tanpa penguatan pertahanan negara bisa 2x abis wilayah NKRI di digregotin tetangga sebelah blom lagi pemberontakan di Papua bisa ngerembet ke wilayah lain

Anonymous said...

Bukan cuma beda doktrin tapi juga beda isi dompet 😁😁😁

Anonymous said...

Soal teori dari mana silahkan tanyakan kepada negara swiss karena dialah yg mempraktekkan teori tersebut dan terbukti ampuh seperti PD 1 dan PD 2 swiss tidak terancam, justru anda punya pikiran kwatir ini kwatir itu yg tidak beralasan, Indonesia adalah negara yg cinta damai dan punya paham zero enemy, makanya segeralah Indonesia menjadi negara neteal di benua asia setara dgn swiss di benua eropa.

Anonymous said...

Harga alutsista militer jaman sekarang udah pada mahal mahal semua karena ada tekknologi canggih di dalamnya yg artinya semuanya diatur digerakkan dan dikontrol oleh komputer, beda dgn jaman dulu era dibawah th 1980 yg masih murah karena belum semuanya dihandle dgn kompiter. Masalahnya nanti 10 th ke depan pastilah semakin tidak terjangkau utk membeli produk alutsista militer karena harganya sudah mahal mahal semua itupun biaya perwatan juga mahal mahal begitu jiga harga spare partnya juga mahal mahal.. ini artinya nanti 10 th ke depan semakin banyak negara negara di dunia ini hanya mampu mengoperasikan peralatan militer yg jadul jadul karena keterbatasan keuangan negara masing masing. Nah bagaimana RI menyingkapi masalah ini ya?

Anonymous said...

Dikwatirkan 10 th ke depan atau bahkan 20 th ke depan hanya negara negara maju saja yg berkantong tebal yg bisa membeli produk alutsista yg mahal mahal, takutnya nanti timbul lagi penjajahan seperti masa lalu.