Wednesday, December 25, 2024

Memahami Diplomasi Detente Prabowo

Pernyataan bersama Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden China Xi Jinping soal Laut China Selatan (LCS) tanggal 9 Nopember 2024 mendapatkan respon yang luar biasa. Di dalam dan di luar negeri. Ada dua catatan yang bisa kita kedepankan sebagai bagian dari diplomasi detente Presiden kita ini. Yang pertama adalah ketika Prabowo terpilih menjadi Presiden Indonesia, China mengundangnya secara khusus dalam kapasitas sebagai presiden terpilih. Meski kemudian Kemenlu Indonesia meluruskannya sebagai Menteri Pertahanan. Prabowo berkunjung ke Beijing tanggal 31 Maret sampai 2 April 2024 dan mendapat sambutan hangat Presiden China Xi Jinping. Ini sebuah inisiasi diplomatik terukur Paman Panda untuk merangkul Jakarta.

Yang kedua, setelah dilantik menjadi Presiden Indonesia, Prabowo memilih China sebagai negara pertama yang dikunjungi sebelum kunjungan safari ke benua Amerika. Dan ini hanya berjarak enam bulan interval berkunjung ke China. Luar biasa berbalas pantun diplomatik. Sementara kunjungan berikutnya Prabowo ke AS tanggal 10-13 November 2024, kemudian menghadiri KTT APEC di Peru tanggal 15-16 November 2024 dan KTT G20 di Brazil tanggal 18-19 November 2024. Dalam kunjungan kenegaraan ke China tanggal 8-10 November 2024 inilah lahir Joint Statement bersejarah China-Indonesia. Judulnya sangat rinci: Peningkatan Kemitraan Strategis Komprehensif Dan Komunitas China-Indonesia Untuk Masa Depan Bersama. 

Pernyataan bersejarahnya ada di butir 9. Bahwa kedua negara akan bersama-sama membuat lebih banyak titik terang (bright spot) dalam kerjasama maritim termasuk untuk area yang mengalami klaim tumpang tindih dan sepakat untuk membentuk komite pengarah bersama. Kementerian luar negeri Indonesia kemudian memberikan penjelasan bahwa Joint Statement bukanlah pengakuan terhadap nine dash line China. Dan kerjasama maritim Indonesia-China tidak berdampak pada kedaulatan maupun yuridiksi Indonesia di Laut Natuna Utara (LNU). Maka gema joint statement kedua negara ini membuat kalkulasi geopolitik LCS bergelombang.

Dalam perspektif kita langkah diplomatik Presiden Prabowo ini setidaknya berupaya mengurangi demam berkepanjangan di LCS yang sudah menimbulkan banyak provokasi dan insiden. Menurunkan ketegangan atau relaksasi  dikenal dengan istilah detente. Yaitu upaya diplomatik mengelola hubungan dengan negara yang berpotensi menjadi musuh untuk menjaga perdamaian. Dan bahkan bisa membangun kerjasama simbiosis mutualistis. Istilah detente sangat populer pada era ketegangan NATO dengan Pakta Warsawa. Langkah diplomatik Prabowo ini juga ingin menegaskan bahwa Indonesia punya cara tersendiri dalam mengelola hubungan luar negerinya. Termasuk diplomasi militer. 

Kita tidak ingin terjebak dalam framing ikut dan atau dipengaruhi salah satu persekutuan dan aliansi militer. Dengan AS kita sudah punya hubungan kemitraan strategis komprehensif, sama dan setara dengan China. Indonesia dan Australia punya perjanjian Defence Cooperation Agreement (DCA) revisi dari Lombok Treaty. Juga dengan Singapura. DCA dengan Australia telah menghasilkan latihan militer terbesar sepanjang sejarah "Keris Woomera" bulan November yang lalu di Jawa Timur. DCA dengan Singapura, mengizinkan negeri mungil sejahtera berotot militer itu menggunakan perairan di selatan Natuna untuk latihan militernya. Dengan militer AS, Indonesia setiap tahun melakukan latihan tempur tiga matra skala besar "Garuda Shield", bersama negara sahabat yang lain. Dengan Armada Pasifik Rusia, TNI AL baru saja melakukan latihan tempur laut "Orruda Exercise" di laut Jawa bulan lalu.

Dalam diplomasi detente, mengumandangkan bright spot jauh lebih baik daripada memelihara hot spot. Membangun kerjasama untuk kepentingan bersama jauh lebih penting daripada memelihara titik panas konflik oleh sebuah sebab yang tidak proporsional. Indonesia sebenarnya tidak berkonflik kedaulatan teritori dengan China. Tumpang tindih dengan nine dash line China ada di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) LNU, bukan di perairan teritori kedaulatan NKRI. ZEE Indonesia di LNU adalah hak berdaulat sesuai Konvensi Hukum Laut Internasional UNCLOS 1982. Konvensi ini ditandatangani 10 Desember 1982 di Jamaika. Berlaku efektif sejak 16 Nopember 1994. Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 dengan UU No 17 tahun 1985 . China baru meratifikasi UNCLOS 1982 pada tahun 1996. Sementara AS sampai saat ini belum mengakui UNCLOS 1982.

