Saturday, November 8, 2025

Strategi Diversifikasi Investasi Alutsista

"Analisis Historis Dinamis (Bagian Satu)"

Dinamika geopolitik dunia saat ini mengharuskan Indonesia bersiap menghadapi turbulensi tak terduga. Persiapannya adalah memperkuat cakram pertahanan berkorelasi dengan luasnya teritori, dan kekayaan sumber daya alam. Termasuk menyikapi karakter historis dan dinamis para tetangga yang ada di sekitar rumah gadang yang bernama bumi pertiwi ini. Seperti terbentuknya aliansi militer Australia dan Papua Nugini baru-baru ini. Aliansi "Pukpuk Treaty" ditandatangani 12 Oktober 2025 merupakan sebuah surprise geopolitik kawasan. Perjanjian strategis mereka berdua menyebut jika salah satu negara diserang secara militer, negara mitranya wajib membantu tanpa syarat.

Australia bersama keluarga besar "Anglo Saxon" AS dan Inggris sudah membentuk aliansi militer nuklir AUKUS di Indo Pasifik. Dengan tujuan menghadapi China. Sementara dua negara anggota ASEAN Malaysia dan Singapura pasca era Dwikora  bergabung dalam FPDA (Five Power Defence Arrangements). Bersama Australia, Selandia Baru dan Inggris mereka membentuk persekutuan militer tahun 1971 sebagai dampak Dwikora. Filipina secara historis menjadi sekutu militer AS sejak perang Vietnam. Subic Navy Base dan Clark Air Force Base di Filipina menjadi pangkalan aju pergerakan militer dan alutsista AS untuk menggempur Vietnam Utara waktu itu. Meski akhirnya AS kalah secara militer. Vietnam Utara dan Selatan menjadi satu kesatuan Vietnam.

Negeri kepulauan kita yang luas ini berada di lingkaran historis dan dinamis dalam peta geopolitik kawasan. Hot spot terberatnya saat ini dan ke depan adalah dinamika konflik di Laut China Selatan (LCS). Dalam pandangan AUKUS, China adalah musuh bersama karena klaimnya pada LCS dan Taiwan. Dalam catatan historis FPDA, Indonesia dianggap musuh bersama karena luka sejarah konfrontasi Ganyang Malaysia. Sementara dalam pandangan masing-masing negara seperti Vietnam, Taiwan dan Filipina, China adalah potensi musuh mereka karena ambisi teritorinya yang begitu ekspansif.

Berdasarkan pengalaman historis pula, aslinya negara-negara di sekitar Indonesia yang bersentuhan teritori punya catatan diplomatik kurang sedap bahkan ngeri-ngeri sedap. Kecuali Brunai dan Filipina, tetangga "bernuansa persemakmuran" Australia, Malaysia dan Singapura mempunyai tabiat bermanis wajah didepan. Namun sering menggunting dalam lipatan, dengki dan arogan. Australia misalnya dalam persoalan Timor Timur awalnya mendukung Indonesia untuk intervensi militer akhir tahun 1975. Namun sejalan dengan perubahan peta geopolitik, Canberra berganti wajah arogan, mendikte dan merasa berjaya memimpin INTERFET untuk "menguasai" Timor Timur secara militer tahun 1999.

Konfrontasi Dwikora tahun 1963 sejatinya ngeri-ngeri sedap sekaligus pertaruhan eksistensi Indonesia. Suasana sudah menjelang perang terbuka. Puluhan ribu pasukan dan sukarelawan dikirim ke Kalimantan dan Sumatra. Kapal induk Inggris memprovokasi lewat Selat Sunda dari Singapura menuju Darwin.Tapi pulangnya dipaksa lewat Selat Lombok oleh Indonesia dengan pantauan kapal selam TNI AL. Malaysia dan Singapura berlindung di ketiak Inggris karena kemampuan militernya tidak berdaya menghadapi superioritas militer Indonesia yang sangat berjaya waktu itu. Berbagai infiltrasi pertempuran terjadi  seperti di markas tentara persemakmuran di Kalabakan dekat Tawao Sabah dan Sakilkilo Sabah. Di Long Midang Krayan Prov Kaltara dan beberapa titik di Kalimantan Barat juga terjadi pertempuran sporadis.

