TNI AU adalah salah satu kekuatan pengawal republik yang kondisi alutsistanya paling memprihatinkan. Saat ini kekuatan itu hanya ditopang dengan alat pukul gebuk kasur yaitu 10 Sukhoi, 10 F16, 12F5E dan 36 Hawk100/200. Bagaimana mungkin ruang udara NKRI yang sebesar benua Eropa ini hanya dikawal oleh alutsista secuil itu. Belum lagi jumlah pesawat angkut yang minim, helikopter tempur yang seadanya, rudal pertahanan udara yang gak nendang , jumlah radar yang belum mengcover seluruh wilayah udara dan pesawat intai strategis/taktis yang hitungan jari jumlahnya.
Sebagai anak bangsa yang mendambakan adanya peningkatan kekuatan pengawal ruang udara NKRI, kita sangat berterimakasih kepada seorang jendral cerdas Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden terpilih 2009 -2014 yang telah mengambil langkah-langkah strategis yang pasti, lugas dan terang untuk mewujudkan postur kekuatan Angkatan Udara dan Angkatan lainnya yang kuat, dan disegani, setidaknya dalam program lima tahun kedepan.
Untuk TNI Angkatan Udara, kekuatan minimum yang harus diupayakan ada, adalah melengkapi satuan pemukulnya dengan 2 Skuadron Sukhoi (32 unit), 3 Skuadron F16 (48 unit), 2 Skuadron Hawk 100/200 (36 unit), 1 skuadron F5E (12 unit), 1 skuadron Yak 130 (16 unit) dan 1 skuadron Super Tucano (16 unit). Sangat diharapkan kekuatan pemukul pengawal dirgantara ini sudah harus ada pada tahun 2014 dengan skenario persebaran skuadron merata di pulau-pulau besar NKRI, yaitu :
· 1 Skuadron Sukhoi (16 unit) di Madiun
· 1 Skuadron F16 ( 16 unit) di Madiun
· 1 Skuadron Sukhoi (16 unit) di Makassar
· 1 Skuadron F16 (16 unit) di Medan
· 1 Skuadron Yak 130 (16 unit) di Yogya
· 1 Skuadron Super Tucano (16 unit) di Malang
· 1 Skuadron Hawk (12 unit) di Pekanbaru
· 1 Skuadron Hawk (12 unit) di Pontianak
· 1 Skuadron UAV (12 unit) di Pekanbaru
· 1 Skuadron UAV (12 unit) di Pontianak
· 1 Flight Hawk ( 6 unit) di Tarakan
· 1 Flight F16 (6 unit) di Tarakan
· 1 Flight F16 (4 unit) di Manado
· 1 Flight F16 (6 unit) di Kupang
· 1 Flight F5E (6 unit) di Biak
· 1 Flight F5E (6 unit) di Merauke
· 1 Flight Hawk ( 6 unit) di Timika
Mengapa harus dilakukan persebaran sedemikian rupa. Dari sisi pertahanan keamanan hal ini membuat pihak lawan berhitung cermat ketika akan melakukan serangan pre emptive karena lokasi pangkalan udara berserakan di berbagai titik. Demikian juga dari sisi cost operasional lebih menghemat karena patroli udara dilakukan sesuai titik pangkalan dan kawasan border di wilayahnya. Jadi tidak perlu melakukan pergeseran pesawat untuk sebuah operasi misalnya kecuali jika ada latihan gabungan berskala besar.
Penempatan 1 skuadron F16 di Medan ditujukan untuk memberikan ruang perlindungan bagi Sumatera sekaligus mengimbangi posisi arsenal negara jiran yang dipisahkan selat Malaka. Ini juga sebagai payung sinergi tempur dan patroli bagi pesawat tempur Hawk dan UAV di Pekanbaru.
Tarakan sebagai pangkalan utama yang baru diisi dengan 6 F16 dan 6 Hawk untuk mengawal wilayah sengketa paling panas dengan Malaysia di Ambalat. Dua jenis pesawat tempur ini akan dilapis dengan 1 Skuadron Sukhoi di Makassar yang mampu mengawal Kalimantan Timur sampai Sebatik, Manado, Ambon dan Jayapura. Prediksi untuk titik panas ini akan bisa berubah dinamis setiap saat dengan peningkatan kekuatan berskala besar manakala ada ancaman menuju perang terbuka.