Mengapa AS begitu bersemangat membangun aliansi militer AUKUS di Indo Pasifik. Menggelar kekuatan militer secara besar-besaran. Melakukan latihan militer dengan sejumlah negara di Indo Pasifik. Memperkuat Australia dengan kapal selam nuklir. Membangun pangkalan militer di Filipina. Menguatkan pertahanan Taiwan. Memindahkan armada kapal induk dari kawasan Teluk ke Pasifik. Semua langkah strategis AS ini  adalah untuk mengantisipasi ancaman militer China. Termasuk memelihara hegemoni superioritas ekonominya yang bersaing ketat dengan China. Dalam bahasa Samuel Huntington musuh masa depan AS adalah China.

Mengantisipasi dinamika geopolitik kawasan dan untuk urusan kedaulatan teritori, Indonesia terus menguatkan postur pertahanannya, proporsional dengan luas wilayahnya. Dua kapal perang setara heavy fregate "Brawijaya Class" dari Italia tahun depan memperkuat armada tempur TNI AL. Termasuk kontrak efektif pembangunan dua kapal selam Scorpene dengan Perancis. Pembangunan kapal perang jenis OPV 90, kapal cepat rudal, kapal patroli cepat terus berlangsung di galangan kapal swasta nasional. PT PAL saat ini sedang membangun 2 kapal perang terbesar heavy fregate "merah putih" di galangan kapal miliknya di Surabaya.

Sementara TNI AD akan mendapatkan 22 helikopter Black Hawk dari AS, sejumlah rudal balistik Khan buatan Turki,  UAV dan berbagai jenis ranpur lainnya. TNI AU menambah dan menguatkan satuan radar dengan 25 radar GCI baru. Sebagian buatan Perancis dan sebagian lagi buatan Ceko. Juga mempersiapkan infrastruktur untuk 42 jet tempur Rafale, 2 pesawat angkut A300 MRTT, 2 pesawat angkut A400M dan sejumlah drone bersenjata. Ini adalah program strategis extra ordinary untuk memastikan keberdayaan militer menjaga marwah teritori negeri kepulauan ini

China adalah kekuatan ekonomi dan militer masa depan. Pertumbuhan ke arah itu sangat jelas sekarang. Dunia yang unipolar saat ini sudah menuju multipolar. Pemegang piala hegemoni AS dan sekutu Baratnya tentu berupaya agar hegemoni ekonomi, hegemoni militer, hegemoni framing dan informasi tidak tergerus abrasi China. Maka sekarang kita lihat polarisasi dunia menguat. Perang Rusia-Ukraina adalah hasil dari hegemoni framing. Di sisi yang lain ada pembiaran kekejaman Israel di Gaza. Semua ini karena perilaku hegemoni yang overdosis dan mencederai nilai-nilai kemanusiaan. Termasuk lahirnya aliansi militer China, Rusia, Korea Utara, Iran adalah karena ketidakadilan hegemoni. Juga BRICS.

Oleh sebab itu kita melihat langkah diplomatik cerdas Presiden Prabowo dan Presiden Xi Jinping melalui Joint Statement bisa diartikan dalam perspektif memandang over the horizon. Dunia masa depan dengan adalah kerjasama, bukan permusuhan. Indonesia tidak ingin terjebak dalam percaturan spion hegemoni karena masa depan harus dibangun dengan kerjasama ekonomi semua pihak. Membangun kerjasama internasional melalui bright spot adalah jalur terbaik untuk menuju Indonesia Emas. Termasuk membangun kekuatan militer negeri ini adalah untuk memastikan keberdayaan dan kewibawaan teritori NKRI serta marwah diplomasi. Semoga.

****

Jagarin Pane / 25 Desember 2024


59 comments:

Anonymous said...

Sebuah analisa yg cukup komprensif…👍

Anonymous said...

Berharap KCR & Tank Boat dr PT LUNDIN segera dipesan dalam jumlah banyak. KCR lainnya dpt dipasangi rudal Brahmos. Jgn lupa Black Hawk & F15Id segera dilunasi pembayarannya

Anonymous said...

Setiap pulau2 dipasang rudal

Anonymous said...

Menurut saya alutsista strategis harus di perlengkapi dan diperbaharui. Untuk satelit militer di tambah secara masif agar tidak ada wilayah yang tidak tercover.
Salam Indonesia Maju

Anonymous said...

