Bukan hanya cuaca ekstrim dan siklon anomali yang lagi musim di bumi bulat bundar ini. Dinamika geopolitik dunia juga sedang menggeliat bersama dengan musim pamer otot militer di berbagai belahan benua. Tanpa ada yang menduga, tiba-tiba saja Israel mengakui eksistensi negara Somaliland, sebuah teritori strategis di Selat Bab El Mandeb dan Teluk Aden. Sontak seluruh Liga Arab marah besar dan tak terima. Di lokasi lain tiba-tiba saja jet-jet tempur Arab Saudi menggempur salah satu faksi militer separatis di Yaman yang didukung Uni Emirat Arab (UEA). Di seberang Laut Merah sisi Afrika, pasukan pemberontak Sudan dengan dukungan UEA memperluas teritori pendudukan di Sudan. Sementara di utara Jazirah Arab, Iran saat ini sedang bersiap menghadapi perang besar dengan AS dan Israel.
Di kawasan Indo Pasifik Rusia menyatakan dengan lugas akan mendukung China jika berperang dengan Taiwan. Sementara saat ini China mengadakan latihan militer skala besar di selat Taiwan. Bersamaan dengan itu Korea Utara memamerkan kapal selam nuklir baru buatannya. Masih di Indo Pasifik khususnya ASEAN, dua negara anggotanya Thailand dan Kamboja kembali bertempur karena perselisihan teritori. Myanmar juga masih sibuk dengan pertempuran internalnya. Nun di belahan benua lain AS bersiap menganeksasi Greenland yang membuat Denmark murka. Greenland adalah wilayah otonomi Denmark yang kaya sumber daya mineral. Sementara Rusia kembali menegaskan kekuatan nuklirnya bisa menjadi penentu perang Eropa jika NATO berupaya untuk memperluas perang di Ukraina.
Di Amerika Latin Venezuela sedang bersiap menghadapi eskalasi perang terbuka dengan pemerintahan cowboy Washington. Armada tempur lengkap AS sudah ready for war di perairan Karibia. Tinggal menunggu komando. Di Afrika dengan Nigeria, AS baru saja membombardir basis militer gerilyawan yang dituduh menculik dan membunuh ribuan warga berbasis religi. Sepertinya semua formula diplomatik antar negara sudah mati suri, sudah tidak berlaku. Semua dinamika berbagai konflik ini sesungguhnya sedang memperlihatkan pamer otot adrenalin militer yang mencemaskan. Oleh sebuah sebab yang bernama ambisi teritorial berbasis arogansi militer.
Dinamika geopolitik yang bisul konfliknya muncul di berbagai tempat tidak terlepas dari hilangnya marwah PBB yang sama sekali tidak punya kekuatan tawar dan eksekusi resolusi. Martabat PBB saat ini sudah berada dalam kendali AS. Eksistensi PBB bahkan sudah dilecehkan Presiden AS Donald Trump yang menyebut sebagai organisasi tertinggi dunia yang tak mampu mendamaikan. Bahkan dengan bangga Trump bilang hanya AS yang bisa mendamaikan konflik antar negara di jagad ini. Alamak sombongnya Pak De Bule ini.
Saat ini AS tengah mempertontonkan kepongahan hegemoni militernya dan keangkuhan diplomatiknya karena dia punya kekuatan itu. Namun dibalik itu Washington sebenarnya secara tersirat sedang panik karena hegemoni unipolarnya mulai tergerus. Dalam situasi yang demikian setiap negara termasuk Indonesia sudah bisa menilai subyektivitas diplomasi militer Washington yang mau benar sendiri dan cenderung sok jagoan. China, Rusia, Iran dan Korut sudah jauh hari berhitung soal arogansi ini. Sembari mereka memperkuat militer masing-masing, mereka juga sudah membentuk aliansi militer. Tentara Korut ikut berperang bersama Rusia dan Iran mengirim ribuan drone tempur ke Rusia untuk melawan Ukraina. Empat negara ini adalah rival AS hari ini dan masa depan.
