Kebanggaan kita sebagai bagian dari anak bangsa yang
berbingkai NKRI adalah ketidaksamaan ramuan yang membentuk adonan dalam sebuah
tekad membangun bangsa. Republik Indonesia adalah adonan yang diramu, diracik,
diblender dan dimatangkan dalam sebuah open panasnya perjuangan mempertahankan
kemerdekaan puluhan tahun yang lalu. Kematangan perjuangan itulah yang
membentuk karakter berbangsa sampai saat ini, semangat nasionalis patriotik.
Semangat kebhinnekaan, semangat kebersamaan yang dibentuk
dari ketidaksamaan komponen, itulah kehebatan kita, itulah kebanggaan kita. Tujuh
puluh satu tahun adonan NKRI memberikan makna dalam perjalanan eksitensi bangsa. Bersama menjalani hiruk pikuk suka cita
bangsa, bersama menjalani hiruk pikuk duka cita bangsa dengan peristiwa-peristiwa
besar yang menampar perjalanan, menikam nilai-nilai kesatuan dan tetap saja
dengan ridho Allah kita masih bisa bernama Indonesia dan semoga akan selalu
bernama Indonesia.
Adonan NKRI hari-hari belakangan ini agak menggumpal satu
sama lain oleh sebuah sebab yang terlambat didiagnosa pengendali negeri yang
bernama rezim. Akibat omongan nista dari seorang pejabat publik yang memasuki wilayah
teritori aqidah lain, jadilah kemarahan yang menggumpal yang membuat adonan kebersamaaan
menjadi retak. Lebih dari itu gumpalan adonan dari sebuah komponen mayoritas
yang teritori aqidahnya dilecehkan memberikan pesan kuat bahwa kemarahan
ukhuwah harus disikapi dengan arif.
Latihan tempur TNI AD di Natuna, jangan main-main |
Teritori aqidah tidak jauh beda dengan teritori NKRI dari
sisi semangat jihadnya. Kalau pada
saat-saat ini militer kita sedang mengadakan simulasi pertempuran berkelanjutan
di Natuna, pesannya jelas agar negara-negara lain yang bersengketa wilayah di Laut
Cina Selatan tidak melecehkan teritori Indonesia. Kalau itu dilecehkan maka
segenap komponen anak bangsa dengan tulang punggung TNI akan marah besar dan
siap berjibaku.
Ketika sudah dipertunjukkan nilai tersangka kepada
pembuat sebab, mestinya dipertunjukkan pula nilai-nilai arif dari komponen mayoritas.
Dan mempercayakan semuanya pada mekanisme hukum. Para pemimpin agama, para
ulama sedang berupaya mendinginkan suhu, dan kita sebagai anak bangsa, sebagai
umat selayaknya ikut dalam barisan itu.
Terus mengumbar adrenalin juga tidak sehat manakala perjalanan tubuh
memerlukan istirahat.
Adonan NKRI adalah predikat terhormat dari sebuah
perjalanan bangsa yang berdarah dalam memperjuangkan dan mempertahankan
kemerdekaannya. Bukankah NKRI diramu dari kesadaran berbangsa yang unsur-unsur
adonannya berbeda satu sama lain. Meski
komponen mayoritas berwarna hijau daun, toh bendera kita berwarna merah
putih. Meski mayoritas kita adalah dari
suku yang selalu “ewuh pakewuh” toh bahasa nasional kita dari sebuah suku
minoritas.
Ketika naskah Piagam Jakarta disempurnakan menjadi
Pancasila dengan menghilangkan tujuh suku kata, toh yang mayoritas tadi tetap
legowo. Itulah yang disebut adonan hangat
untuk menciptakan sebuah bangunan karakter berbangsa dengan pilar kuat,
semangat kebangsaan dalam kebhinnekaan. Bangunan
karakter model begini sangat sulit mencarinya di belahan mana pun di dunia
karena dibentuk dari nilai juang, harga diri dan kebersamaan dalam perbedaan. Syukuri
saudaraku yang dirahmati Allah.
Negeri yang indah, permai, nusantaraku |
Pelajaran penting dari “mulutmu harimaumu” adalah jadilah
pemimpin yang beretika dan berakhlak.