Ketika negara lain yg katanya di sebut negara miskin dan terbelakang sudah bisa bermain main dengan rudal hipersonik dari berbagai tipe, kita masih berkutat di uji coba roket. ketika negara lain sudah bisa membuat satelit sendiri untuk keperluan militer Dll, di kita sudah layu duluan karena dananya di korupsi...sebagai rakyat kecil saya tidak tahu apa masalahnya di negri kita ini sampai sebegitu sulitnya membuat sesuatu yg negara lain seakan gampang untuk membuatnya . Mungkin kita sudah bosan membaca berita bahwa turki dan iran sebegitu seringnya mengeluarkan rudal2 dan drone terbaru.

Anonymous said...

SEANDAINYA KITA BERPERANG DENGAN MILISI HIZBULLAH ATAU HOUTI apakah kita akan hancur duluan?

Anonymous said...

Apakah negara kita kekurangan SDM? SDA? DANA? MENTAL PETARUNG? ATAU MEMANG SUDAH DI PENUHI MENTAL2 KORUP?

Anonymous said...

Pakistan sebuah negara muslim terbesar kedua didunia dengan jumlah penduduknya hampir sama dengan kita dan juga kasus korupsinya pun mungkin mirip2 dengan kita di tambah lagi di sana masih sering terjadi perang saudara, tapi mereka sudah punya senjata nuklir, rudal hipersonik, tank MBT buatan sendiri, bahkan sudah bisa jual pespur..padahal mereka tidak mempunya SDA semelimpah kita 😔

Anonymous said...

Militer houti sekarang lagi jadi perbincangan dunia karena rudal2 hipersoniknya bisa menembus jantung pertahanan israel yg konon katanya mempunyai pertahanan udara terkuat di dunia dan akhirat...padahal houti tidak bisa membuat rantis maung, panser anoa, tank medium harimau LPD kelas makasar, KRI merah putih, kasel herder scorpene. Mereka bisa menutupi kelemahan yg lain dengan sesuatu yg jauh lebih CEUTAR MEMBAHENOL😁 yaitu rudal hipersonik

Anonymous said...

Mungkin sampai kapanpun kita tidak bisa mengejar keunggulan alutsistanya singapura karena di samping SDM, dana, mereka juga menjadi sekutu utama AS. Seharusnya kita bisa berpikir cerdas seperti houti ketika kita tidak bisa mengejar alutsista singapura maka buatlah satu alutsista yg bisa membuat mereka ketar ketir, buatlah alutsista tersebut dengan fokus dan mati2an... apa itu? Ya tentunya jawabannya sudah pada tahu

Anonymous said...

Belum lagi kita berbicara tentang tetangga kita yg dari selatan, mereka mempunyai keunggulan militer jauh melebihi singapura, mereka sudah serba nuklir, hipersonik dan siluman

Anonymous said...

Kedepannya kita ingin negara lain takut dengan kita bukan karena DIPLOMASI SENYUMAN, MUKA MANIS, PURA2 BAIK ,SIPAT RAMAH DAN SALAMAN SANA SINI tapi mereka takut karena KEKUATAN MILITER KITA

Supri Bergowo said...

Langkah Diplomasi pak Prabowo sbg Presiden NKRI adl cara tepat dan elegan, hal tsb sbg solusi utk menuju Indonesia emas pd 2045 yg dicita citakan. Tentunya utk mencapai tujuan tsb perlu keterlibatan semua komponen bangsa guna membangun NKRI yg sejahtera, adil dan makmur. Utuk mencapai tujuan tsb tentunya perlu adanya semua unsur pertahanan juga hrs mendapat perhatian serius guna mengantisipasi adanya gangguan keamanan baik dari dalam negeri maupun lebih khusus dari luar negeri.

Waipios said...

Terlalu merendahkan bangsa sendiri klu kamu mmg org Indonesia komen kamu..gak punya mata apa kamu hampir 2 dekade ini tak pernah berhenti penguatan otot militer Indonesia gak mingguan gak bulanan gak harian ada aja alutssta baru baik lokal mo pun luar..omon2 kamu akan terhenti ketika rafake,f15 exidn,ifx SDH ada di negara ini..kamu katakan sdm mereka luar biasa tak tertandingi..apa mereka pernah buat pesawat!!mikir dulu klu mo ngomong..

Anonymous said...

Apapun yg terjadi Pemerintah harus wajib fokus buat rudal

Anonymous said...

Saran saya terkait sikap Turki, dan korsel, yang berpengaruh pada pengadaan alutsista dan ToT karena tuduhan 5 ilmuwan Indonesia mencuri data KFX/IFX sedangkan Indonesia telah melakukan pembayaran meskipun tidak penuh karena tidak adanya jaminan dari pihak korsel untuk melakukan ToT, maka solusi jangka pendek dibagi 2, 1. dengan teknologi terkini adalah beli lisensi seluruh jet tempur rusia dari Su 30, Su 34, Su 35, Su 57, helikopter ka 52, militer mi 28, kapal selam belgorod dan kapal selam bulava, pantsyr, hovercraft berukuran besar, MLRS, mengingat indonesia dikepung oleh FPDA, 2. Membentuk tim peneliti gabungan untuk penelitian dan pengembangan

Pusing pusing said...