Dalam situasi ekosistem dunia saat ini yang sudah tidak memiliki norma kebersamaan, norma kepantasan dan kesetaraan, masing-masing negara mulai berhitung kapabilitas diri dan menguatkannya dengan membentuk aliansi militer. Arab Saudi dan Pakistan baru saja membentuk aliansi militer nuklir yang membuat kawasan Timur Tengah tercengang kaget. Termasuk pukulan diplomatik telak untuk Israel. Australia dan Papua Nugini sudah menandatangani Pukpuk Treaty, persekutuan militer yang sangat mengganggu kerukunan diplomatik Jakarta-Canberra. Untuk mendinginkan Jakarta, Australia lalu menyambangi Indonesia untuk memberikan penjelasan soal Pukpuk Treaty. Pesan kita jangan terlalu percaya dengan jiran selatan ini. Ingat soal arogansi militernya ketika Timor Timur bergolak dan merdeka. Australia punya kontribusi besar dan mengabaikan Lombok Treaty.
Langkah strategis Indonesia untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan aset pertahanan yang sebanding dengan luas wilayah adalah untuk menjamin eksistensi kedaulatannya dan mengantisipasi gejolak geopolitik dunia. Sekaligus untuk menguatkan peran diplomasi pertahanan di kawasan. Di seluruh ASEAN teritori Indonesia adalah yang terluas. Berhadapan dengan berbagai jenis potensi konflik yang bisa terjadi diantara berbagai jiran yang berbeda karakter. Termasuk persaingan geopolitik AS-China yang semakin berpacu dengan waktu. Nilai plus penguatan investasi pertahanan kita adalah bersinergi dengan penguatan industri pertahanan dalam negeri. Dan semuanya berlangsung cepat, extra ordinary.
Misalnya peluncuran KRI Balaputradewa 322 bersamaan dengan publikasi senjata laser dan kapal selam tanpa awak (KSOT). Ketiga alutsista strategis ini semuanya hasil karya gemilang PT PAL Indonesia. Dan diselesaikan dalam waktu cepat. Lahirnya ketiga alutsista canggih ini mendapat publikasi luas di luar negeri. Media luar menyebut Indonesia selangkah lebih maju dari negara kawasan dalam keberhasilan membangun industri pertahanan. Singapura meski tidak banyak memberikan respon kita meyakini bahwa mereka mengamati dengan cermat kemajuan industri pertahanan Indonesia. Dan boleh jadi mulai sedikit khawatir dengan program Trident Shield Indonesia.
Peta geopolitik yang cenderung mudah panas dan meledak adalah bagian dari proses transisi untuk membentuk tatanan dunia baru yang menuju multipolar. Bersamaan dengan persaingan berbagai aliansi ekonomi dan militer di kawasan untuk menjadi yang terdepan. Sebagai contoh terbaru perseteruan Arab Saudi dan UEA ternyata diam-diam sedang berebut pengaruh di jazirah Arab. Dua negara Arab yang kaya raya ini malah bersaing untuk menjadi yang terdepan dan memperluas pengaruhnya. Konflik di Sudan dan Yaman membuktikan itu. Menjadi pemasok senjata dan bahkan pengerahan pasukan.
Sementara Israel dengan kemampuan dan kecerdasan intelijen militernya menemukan pijakan baru di Somaliland yang strategis di ujung Laut Merah berhadapan dengan Yaman. Meski ditentang habis puluhan negara di kawasan itu, Israel seperti biasa tidak akan peduli dan akan jalan terus. Pengakuan Tel Aviv kepada Somaliland adalah bagian strategi geopolitiknya untuk memperkuat diplomasi pertahanan. Kita meyakini Somaliland akan menjadi pangkalan militer Israel yang dapat mengontrol Yaman bahkan seluruh jazirah Arab. Liga Arab terlambat mengantisipasi karena diantara anggotanya malah saling bersaing berebut pengaruh. Jadi seperti liga sepakbola saja, sesama mereka yang satu bangsa mengutamakan ego masing-masing. Padahal esensi pembentukan Liga Arab adalah untuk melawan Israel.
