Wednesday, January 29, 2025

Rasio Anggaran Pertahanan Dan Diplomasi Militer

Rasio anggaran pertahanan Indonesia "selama hayat dikandung badan", sejak era Orde Baru sampai "dino iki" selalu berada di kisaran 0,7-0,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Seperti kita ketahui PDB Indonesia sampai akhir tahun 2024 sebesar 1,4 trilyun dolar dan ini menempatkan kekuatan ekonomi kita di ranking 16 besar dunia. Sehingga masuk grup ekonomi elite dua puluh besar G20. Sementara anggaran pertahanan tahun 2025 telah ditetapkan sebesar 165 trilyun rupiah. Setara dengan 10,12 milyar dolar. Angka ini berada di rasio 0,7-0,8% dari PDB kita tahun ini.

Jika kita membandingkan dengan negara ASEAN lainnya maka rasio anggaran pertahanan 0,7-0,8% ini adalah yang terkecil. Padahal luas teritori negeri kepulauan ini adalah yang terbesar di rantau ASEAN. Bandingkan dengan Singapura dan Myanmar yang mencapai 3%, Filipina 1,8%, Malaysia 1,1%, Thailand 1,2%. Sementara rasio anggaran pertahanan  China 1,7% dan Australia 2,04% dari PDB masing-masing. Artinya pengupayaan Kementerian Pertahanan Indonesia untuk meningkatkan rasio anggaran pertahanan menjadi 1,5% dalam perspektif kita sangat wajar. Meski harus dilakukan secara bertahap. 

Misalnya menuju rasio 1 persen dulu sudah sangat proporsional. Pada awalnya memang terlihat ada lonjakan drastis. Anggaran tahun ini yang sudah ditetapkan sebesar  US$ 10,12 milyar (0,7% dari PDB). Jika ingin menyesuaikan ke 1% dari PDB maka anggaran pertahanan tahun depan bisa menyentuh 14-15 milyar dolar. Catatannya adalah pertumbuhan PDB berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi 5% maka PDB juga tumbuh 5 %. Anggaran sebesar ini diperlukan untuk pengadaan dan perawatan alutsista. Berbagai jenis alutsista baru yang menjadi aset pertahanan negeri ini perlu perawatan untuk kesiapan penggunaan. Termasuk adanya frekuensi latihan TNI yang lebih sering tentu memerlukan ongkos perawatan alutsista yang lebih tinggi. Tahun yang lalu berbagai latihan militer TNI skala besar dengan negara lain bisa kita saksikan. Seperti Garuda Shield, Orruda, Keris Woomera dan lain-lain. Termasuk latihan skala besar internal TNI.

Sementara itu dalam lalulintas diplomasi aktif, beberapa negara Indo Pasific melakukan langkah pendekatan serius dengan Indonesia. PM Jepang Shigeru Ishiba baru saja melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia tanggal 10-11 Januari 2025. Jepang kembali menawarkan kerjasama pertahanan. Utamanya untuk membangun kapal perang heavy fregate "Mogami Class" untuk Indonesia melalui pola kerjasama alih teknologi. Sebelumnya, sebagai bentuk keseriusan dan insentif kerjasama, negeri matahari terbit itu sudah menghibahkan 1 kapal besar untuk Coast Guard (Bakamla) Indonesia. Bukan kapal bekas. Ini kapal baru dan saat ini sedang dibangun di Jepang. 

Korsel saat ini sedang mempersiapkan hibah 1 kapal perang "Pohang Class" untuk TNI AL. Nah kalau ini kapal bekas. Bersamaan dengan upaya Seoul mengambil hati Jakarta "menghidupkan kembali" batch 2 pembangunan 3 kapal selam Nagapasa Class. Nagapasa batch 1 telah menghasilkan 3 kapal selam. Sayangnya hanya KRI Alugoro 405 yang pembangunannya di PT PAL Surabaya yang menghasilkan unjuk kinerja lebih baik. Dua "kakaknya" KRI Nagapasa 403 dan KRI Ardadedali 404 yang pembuatannya di Korsel menghasilkan performa kurang memuaskan. Namanya juga usaha, marketing komunikasi dan lobby-lobby intensif Korsel terus dilakukan, untuk to be continued pembangunan kapal selam batch 2 yang bergelar "anjing kampung" ini.