Tenang & Jangan ribut ya
Utk menjadi negara dgn alutsista militer yg kuat canggih gahar dan mumpuni pasti butuh dana pengadaan yg besar pula. Utk RI dgn dana pinjaman luar negeri buat beli alutsista militer yg baru disediakan USD 25,5 milyar oleh pemerintah RI. Itu dana buat beli baru sedangkan dana pemeliharaan dan perawatan belum disediakan.
Pertanyaannya apakah dgn dana USD 25,5 milyar itu sudah semuanya alutsista tua diganti dgn yg baru?
BPK Prabowo sebagai presiden RI pasti tau seberapa kuatkah alutsista TNI bisa meladeni perang, makanya semua presiden RI baik yg pertama yaitu Soekarno sampai BPK Prabowo pastilah mengedepankan kemampuan para diplomat diplomat RI di meja PBB supaya RI tidak terlibat perang dgn siapapun.

Pusing pusing said...

Komentar anda barusan di atas ada benarnya juga tapi pertanyaannya seberapa nekatkah RI menerobos belenggu aturan CAATSA? Kalo berani seperti itu bakalan kran kran export barang dari RI ke USA maupun sekutu USA bakalan ditutup.
Apakah RI sudah siap tidak ada lagi pemasukan uang dari export barang barang Made in RI? Berkurangnya pendapatan RI juga akan mengguncang perekonomian RI. Hal ini karena pendapatan tertinggi utk export barang dari RI ya hanya ke USA saja bahkan surplus pula.
Saya rasa pemerintah RI tidak akan pernah berani melanggar peraturan CAATSA.

Anonymous said...

Bukannya merendahkan hanya sekedar memberikan kritikan tajam saja? Ketika negara2 yg ekonominya hampir sama dengan kita bahkan di belakang kita tapi teknologi militer mereka sudah jauh di depan kita, mereka sudah main2 di rudal hipersonik bahkan ICBM.

Anonymous said...

Rudal hipersonik atau ICBM itu ibarat jalan raya atau jalan tol di sebuah daerah atau sebuah negara. Ketika kita pertama kali datang ke satu daerah atau mungkin satu negara pertama tama yg jadi perhatian itu adalah jalannya, ketika jalannya rusak2 maka kesan pertama tentang daerah itu pasti jelek, tak peduli apakah daerah tersebut kaya bla bla bla DSB. Nah Sekarang di ranah militer rudal hipersonik atau ICBM itu jadi kesan pembeda bagi negara yg memilikinya tak peduli apakah negara tersebut miskin atau terbelakang sekalipun yg jelas negara tersebut akan di takuti oleh negara2 adidaya dan adikuasa

Anonymous said...

Kalau ada yg berkata " ah ente sok tau tong, serahkan saja ke kemenhan mereka yg lebih tahu dan ngerti tentang pertahanan"... lah untuk jadi seorang pengamat bola itu gak usah jadi pemain bola dulu atau untuk jadi seorang pengamat politik itu gak usah jadi pejabat dulu, begitu pun jadi pengamat militer abal3 seperti saya ini gak usah kerja di kemenhan atau jadi TNI dulu, yg penting sering2 baca berita pagi 😁 😁😁

Anonymous said...

25,5 milyar dolar SDH sng5 bagus di banding sprti punya malaisia yg hnya 5 milyar dolar di bagi 3 angkatan,yg jelas dr zaman Sukarno sampai Prabowo Indonesia TDK pernah mengelak utk perang bila SDH menyangkut kedaulatan sprti di laut cina selatan bila coast cina mo masuk langsung di usir dan ini berbalik keadaan di malaisia di mana coast guard cina bercokol di perairannya beting ali sampai 1 tahun tanpa ada tindakan dr aparat negaranya

Anonymous said...

Kalau dari angka mungkin lebih besar tapi kalau dari jumlah prajurit dan luasnya wilayah yg harus di jaga itu sangatlah kecil dan 25 m itu bukan cuma untuk beli alutsita 3 matra tapi juga kebutuhan lain seperti beli buku pensil dan penghapusnya prajurit TNI 😁

Anonymous said...

Buat diam2 beli lisensi, tidak perlu publikasi

Anonymous said...

https://youtu.be/65_DgLwjePA?si=ZJuyhf_cahKEMFsY

Jagarin Pane said...

Terlalu ambisius dan jangan lupa ada CAATSA.

Jagarin Pane said...

Setuju, alutsista rudal lebih ampuh dgn investasi jauh lebih murah daripada jet tempur.

Jagarin Pane said...

Setuju.

Anonymous said...