Meski proses dan hasil kerjanya diakui hebat tetapi penentu semua
keberhasilan itu adalah nilai lisan dan sikap rendah hati yang menampakkan
suasana sejuk. Pelajaran lain yang tak kalah penting adalah cerdas dan tanggap
dalam merespon segala cuaca yang menerkam ekstrim. Ini utamanya untuk pemimpin rezim yang
mestinya lebih banyak menyoal rumus strategis negara daripada sekedar berpikir dan melangkah taktis wira
wiri yang tak perlu.
Hulubalang Republik yang bernama Tentara Nasional
Indonesia adalah benteng utama yang bersama komponen bangsa yang lain
senantiasa menjaga ramuan adonan yang bernama NKRI. Sejarah membuktikan semua komponen yang
membentuk dan merekatkan NKRI adalah pejuang sejati. Komponen mayoritas tentu dengan kekuatan mayoritasnya berperan
besar dan sebanding dengan nilai dominannya. TNI adalah payung kehormatan itu
untuk menjaga dan mempertahankan kehormatan bangsa besar ini.
Namanya adonan tentu ramuannya terdiri dari berbagai
unsur untuk menampilkan rasa nikmat bagi sebuah kue atau roti. Meski komponen dominan
pembuat roti atau kue adalah tepung terigu, tetapi jika tidak ada campuran putih
telur, mentega, gula, dan unsur lain tentu rasanya hambar. Kue yang bernama
Indonesia itu adalah yang paling nikmat manakala kita mau mensyukuri
nilai-nilai kebangsaan yang kita miliki. Memahami perbedaan diantara kita
sebagai rahmat dan kasih sayang Allah.
Marilah kita hangatkan kembali sebuah adonan keindahan
yang sudah tercetak puluhan tahun yang lalu. Sebuah adonan kebanggaan, sebuah
adonan kebersamaan yang sudah kita jalani dengan suka duka. Kultur kita adalah kebersamaan itu, nilai
kejuangan kita adalah kebersamaan itu, kehebatan kita adalah keragaman itu, republik
kita adalah kebersamaan itu. Semoga Allah
selalu meridhoi jalan kebersamaan bangsa besar ini.
****
Jagarin Pane / 18 Nopember 2016
7 comments:
Mantaps..
langkah taktis seorang presiden bukan tidak perlu, pak.. yang tak perlu dilakukan seorang presiden adalah curhat kepada rakyat dan menulis lagu, karena dua hal itu lebih elok dikerjakan nanti saat sudah pensiun..
Nggak ada larangan presiden menulis lagu.
yg penting peninggalannya. semua bisa dilihat. dari alutsista yg sampai sekarang masih brrdatangan, leveling up industri pertahanan smp sarana training spt training center kapal selampun dibuat.
Harusnya sih yg blusukan bisa lbh baik. tp kok blm ada gregetnya ya...
memang gak ada larangan presiden menulis lagu bro, seperti gak ada larangan juga orang kentut di dalam bus atau gedung bioskop.. ini bukan soal larangan, tapi soal etika dan rasa malu..
hmmm..rezim skrg baru jalan 2 tahun, tentu progresnya masih belum kelihatan. ibarat orang nanam masih belum panen. nanti 2/3 thn lagi pasti pesanan sudah pada berdatangan.
Saran sy alustista TNI saat ini sudah bagus,tp persebarannya msh bertumpu di utara dan barat,perlu penempatan pesawat canggih di wil.timur,n 2 KRI dg kemampuan anti kapal selam,saran sy utk F5 dijual az ke PNG / timor leste, utk nambah modal buat beli sukhoi 35,,biar JOSSS GANDOS,1 skuardon cukup utk sementara,dibagi 2, 8 unit di merauke,8 unit di kalbar..
Saran sy alustista TNI saat ini sudah bagus,tp persebarannya msh bertumpu di utara dan barat,perlu penempatan pesawat canggih di wil.timur,n 2 KRI dg kemampuan anti kapal selam,saran sy utk F5 dijual az ke PNG / timor leste, utk nambah modal buat beli sukhoi 35,,biar JOSSS GANDOS,1 skuardon cukup utk sementara,dibagi 2, 8 unit di merauke,8 unit di kalbar..
Songong nih orang ..
Post a Comment