China juga aktif  melakukan diplomasi militer "penuh senyum" dengan Indonesia sebagai lanjutan diplomasi detente Xi Jinping dan Prabowo. Beijing secara implisit menawarkan 1 kapal perang destroyer dan 1 kapal selam ketika Menhan Sjafri Sjamsudin berkunjung ke China tanggal 21-22 Januari 2025. Sebelumnya Komandan Bakamla Laksdya TNI Irvansyah berkunjung ke markas CCG di Guangzhou China tanggal 10 Januari barusan. Semuanya untuk menindaklanjuti diplomasi detente tadi. Nah kita berpandangan, kunjungan PM Jepang ke Indonesia barusan. Dari kacamata percaturan geopolitik bisa dimaknai sebagai upaya Tokyo mengajak Jakarta agar tetap menjaga  harmoni persahabatan, dan tidak terlalu condong ke Paman Panda.

Dengan India, Prabowo menjadi tamu terhormat dalam perayaan hari jadi Republik India ke 76. Kunjungan Presiden Indonesia tanggal 23-26 Januari 2025 ini menjadi kunjungan paling bermarwah dalam sejarah persahabatan Indonesia-India. Parade militer India yang megah itu menempatkan 350 taruna Akmil dan prajurit TNI berada paling depan. Dengan langkah tegap mengumandangkan mars Maju Tak Gentar, kontingen satu-satunya dari luar India ini mendapat applaus dari hadirin. Begitu bersahabatnya India menyambut kedatangan delegasi tamu dari Indonesia selama 3 hari. Berlanjut kemudian dengan finalisasi pengadaan alutsista canggih peluru kendali Brahmos senilai US$ 450 juta. Alutsista ini sangat dinantikan untuk memperkuat pertahanan pantai Natuna dan IKN. Bahkan untuk pertahanan selat-selat strategis Indonesia seperti selat Sunda, selat Lombok.

Upaya saling berkunjung untuk menguatkan kerjasama dan persahabatan di kawasan Indo Pasific adalah bagian dari strategi diplomatik cerdas Indonesia yang bersahabat dengan semua. Termasuk diplomasi militer, penawaran kerjasama pertahanan, pengadaan alutsisa untuk memperkuat teritori negeri ini. Diplomasi internasional Indonesia dengan baju diplomasi militer tentu memerlukan postur kegagahan dong. Untuk memberikan value added yang bernama marwah dan martabat. Oleh sebab itu perkuatan militer kita yang sampai saat ini masih berkategori minimum essential force menjadi sebuah keniscayaan. Pengadaan alutsista strategis seperti kapal perang heavy fregate, kapal selam, jet tempur, drone bersenjata, radar, berbagai jenis peluru kendali memerlukan anggaran besar. Peningkatan rasio anggaran pertahanan menjadi 1-1,5 persen dari PDB adalah keniscayaan yang pantas dan wajar untuk percepatan penguatan postur pertahanan negeri. 

****

Jagarin Pane / 28 Januari 2025


19 comments:

Anonymous said...

Semoga ekonomi indonesia akan semakin baik dan berimbas ke anggaran pertahanan........

Anonymous said...

Harapannya untuk kasel interim langsung kasel dari germany sekalian upgrade ketiga kasel chang bogo class. Semoga.

Waipios said...

Pencerahan yg bagus bung jagarin thanksπŸ™

Anymous07 said...