Mental korup para pejabat dan rakyatnya itu biang kladi dari berbagai permasalahan di indonesia, jadi bukan apa yg bisa kita berikan buat negara tapi apa yg bisa negara berikan buat kita, seandainya para pejabat kita di berikan dana besar untuk riset alutsista strategis seperti rudal dan satelit militer, saya yakin itu barang gak bakalan jadi atau minimal molor dari jadwal, bukan karena kita kekurangan SDM tapi karena dananya di potong sana sini.

Anonymous said...

Aneh rasanya ketika kita mau beli alutsista dananya harus pinjam dari luar negri sedangkan dana yg ada di dalam negri yg jumlahnya ratusan T dikorupsi hanya oleh satu orang saja, coba itu dana sita oleh negara bisa beli kapal perang dan kasel berapa biji tanpa harus ngutang.

Anonymous said...

Selalu optimis ......kita memulai membangun sendiri alatistanya walaupun tidak 100 % tetapi setidaknya selangkah lebih maju

Anonymous said...

Udah lihat Alutsista buatan dalam negeri Vietnam belum kalian semua, atgm, anti ship misil/ coastal defense, artileri, MLRS 122 M , self propeled bergerak sendiri, tank , udah bisa bikin Vietnam dalam waktu singkat loe ,lah kita rhan 122 aja belum kelar hingga hari ini 🤣🤣, banyak korupsy

Anonymous said...

Rata rata negara dengan militer hebat karena merasa ada yg ditakuti dan merasa terancam. Sedangkan sebuah negara dikatulistiwa tdk ada yg ditakuti

Anonymous said...

Ingat respon cepat dan mematikan itu rudal bukan pesawat tempur
Jangan terlalu dipaksakan buat pesawat tempur dan kapal selam
Fokuslah buat rudal asli made in indonesia

Anonymous said...

Bom latih utk Su 27/30 yang dibeli dari sari bahari sdh dicopy sama mereka, sehingga tdk perlu beli lagi dari indonesia.

Pusing pusing said...

Negara yg merasa hebat militernya disebabkan karena negara tersebut berhasil mandiri satu per satu menciptakan dan memproduksi peralatan militer yg dibutuhkan militernya. Utk bisa cepat cepat mandiri ya harus bisa belajar menjiplak sebuah produk alutsista militer yg dibutuhkan, karena sering menjiplak lambat Laun akan ketemu cara cara mengatasi kelemahan hasil produk menjiplak, lalu seiring berjalannya waktu diperbaiki kelemahan produk hasil menjiplak sehingga ketemu hasil yg bagus punya.
Teori ini sudah dipraktekkan oleh RRC lalu Iran lalu Korea Utara lalu Vietnam.
Kalo tidak mau menjiplak ya beli licence produk atau membuat kerjasama produksi seperti proyek KFX-IFX atau belajar pelan pelan produksi dgn ToT.

Anonymous said...

Setuju dengan pendapat anda
Tetapi pemerintah berani kah...masih ingatkah proyek pesawat gatot kaca...kita di habisi di bantai beramai ramai dari segala arah....
Seharusnya pemerintah fokus buat rudal bukan pesawat tempur dan kapal selam
Teknologi pesawat tempur dan kapal selam membutuhkan mesin radar sensor avionik dan lain lain mampukah kita buat semua itu... mustahil kita bisa buat
Seharusnya pemerintah sadar diri bahwa sdm kita belum mampu
Fokus satu saja teknologi rudal toh kita sudah bisa buat roket jangan di paksakan lah buat pesawat tempur dan kapal selam itu butuh dana yg sangat sangat besar

Anonymous said...

Baru tahu sekarang ternyata negara kita lagi kekurangan duit, dana buat IKN di pangkas lebih dari 50%, dana makan siang dari 15 ribu jadi 10 ribu, proyek2 infranstruktur di kurangi. jadi kita jangan berharap pemerintah akan membeli alutsista secara jor2an...ironis sekali memang negara yg maha luas ini yg di dalamnya mengandung SDA yg melimpah ruah tapi kekurangan duit, mau apapun harung ngutang dulu.

Anonymous said...

Apakah pak prabowo tidak ngiler melihat sekelas milisi houti sudah mempunyai rudal hipersonik.

Jagarin Pane said...

Lebih tepatnya pengetatan anggaran🙂

Anonymous said...

Kemarin terlalu jor2 an membangun infra nya tdk diimbangi dgn pemasukan, msh byk nya korupsi ..Sdh benar arah yg d lakukan pak Prabowo saat ini

Pusing pusing said...