Ditengah gejolak geopolitik dunia yang fluktuatif, program penguatan militer Indonesia saat ini telah mengalami metamorfosis dari Minimum Essential Force ke Optimum Essential Force menuju Trident Shield (Perisai Trisula Nusantara). Pembangunan kekuatan pertahanan yang massif dengan program extra ordinary adalah untuk mengejar ketertinggalan kita dalam investasi pertahanan. Dan kita tidak ingin terjebak dalam aliansi militer dengan negara manapun. Indonesia ingin membangun kekuatan pertahanan secara mandiri. Semua yang dilakukan pemerintah saat ini dalam penguatan postur pertahanan adalah untuk memastikan dan menjamin perlindungan teritori seluruh negeri kepulauan ini.
Pertambahan ratusan batalyon TNI, pengembangan struktur organisasi komando utama, pengadaan alutsista secara besar-besaran adalah jawaban untuk sampai pada kekuatan pertahanan mandiri Trident Shield yang setara dengan luasnya teritori. Ini sesuai dengan konstitusi politik luar negeri yang bebas aktif, dinamis dan non blok. Indonesia ingin mencapai kekuatan pertahanan mandiri yang berkelas sebagai penopang stabilitas kawasan. Karena posisi geostrategis Indonesia yang memiliki selat-selat strategis untuk pelayaran internasional. Maka kita perbanyak kuantitas dan kualitas kapal perang striking force termasuk kapal selam. Sebagian kita bangun sendiri.
Kita harus menjaga selat-selat strategis dan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) dengan KSOT dan atau Coastal Missile. Mulai tahun 2026 PT PAL akan memproduksi 30 KSOT. Investasi 30 KSOT nilainya sama dengan pembuatan 1 kapal selam konvensional. Sangat efisien tanpa mengurangi nilai deterensnya. Kapal-kapal perang kita juga harus berkarakter gahar untuk memberikan tampilan kewibawaan di perairan sendiri. Karena ALKI kita termasuk perairan Natuna sering dilalui kapal-kapal perang jumbo baik dari AS, China, Jepang, Australia dan Rusia. Kita harus tampil dong dengan armada kapal perang besar dan canggih untuk menjunjung jalesveva jayamahe.
Sangat wajar kalau Indonesia mempunyai kapal perang heavy frigate, destroyer bahkan kapal induk sebagai penyeimbang persaingan geopolitik dan untuk menjamin pertahanan teritori. Juga ratusan jet tempur berbagai merk, ratusan rudal dan drone bersenjata. Jangan sampai di kemudian hari ketika ada konflik memperebutkan hegemoni dan teritori di Indo Pasifik, kita ikut babak belur karena tidak punya kekuatan pertahanan yang berkelas. Membangun pertahanan yang kuat sesungguhnya adalah untuk mencegah terjadinya konflik. Karena pertahanan yang kuat adalah bargaining diplomasi yang sangat diperhitungkan. Dengan dinamika geopolitik yang fluktuatif dan lagi musim pamer otot adrenalin militer, percepatan penguatan postur pertahanan kita adalah langkah strategis terbaik. Kita mengapresiasinya. Dan di tahun 2026 kita akan banyak menyaksikan kedatangan alutsista canggih berbagai jenis. Selamat Tahun Baru 1 Januari 2026
****
Jagarin Pane / 30 Desember 2025
2 comments:
Pak haji jagarin terimakasih untuk ulasan terbarunya, mohon barangkali ada bocoran untuk pertengahan Januari 2026 pak presiden kita ke USA untuk deal perdagangan apakah juda ada klausul dengan alutsista khususnya F15 ex atau mungkin F35 mengingat presiden kita semakin jelas posisinya kepada rusia di perang Ukraina dan Tiongkok di kasus Taiwan jelas sekali posisi indo. Terimakasih untuk tangapannya pak haji.
Kemungkinan besar F15, melanjutkan fase sebelumnya.
Post a Comment