Saya heran, dalam publikasi alutsista terkadang disebutkan jumlah pesawat tempur indonesia sampai ratusan, sedangkan jika kita lihat hawk 209 dan 109 aja bakal dipensiunkan, dan pesawat yang lama bahkan ada yang masuk museum dan juga ada dipasang di tempat strategis untuk tempat wisata. Kalau dalam keadaan perang, saya berharap para jenderal dan yang memberikan data serta pejabat kemenhan, diterjunkan di garis paling depan, agar mereka tahu yang dihadapi pasukan di garis depan itu apa, dan pentingnya dukungan dari pesawat tempur terutama jet tempur, selain pesawat peringatan dini, pesawat angkut, pesawat penyuplai BBM, pesawat patroli maritim yg dipersenjatai, drone kamikaze, drkne gg dipersenjatai, helikopter serang, helikopter serbu, helikopter angkut, helikopter pengangkut alutsista, helikopter ambulance, dsbnya. Tolong berikan data yang benar, sehingga pengadaan alutsista bisa memberikan keamanan bagi pasukan indonesia yang berada di garis depan dan juga untuk melindungi seluruh rakyat Indonesia juga wilayah NKRI.

Anonymous said...

Imposible..gak mungkin di umbar semua semua negara pasti begitu..lagian km kok pengen tau banget..who're you?

Jagarin Pane said...

Thx a lot

Anymous07 said...

Maaf yang warga negara Indonesia tidak hanya saudara. Saya juga warga negara Indonesia, saya ingin negara saya Indonesia menjadi kekuatan utama di Asia Tenggara, cukup sudah kita diremehkan oleh negara lain di Asia Tenggara dan negara lain di belahan bumi lain, sehingga jika ada negara lain yang tidak bisa respon kepada Indonesia, kita punya power untuk bargaining posisi jika ditantang, apalagi kejadian beberapa waktu lalu tenaga kerja Indonesia di Malaysia ditembak, mereka itu bukan hewan apapun alasannya, saya tidak tahu dengan saudara dan nasionalisme saudara, mungkin saudara masih bisa sabar, kalau saya udah tidak sabar, kalau saya, jika ada warga indonesia yang tewas akibat perlakuan yang seberang dari aparat negara lain, indonesia bisa gerak, jika negara anda tidak bisa tegas kepada oknum aparat yang menyalahgunakan kewenangan dengan melakukan tindakan yang menewaskan negara Indonesia, secara tidak langsung anda telah mendukung oknum aparat saudara untuk menyerang arga negara Indonesia, sehingga tindakan tersebut tidak bisa ditolerir dan dianggap menyatakan perang.

Anonymous said...

Yg menarik apabila kita ada pengadaan alatista dengan skema seperti pembelian Paolo Thaon di Revel class instan 2 thn kurang sudah sedia barangnya ....bisa dibayangkan apabila kita ada pengadaan kasel / frigate...ambil contoh kita pengadaan mogami class langsung tersedia kurang dari 2 thn atau skemanya 1 sudah jadi selebihnya membangun dari awal ....

Jagarin Pane said...

Sepemikiran dengan saya, marwah negeri adalah spirit kita berindonesia. Jiran sebelah mindsetnya memang menganggap kita sebagai tetangga kelas bawah.

Anonymous said...

Kalau rudal saja kita belum bisa mandiri untuk membuatnya jangan harap kita akan bersaing dengan singapura.ayo pemerintah segera perkuat TNI kita dengan TOT Rudal segala Jenis

Pusing pusing said...