Solusi dana terbatas
Dari waktu ke waktu sejarah membuktikan bahwa anggaran utk TNI sangat terbatas dari negara, makanya semenjak muncul orde baru selalu yg diutamakan adalah pembelian produk militer yg harga terjangkau dan bila yg terjangkau itu adalah barang bekas ya terpaksalah beli yg bekas alas masih oke masih bisa dirawat dan dipelihara dgn baik.
Makanya dari itu betul kata menhan RI yg baru kalo RI ketinggalan 20thn soal peremajaan alutsista militer.
Berjalannya waktu ternyata harga sebuah produk militer bukannya semakin murah tapi semakin mahal semakin tidak terjangkau.
Bila sudah demikian kenyataannya, maka solusi terbaik menyiasati anggaran TNI yg serba terbatas itu cuma satu yaitu harus beli yg bekas aja tapi masih oke punya masih bisa dirawat dan dipelihara serta sparepartnya masih diproduksi.
Kalo ini terjadi maka bisa dipastikan militer Indonesia tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi militer yg sedang terjadi. Apalagi harga sebuah jet tempur generasi5 aja kosongan sudah mahal harga barunya dan jet tempur generasi 4,5 aja kosongan baru juga sudah mahal harga barunya, jet tempur generasi 4 kondisi baru kosongan apa masih ada yg menjual?
Belum lagi bicara harga kapal selam baru konvensional diesel elektrik kosongan aja juga sudah mahal harga barunya belum lagi bicara harga baru heavy fregat kosongan belum lagi harga helikopter semacam heli Caracel Perancis juga sudah mahal barunya.
Kalo sudah begini mahal mahal semuanya padahal harga baru kosongan tanpa senjata alias tanpa pelurunya dan tanpa rudalnya serta tanpa terpedonya, mau gimana kalo anggaran militer sangat terbatas?
Solusinya cuma satu yaitu mau tak mau suka tak suka ya beli yg bekas pakai aja seperti beli jet tempur bekas beli kapal selam belas beli fregat bekas beli tank bekas dll.
Dan bisa dipastikan bahwa barang produk militer yg dibeli bekas itu teknologinya bukan yg terbaru yg terkini tapi teknologi lawa satu atau dua generasi dibelakangnya.

Anonymous said...

Pengetatan anggaran, gimana gak boncos APBNP kita tahun ini aja defisit 300 triliun lebih 😴😴😴, makay strategi Prabowo tidak menutup Defisit APBNP dengan hutang ,tapi dengan pengetatan anggaran Sampai rampung y hilirisasi 26 komoditas , karena dari hilirisasi itu income y sangat besar untuk APBNP jangka panjang

Anonymous said...

Di tambah lagi kedepannya pasti ada istilah korupsi berjama,ah ketika ketahuan langsung rame2 di balikin lagi kenegara 😁😁😁

Anonymous said...

Pengetatan anggaran harus di barengi dengan tindakan lebih keras terhadap para koruptor, jangan cuma omon2 doang, seandainya kebocoran uang negara bisa di kurangi minimal 50% saja maka program2 super prioritasnya pak prabowo tidak akan terganggu karena masalah dana...tunjukanlah bapak ini mantan seorang jendral kopassus yg terkenal gagah berani dan bapak pun sudah punya segalanya jadi apalagi yg mau dicari dan yg harus ditakuti kalau memang jadi presiden tujuannya ikhlas untuk rakyat.💪💪💪

Pusing pusing said...

Solusi kendala KFX-IFX
Sampai detik ini proyek kerjasama Korsel-RI soal jet tempur KF21 Boromae masih terus gonjang ganjing yg disebabkan RI tidak mampu membayar lunas kewajibannya padahal saat ini sudah ada 6 prototype KF21 yg sudah jadi siap uji terbang bahkan salah satu prototype KF21 itu sudah ada yg sampai 1000jam uji terbang di udara serta saat ini pula Korsel sudah mau star pembangunan KF21 pesanan AU Korsel sedang di RI masih ribet pusing mau meneruskan proyek itu atau mau berhenti .
Kalo mau berhenti dari proyek ini tentu RI akan rugi besar mengingat di masa depan harga jet tempur baru kosongan generasi 4,5 akan semakin mahal semakin kaga terjangkau.
Alangkah lebih baik kalo RI segera meneruskan proyek ini seperti cita cita semula dan segera melunasi sisa sisa tanggungan yg menjadi kewajiban RI.
Kenapa? Dgn dana yg sudah dikeluarkan oleh RI sesuai kewajiban awal proyek tentunya RI mendapat 1unit prototype jadi KF21 dan membangun sendiri sekitar 40unit KF21 di hanggar PT DI utk TNIAU berikut dapat ToT seperti yg dijanjikan saat awal proyek. Soal ada perangkat teknologi di KF21 yg tidak boleh disentuh oleh USA ya biarkan saja yg penting semua bisa berjalan lancar seperti yg diimpikan oleh PT DI. Nantinya 1 prototype KF21 yg diberikan ke PT DI bisa dijadikan eksperimen utk ditingkatkan menjadi jet tempur generasi5 entah itu tetap dgn bantuan Korsel atau dgn bantuan Turkey dgn kawin silang jet tempur baru KAAn Turkey generasi 5 ataukah PT DI dgn bantuan PT Info Global + PT LEN + PT LAPAN dapat menciptakan sendiri atau merubah 1unit prototype KF21 yg semula adalah generasi 4,5 dirubah menjadi generasi 5.
Jadi sy pribadi menyarankan proyek KF21 Boromae diteruskan saja dgn melunasi semua kewajiban RI seperti awal proyek mengingat masa depan jet tempur baru kosongan generasi 4,5 akan semakin mahal semakin kaga terjangkau.