Sabotase peledakan bom di Singapura oleh KKO Indonesia (sekarang Marinir) tanggal 10 Maret 1965 membuat negeri itu panik. Meski akhirnya Singapura bisa menangkap Usman dan Harun kemudian mengeksekusinya dengan hukuman gantung. Ketika peristiwa sudah berlangsung puluhan tahun kedengkian Singapura berlanjut ketika Indonesia memberi nama KRI Usman Harun untuk nama KRI striking force frigate tahun 2012. Singapura keberatan dengan pemberian kedua nama pahlawan ini. Inilah ciri jiran yang belum legowo dengan sejarah dan berusaha mendikte secara diplomatik. Indonesia tidak menggubris. Tetangga menggonggong, KRI Usman Harun 359 berlayar gagah melewati Selat Malaka.

Embargo alutsista buatan Barat adalah pengalaman pahit justru ketika kita membutuhkan untuk marwah kedaulatan. Bayangkan, kita punya 40 Jet tempur Hawk dan 100 tank Scorpion buatan Inggris. Tapi tidak boleh dipergunakan untuk menggempur GAM di Aceh. Jet tempur F5E dan F16 buatan AS diembargo suku cadangnya karena insiden Santa Cruz di Timor Timur. Pada saat seperti ini tiba-tiba muncul insiden di Bawean dan klaim Malaysia di Ambalat. Insiden Bawean Juli 2003 adalah provokasi 5 jet tempur Hornet dari kapal induk AS yang melintas di laut Jawa menuju Darwin. Manuver 5 Hornet ini membahayakan penerbangan sipil dari dan menuju Juanda. Iswahyudi AFB mengirim 2 jet tempur F16 untuk memantau pergerakan konvoi kapal induk AS. Meski sempat dikunci 5 Hornet, pilot F16 kita tetap tenang dan meminta agar manuver dihentikan. Sementara klaim Malaysia soal Ambalat mulai berkobar tahun 2004 sejak negeri jiran itu show of force dengan mengerahkan kapal perang. 

Karakter jiran-jiran di sekitar rumah besar kita secara historis dan bergabung dalam beberapa aliansi militer terlihat dalam gambaran diatas. Juga pengalaman diembargo. Maka dalam pandangan strategis pertahanan Indonesia, dinamika historis geopolitik dan potensi konflik di kawasan ini perlu antisipasi secara dini. Dan perlu percepatan dalam pemenuhannya. Termasuk dalam strategi diversifikasi pengadaan alutsista. Semuanya berdasarkan peta geopolitik dan karakter jiran di sekitar kita. Kalau dalam program modernisasi alutsista TNI yang populer dengan sebutan  MEF (Minimum Essential Force) perlu waktu 15 tahun yaitu 2010-2024. Maka program extra ordinary OEF (Optimum Essential Force) target waktunya 5 tahun saja. Yaitu tahun 2025-2030. Itu sebabnya ada kesan pengadaan alutsista TNI saat ini begitu bergelora.

Salah satu contoh diversifikasi alutsista adalah realisasi investasi drone bersenjata (UCAV) di Skadron 51 Pontianak dan Skadron 52 Natuna. Dengan kedatangan 12 UCAV Anka dari Turkiye maka 8 UCAV CH4 Rainbow buatan China digeser ke Skadron 53 UCAV di Tarakan. Skadron 51 dan 52 diisi UCAV Anka yang baru dan UCAV Aerostar yang sudah eksis lebih dulu. Wajar dong, karena rasanya kurang pas jika Rainbow berpatroli di LCS. Jadi jeruk makan jeruk kesannya. Juga rencana pengadaan jet tempur J10 Chengdu China adalah bagian dari strategi pertahanan pola diversifikasi. Jika 42 unit jet tempur Rafale befokus untuk membentengi teritori Natuna, Sumatera dan Kalimantan. Maka Jet tempur J10 Chengdu bisa dialokasikan di Sulawesi atau NTT. Sudah pahamlah maksudnya.

(Bersambung)

****

Jagarin Pane / 8 November 2025


17 comments:

Sammy said...