Membayangkan USD 25,5milyar
Menkeu RI menargetkan dana tersebut utk memodernisasi alutsista 3matra TNI dan dana tersebut pastinya buat beli alutsista militer kondisi baru Gress.
Dana sebesar itu kalo di Agi rata utk masing masing matra, maka masing masing matra TNI akan mendapat dana sebesar USD 8,5milyar.
Utk TNIAU setelah membeli 42unit jet tempur baru Rafale Perancis + 5unit C130j Hercules baru+ 2 unit angkut berat dari AIRBUS Perancis sisanya jadi berapa uangnya?.
Lalu TNI-AL beli 2unit Fregat baru PPA Italia + 2unit kapal selam baru scoorpen class Perancis + 2unit heavy fregat FREMM class baru Italia sisa uang tinggal berapa?.
Demikian pula utk TNIAD yg konon beli 24unit helikopter baru BlackHawk class USA dll sisa uangnya tinggal berapa?
Di sini dapat dilihat bila dana anggaran dari Menkeu RI dibagi rata antar matra pasti yg diuntungkan adalah TNIAD karena harga peralatan perang di darat tidak semahal seperti kapal perang atau pesawat terbang tempur.
Nah kali sudah begini kejadiannya, bagaimana caranya bila TNIAU atau TNI-AL mau beli baru produk alutsista yg dipilihnya tapi sisa uangnya kaga mencukupi? Apakah pihak Menkeu RI mau bersedia menambah anggaran khusus buat TNI-AL dan TNIAU buat beli peralatan perang yg dipilihnya tapi kekurangan uang dari dana USD 8,5milyar?

Anonymous said...

Ada kabar Indonesia mo beli fregat fremm ?

Anonymous said...

Sedangkan di negara sendiri kita sudah bosan mendengar kelakuan oknum2 aparat, ntah itu dari polri atau pun tni yg ugal2an, arogan bahkan sampai ada yg jadi korban di karenakan ulah mereka, herannya reaksi dari pejabat kita biasa2 saja tuh, beda ketika yg menjadi korbannya itu adalah WNI yg lagi berada di luar negri...apakah karena kalau menyangkut dengan peristiwa di luar negri bobot untuk menaikan citranya menjadi lebih tinggi dan lebih sexi?

Anonymous said...

Sama halnya ketika melihat orang luar negri yg lagi di landa kesusahan, kelaparan biasanya rasa simpati orang kita selalu besar bahkan bisa di sebut berlebihan sampai ada yg rela jual2 barang berharganya hanya demi bisa membantu orang luar tersebut tapi ketika ada tetangganya yg lagi kesusahan kelaparan gak bakalan tuh sampai jual kendaraan demi untuk membantu tetangganya tersebut.. Walaupun alasan nya demi harga diri bangsa dan rasa solidaritas tapi kenapa kalau yg menginjak2nya warga negara kita sendiri reaksinya selalu berbeda.

Anonymous said...

Emang singapur dah BS bikin rudal

Anonymous said...

Mudah2an nanti kita banjir real frigate dan Destro..ada buatan luar dan dalam..cina setahun bs meluncurkan 6 Destro PT PAL 2 tahun BS meluncurkan 2 real frigate..ini perkembangan yg luar biasa..TDK lama LG kekuatan 3 matra akan luar biasa yg lebih membanggakan akan banyak di topang binaan Tempatan utk 3 matraπŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺ

Anonymous said...

Negara konsumen( ukraina) vs negara produsen (rusia), ketika si negara konsumen kehabisan barang maka apa yg terjadi? Yah jadi pengemis 😁😁😁

Anonymous said...

Sedangkan koko panda hampir 100% produsen, dari mulai tusuk gigi sampai kapal induk mereka buat sendiri sedangkan di negara sebelah punya rudal beberapa biji dari luar pun masih di sayang2 😁😁😁

Anonymous said...

Jadi kalau mau melawan koko panda minimal alutsista negara sebelah 50 % nya harus buatan sendiri, karena kalau 70/80% alutsistanya masih impor bakalan kelabakan tuh. Kalau koko panda kehilangan satu alutsista strategis semisal pespur maka dengan mudah mereka akan membuat gantinya tapi kalau tetangga sebelah kehilangan satu pespur maka gantinya harus nunggu 5 tahunan, karena harus lihat2 dulu tuh barang terus penjajakan dan akhirnya kontrak efektif...jadi kebayang kalau misalnya negara kita perang habis2an seperti uraina vs rusia, mungkin tentara kita cuma pegang senapan doang karena cuma itulah senjata yg masih tersisa😁😁😁