Anonymous said...

Kalau kata pak andi wijayanto, IFX yg akan kita terima bukan generasi 4,5 tapi generasi 4 karena ada sejumlah teknologi penting yg tidak kasih AS.

Anonymous said...

Tidak segampang itu untuk meningkatkan pespur g, 4 ke g,5, walaupun kelihatannya cuma naik satu angka tapi kenyataan tidak banyak negara2 yg bisa membuat pespur g,5 bahkan sekelas rusia pun sekarang masih terus berusaha untuk menyempurnakan program pespur silumannya.

Pusing pusing said...

Pada proyek KF21 Boromae ada beberapa perangkat elektronik yg teknologi tinggi buatan USA yg tidak boleh disentuh oleh teknisi teknisi dari RI, antara lain radar AESA lalu management tempur lalu target pointing dll sehingga akhirnya terpaksa pihak Korsel selain membuat sendiri sbg perangkat tersebut atau mengganti dgn perangkat diluar Made in USA sehingga akhirnya KF21 tidak dapat menembakkan senjata buatan USA .
Jadi sebetulnya proyek KF21 ini adalah proyek kerjasama antara USA- Korsel - RI dan disinilah pihak RI waktu itu tidak teliti benar membaca isi kontrak yg sesungguhnya. Tapi semua kesulitan itu soal perangkat teknologi tinggi buatan USA sudah diatasi oleh pihak Korsel, bahkan sekarang pihak Korsel sudah mulai produksi perdana KF21 Boromae utk AU Korsel.
Makanya sy menyarankan pihak Menhan RI yg sekarang jangan lagi berpikir kelamaan atau menunda bunda proyek tersebut ya, langsung tancap gas seperti perjanjian awal proyek KF21 ini, langsung tancap gas segera menerima 1unit prototype KF21 lalu tancap gas ikut serta memproduksi suku cadang KF21 yg menjadi jatah produksi RI lalu tancap gas ikut serta mulai memproduksi sendiri KF21 utk TNIAU seperti perjanjian awal proyek KF21 ini

Pusing pusing said...

Proyek kapal selam baru RI
Proyek kapal selam ini adalah proyek yg butuh waktu lama sekali utk memutuskan sehingga banyak waktu yg terbuang percuma seperti halnya proyek jet tempur baru SU35 yg bertele tele sehingga makan waktu lama yg akhirnya berujung gagal total gara gara CAATSA. Coba kalo dipikir ulang andai waktu itu pihak RI tidak bertele tele memutuskan deal beli SU35 pastilah SU35 sudah hadir di udara RI sebelum aturan CAATSA muncul tiba tiba.
Disini sepertinya pihak RI suka bertele tele didalam menimbang nimbang utk memutuskan padahal barang yg mau dibeli itu cuma sedikit kecuali kalo beli ya banyak itu beda.
Dari contoh pengadaan SU35 ini juga menjalar ke pengadaan batch2 changbogo class Korsel sehingga proyek ini jadi berantakan. Sebetulnya kali dipikir pikir memang tidak ada yg salah soal pengadaan batch pertama changbogo class ini, karena harganya pali g murah utk 1unit kasel baru kosongan dapat ToT lagi bila beli 3unit sedang produsen kasel baru seperti Perancis Jerman Rusia aja tidak ada yg mau beri ToT dan rata rata harga baru kosongan produk kael mereka mahal mahal di atas harga changbogo class. Jadi sebetulnya wajar karena dgn harga yg paling murah dapat ToT lagi karena beli 3unit maka timbullah kekurangan di kasel changbogo class batch1
Mungkin Korsel berani kasih harga murah karena versi yg dikasih utk dibeli RI itu harus di down grade dulu bukan versi originalnya, mungkin kalo Korsel kasih versi original changbogo class batch 1 pastilah harga per unit kaselnya tidak murah dan pastinya tidak akan diberi ToT.
Kesimpulan mengingat karena ada keterbatasan anggaran militer utk TNI, maka supaya tidak pusing kepala sebaiknya aja meneruskan kembali proyek Changbogo class batch ke 2 dgn dana proyek kalo kaga salah USD 1milyar utk 3unit kasel changbogo class. Coba bayangkan proyek 2unit kasel baru scoorpen class Perancis berapa dana anggaran ya? Apakah sama dgn harga 3unit changbogo class batch Ke2?
Itulah solusi tepat bila yg dihadapi adalah keterbatasan anggaran utk TNI..

Pusing pusing said...