Bang Jagarine
Jadi paket alutsista bekas dari cina J10B, fregat, rudal jadi diambil yah

Pusing pusing said...

Menurut berita resminya rudal yaitu YJ... jadi dibeli RI utk pertahanan rudal pantai dan pesisir yg nantinya akan menemani rudal Brahmos India kalo sudah deal dibeli, kapal selam dan J10B masih dalam pertimbangan TNIAL dan TNIAU.

Jagarin Pane said...

Jadi semua utk pengembangan skadron dan armada.

Pusing pusing said...

Mohon maaf bpk H Jagarin Pane, secara logika memang benar pembelian J10B fregat dan rudal yg semuanya itu buatan China adalah utk pengembangan skwadron tempur dan mengisi lebih banyak kapal perang di armada tapi utk kenyataan dilapangan berdasarkan sumber resmi lembaga swasta pemerhati militer yg terpercaya di Indonesia yg bernama Keris, agak beda infonya, Keris bilang yg deal dibeli adalah Rudal YJ... China sedang fregat dan J10B itu masih dipertimbangkan oleh TNI AL dan TNI AU karena statusnya adalah barang bekas sehingga belum ada kejelasannya deal dibeli atau tidak walau anggaran sudah disetujui utk J10B sebesar USD1, 6 milyar dari utang via fasilitas kredit ekspor sebuah bank di China. Demikian info terbarunya dari Keris, mohon maaf bila salah ya bpk H Jagarin Pane.

Symponyx said...

Respect ...hatur nuhun tulisannya..bung H jagarin menambah wawasan kita semakin lebar dari berbagai sudut pandang aktual dan faktual πŸ™πŸ™

Pusing pusing said...

Diverifikasi alutsista utk strategi pertahanan pentingkah? Itu adalah pertanyaan yg sulit dijawab karena bagi Indonesia sudah mengalami yg namanya embargo senjata baik itu dari Rusia dan sekutunya maupun dari USA dan sekutunya. Beli alutsista produk negara eropa seperti rafale Perancis dan OPV PPA Italy misalnya juga belum tentu bebas embargo, kenapa? Karena mereka itu sekutu USA kecuali kalo NATO bubar tentu bayang bayang embargo akan hilang.Demikian pula kalo beli alutsista dari sekutu Rusia seperti J10B rudal destroyer atau fregat China atau beli SU35 Rusia misalnya, apakah benar benar bisa dipastikan bebas dari embargo senjata ? Sulit utk menjawabnya. Pakistan misalnya karena dipepet terus oleh USA karena berselisih paham politik akhirnya harus merapat ke China walaupun Pakistan itu negara Islam
Gerak gerik Pakistan dipantau terus sama USA.
Nah utk Indonesia , harus belajar dari Pakistan. Kenapa? Karena derivikasi alutsista utk strategi pertahanan bisa membawa petaka buat Indonesia , kenapa? Karena China itu musuh utama USA sekarang ini, artinya berani beli vanyak alutsista China akan dicap USA sebagai sekutu China.
Memang tidak gampang membuat diverifikasi alutsista sebagai strategi pertahanan. Yang terbaik bagi masa depan pertahanan Indonesia adalah harus bisa mandiri produksi sendiri alutsista militer yg dibutuhkan oleh TNI

Anonymous said...

Pus apa yg terlihat di permukaan blm tentu itu yg sebenarnya..kau ingatkan kt menhan SDH krm pilot tempur ke cina..habis tu beritanya bnyk gak nentu dan terahir LG di prtimbngkan..sekali lg itulah taktik..ingat kt BG jagarin di atas kita dah di kepung berbagai aliansi.. bnyk yg nguping..bnyk yg was was,gelisah..klu gak cerdik BS bahaya NKRI..ya gak bung jagarin..

Anonymous said...

Na..kalimat pus pus yg terahir aku setuju..πŸ‡²πŸ‡¨πŸ’ͺ

Anonymous said...

Bung jagarin..kok ksot gak di singgung..dia LG paporit rakyat Indonesia lho bung..SM piranhanya..πŸ‡²πŸ‡¨πŸ’ͺ

Jagarin Pane said...

Kan tulisannya masih bersambungπŸ™‚

Jagarin Pane said...