Bagaimana dengan Jawa. Sebagai jantung pertahanan Indonesia kawasan ini dikawal 1 Skuadron Sukhoi, 1 Skuadron F16, 1 skuadron Yak 130 dan 1 Skuadron Super Tucano. Khusus untuk Super Tucano bisa dilakukan pergeseran pangkalan karena fungsi pesawat ini adalah sebagai pesawat tempur insurgency yang mampu mengobrak abrik sarang gerilya separatis seperti yang ditunjukkan Bronco di Aceh dan Timor Timur. Pesawat jenis Yak 130 di Yogya fungsi utamanya adalah untuk pendidikan latih lanjut pilot tempur, bersama jenis pesawat latih lainnya.
Kekuatan dan persebaran satuan pemukul ini juga diimbangi dengan dukungan alutsista lain seperti peningkatan kekuatan pasukan khas TNI AU di seluruh pangkalan yang menjadi home base pesawat tempur serta rudal dan artileri anti serangan udara yang modern dan berkualitas. Disamping rudal jarak pendek yang sudah dimiliki,TNI AU membutuhkan rudal darat ke udara jarak sedang sebagai hanud area untuk mengawal pangkalan angkatan udara. Dukungan lain adalah skuadron pengintai strategis dan taktis, sejumlah radar berkualitas OTH, skuadron angkut berat Hercules, skuadron angkut ringan/sedang. Diharapkan satelit militer sudah bisa diluncurkan oleh Lapan tahun 2012 bersamaan dengan produksi rudal berjarak jangkau 300 Km.
Perkembangan kawasan yang begitu dinamis memungkinkan terjadinya pergesekan dan konflik teritrorial. Lihat saja tingkah arogansi Malaysia yang merasa diri sudah kuat dan kaya sehingga selalu melecehkan hampir seluruh dimensi kehormatan NKRI. Dimata rakyat Indonesia arogansi jiran sebelah itu sudah pada tahap stadium tiga, sulit disembuhkan dan memerlukan waktu lama untuk penyembuhannya, kalau tidak ingin disebut tiada maaf bagimu Pakcik. Dengan kondisi ini bisa saja sewaktu-waktu terjadi insiden yang tidak diinginkan misalnya terjadi sweeping massal terhadap warga Malaysia di Indonesia atau sebaliknya yang bisa menghancurkan tatanan kehidupan bertetangga.
Tentu saja pilihan paling obyektif adalah mengembalikan nilai dan harga diri bangsa. Salah satunya adalah dengan memperkuat postur pengawal republik TNI yang kuat dan disegani. Kekuatan militer diniscayakan menjadi bargaining power utama bagi dinamika diplomasi Indonesia. Ingat sejarah Trikora dalam pembebasan Irian Barat, kekuatan militer Indonesia adalah faktor utama Belanda mau menyerahkan provinsi paling timur itu secara diplomasi melalui PBB. Waktu itu Indonesia memiliki kekuatan Angkatan Udara dan Laut yang terkuat di belahan Asia Selatan, belum lagi semangat tempurnya. Ingat penerjunan pasukan / sukarelawan yang langsung ke kamp militer Belanda di sebuah tempat di Papua yang membuat tentara Belanda panik, atau heroiknya KRI Macan Tutul dibawah komando Yos Sudarso dengan pekik: kobarkan semangat pertempuran.
Presiden SBY adalah seorang yang tahu persis tentang strategi hankam dan anatominya. Dukungan dari DPR juga sangat diharapkan sehingga proses pengadaan alutsista berjalan terukur, terpenuhi dan berkualitas. Sejatinya banyak rakyat yang cinta tanah air ini mendambakan postur kekuatan TNI yang kuat dan disegani. Untuk mengukur itu bisa dilakukan survey oleh lembaga indpenden dan hasilnya disampaikan kepada pemerintah. Kita meyakini ada sekitar 80% rakyat Indonesia yang mendukung peningkatan kekuatan TNI. Nah, kalau mayoritas rakyat sudah mendambakan perkuatan TNI, logikanya tidak ada lagi kendala untuk melangkah.
Syukur Alhamdulillah sudah disepakati anggaran untuk modernisasi alutsista TNI sebesar 150 trilyun rupiah untuk 4-5 tahun ke depan. TNI AU dan TNI AL mendapat porsi dominasi anggaran karena kedua matra ini memang personifikasinya adalah arsenal.
*****
(Bersambung)
Jagvane
1 comment:
Hmmmmm...analisis yang bagus... I like it... Sejatinya memang harus kuat postur TNI. BTW...Bagaimana dengan riwayat KFX?? Tindak lanjutnya gimana???
Post a Comment