Saran utk pengadaan baru
Sy pribadi hanya mengingatkan saja pelan pelan tapi pasti harga suatu produk militer akan naik terus alias makin mahal dan makin tidak kejangkau utk dibeli bila kepentok dana anggaran yg serba terbatas.
Sekarang RI dapat pinjaman luar negeri sebesar USD 25,5 milyar utk pembelian alutsista militer .
Pastikan pembeliannya baru dan gerakkannya sat set alias tidak bertele tele tidak mengulur ulur waktu seperti tempo hari seperti kasur SU35 dan kasus changbogo batch ke2.. Demikian pula utk tank harimau serta panser badak canin 90mm, pengadaannya jangan ditunda tuda, kini saatnya peremajaan tank amx 13canon diganti dgn tank harimau serta panser Saladin diganti dgn panser badak. Cape cape pihak Turkey kerjasama dgn PT Pindad utk menciptakan tank harimau eh ngang taunya belinya sedikit sedikit. Sayang sekali bila ini terjadi, namanya kerjasama antar negara pastiah yg diharapkan adalah produksi banyak seperti tank harimau ini pastinya pihak Turkey berpikir 100unit lebih bakalan dibeli RI seperti yg didengungkan diawal kerjasama. Coba dipikir ulang lagi bila seandainya pihak Turkey tau kalo RI belinya sedikit sedikit tank harimau pastiah bisa ditebak produsen tank Turkey kaga mau kerjasama dgn Pindad karena rugi buang buang waktu. Harus diingat perjanjian awal ya itu bagaimana dan itulah yg namanya komitmen sebuah kerjasama produsen alat tempur antar negara.

Anonymous said...

Hmmmmm ingat bung kita ini negara konsumen bukan produsen....

Anonymous said...

Riset di Indonesia ( roket rhan drone elang hitam dll )....kenapa terhambat ? Ada beberapa faktor 1. Regulasi yang mengatur riset tersebut kebayang 48 lembaga riset disatukan menjadi brin dari urusan riset halal dan non halal Ampe bikin alatista 2. Tidak menjadi salah satu prioritas alasannya biaya mahal resiko gagal tinggi 3. Anggaran utk brin relatif kecil dan harus dibagi bagi ke sub/ bagian riset yg jumlahnya puluhan 4. tingkat kebocoran relatif msh tinggi 5. Kurangnya pemasok suku cadang dalam negri TKDN masih tinggi alias msh diatas 45 %

Anonymous said...

Ketergantungan bahan baku impor yang kenyataannya suku cadang yg strategis msh impor contohnya mesin2x seperti yg terjadi di kcr 68 m/ kcr 60 karna mesin water jetnya msh impor dari Australia tapi utk dilihat strategi pembelian alatista sekarang ini sudah on the track dimana menggabungkan beberapa strategi seperti offset, alih teknologi/ tot, riset sendiri, bahkan merangkai alatista sendiri , kerjasama antar negara sampai membeli lisensi produk dengan diasistensi oleh pabrik tersebut ....tapi itu semua memerlukan komitmen yang kuat dan konsistensi dari pemerintah dan pemangku kebijakan 🙏🙏

Anonymous said...

Nah tuh kan 😁

Anonymous said...

Sekarang Setelah kekuatan militer malaysia sudah berada di bawah kita, kita seperti kehilangan musuh tradisional atau musuh abadi sehingga pengadaan alutsista kita seperti kurang bergairah, tak ada lagi istilah perlombaan senjata dengan mereka, padahal itulah yg membuat kekuatan alutsista kita meningkat dengan cepat dan harus diakui pula dulu kalau kita sedang ribut dengan malaysia khususnya di kasus ambalat maka rasa nasionalisme kita semakin meningkat dari kalangan rakyat paling bawah sampai pejabat paling atas semuanya kompak, akibatnya pemerintah kita pun mau tidak mau harus borong2 alutsista demi mengimbangi kekuatan malaysia dan demi harga diri bangsa. Nah Sekarang walaupun kita sering ribut dengan cina di laut natuna tapi gaungnya tidak seperti ketika kita ribut dengan malaysia. Kalau ribut dengan cina cukup dengan pejabat tinggi kedua negara omon2 di tlpon maka tensinya pun akan turun lagi.

Anonymous said...

Coba kalau misalnya malaysia punya rudal hipersonik atau bahkan ICBM maka bisa di pastikan 100% pasti pemerintah kita pun akan mati2an untuk memilknya. Ibarat pakistan vs india. Korut vs korsel, iran vs israel, AS vs cina, AS vs rusia, rusia vs NATO , negara2 yg berkekuatan senjata nuklir karena masing2 lawan sudah mempunyai senjata nuklir.

Anonymous said...

Semoga jaya selalu. 🇮🇩💪.

Jagarin Pane said...

Gak juga, perkuatan militer dan alutsista kita terus berlanjut sesuai kebutuhan dan proporsional dengan luasnya teritori.