Thx

Jagarin Pane said...

Keris kan ordal institusi. Bisa saja sdg menerapkan strategi disinformasi agar publik bercabang opininya. Klo saya meyakini Chegdu akan menjadi aset TNI AU dalam waktu dekat.

intifada said...

Indonesia pernah punya pengalaman pahit akibat embargo persenjataan oleh amerika-inggris.. saat itu kekuatan militer Indonesia berada pada titik nadir, posisi pertahanan paling lemah..bahkan wilayah kedaulatan Indonesia udara-laut kerap kali dilanggar & diacak-acak oleh jiran sebelah si malaydesh, kita hanya bisa menonton.. tdk bisa berbuat banyak krn mmg saat itu sebagian besar alutsista Indonesia buatan amerika-inggris.. maka Diversifikasi Alutsista wajib hukumnya sebagai strategi diplomasi & investasi pertahanan Indonesia.
Strategi untuk mengurangi ketergantungan pada satu pemasok, yang dapat dilakukan dengan membeli alutsista dari banyak negara berbeda untuk memenuhi kebutuhan pertahanan dan modernisasi.

Mendukung diplomasi: Pengadaan senjata bisa menjadi sarana diplomasi tingkat tinggi, membuka peluang kerja sama pertahanan dengan banyak negara dan memperkuat hubungan internasional. Dengan Indonesia menjadi Anggota penuh BRICS adalah menjadi salah satu strategi.

Meningkatkan modernisasi & investasi: Pengadaan dari berbagai negara memungkinkan Indonesia untuk mengakses teknologi dan sistem senjata yang lebih modern dan beragam, Pengadaan dg sistem ToT sehingga mampu diproduksi didalam negri termasuk kendaraan taktis, drone, dan pesawat tempur dari negara seperti Tiongkok, Turki, Prancis, dan Italia.

Alutsista2 Arab saudi, Ceko, Belarusia dlm proses negosiasi mungkin akan menambah warna dlm strategi diversifikasi investasi pertahanan NKRI.

intifada said...

Tidak cukup membentuk Aliansi AUKUS, Aussie kembali membentuk Aliansi dg papua nugini lewat PukPuk Treaty.. Aliansi yg nyata2 menusuk Indonesia dari belakang yg dilakukan tetangga dari selatan..
Fix.. Indonesia benar2 dikepung oleh Aliansi hegemony Anglo Saxon Amerika-inggris- australia plus FPDA (singapur-malaydesh).. Malaydesh juga sudah terang2an menghamba pada Amerika lewat perjanjian yg ditandatangani antara anwar ibrahim- Trump baru2 ini saat KTT asean di kuala lumpur..
Pukpuk treaty sebagai pengkhianatan yg nyata yg terang2an dilakukan australia kepada Indonesia. Pemerintah Indonesia bereaksi keras mempertanyakan hal tsb kpd australia..
Sprti kita tahu, papua nugini adlh negara yg nyata mendukung kkb-opm. Termasuk memasok senjata & logistik dan banyak pentolan kkb opm berada dan hidup aman di papua nugini, salah satunya Sebby Sembom.. pentolan kkb opm ,seorang Narrator provokator yg kerap menyebarkan fitnah & berita bohong & adu domba antar rakyat papua lewat medsos2.. tentu, pukpuk treaty ini memunculkan pertanyaan tentang konflik dan ketegangan yang berkelanjutan di tanah Papua..
Sikap Canberra ini mungkin akan membuat Jakarta-Beijing akan menjadi 'Lebih Mesra' sbg strategi Jakarta utk meng-counter hegemony Aliansi AUKUS-FPDA-PUKPUK TREATY...

Unknown said...

salam Bung Jagarin beberapa waktu yg lalu TU-95 sempat landing di tanah Papua apakah secara tersirat Kita punya pakta pertahanan dengan Rusia ?

Jagarin Pane said...

Tidak ada perjanjian apapun dgn rusia. Soal bomber rusia yang mampir di biak itu dalam rangka program navigasi jarak jauh mereka utk rehat dan isi bbm.

Jagarin Pane said...

Argumen yang faktual sesuai kenyataan. Thx telah menguatkan literasi kita di forum ini.