Wednesday, November 13, 2024

Habis Orruda Terbitlah Woomera

Diplomasi militer Indonesia beberapa pekan ini memperlihatkan kapabilitas non bloknya. Angkatan Laut Indonesia baru saja menggelar latihan gabungan dengan Angkatan Laut Rusia di Laut Jawa. Namanya Orruda Exercise. Masing-masing mengerahkan 3 kapal perang dengan pengawalan 1 kapal selam Kilo Class dari Armada Pasifik Rusia. Ini yang menarik, kapal selam "herder" ini tidak ikut latihan, hanya mengawal. Bagaimanapun kehadiran kapal selam Kilo Rusia di Orruda Exercise memberikan nilai kejut sekaligus nilai gahar.

Usai Orruda berlanjut dengan Latgab yang lain. Yaitu Latgab TNI bersama Australia bertajuk Keris Woomera. Kalau ini 3 matra TNI dan Australia melakukan berbagai serial latihan dengan ribuan pasukan dan alutsista. Mulai dari Darwin Australia kemudian berkonvoi menuju Banyuwangi untuk debarkasi alutsista milik Australia. Puncaknya tanggal 16 November 2024, dengan melakukan operasi tempur serbuan pantai untuk pendaratan pasukan marinir di Situbondo. Marinir Indonesia akan unjuk kemampuan dengan pengerahan tank-tank amfibi dan sejumlah alutsista lainnya. Termasuk dukungan pesawat intai, drone, radar dan jet tempur TNI AU.

Keris Woomera adalah implementasi dari Defence Cooperation Agreement (DCA) antara Indonesia dan jiran selatan yang berwajah Eropa. Inilah Latgab terbesar yang dilakukan Indonesia dan Australia sepanjang sejarah. Maklumlah jiran kita ini sedang berupaya "mengambil hati" tetangga besarnya yang kerap diusili soal OPM dan HAM. Sekarang sudah gak ngeributin OPM lagi karena fokus dengan AUKUS. Nah pakta AUKUS kan perlu berbaik hati kepada Jakarta untuk kulonuwun akses militer jika terjadi konfrontasi dengan China di Laut China Selatan.

Diplomasi militer Indonesia mah bebas-bebas aja. Kita bersahabat dengan semua pihak yang berseteru. Bulan depan TNI  kembali akan melakukan Latgab. Kali ini dengan militer PLA China. Bahkan kabar terbaru dari Beijing setelah kunjungan Presiden Prabowo, China menawarkan 2 kapal perang jumbo heavy fregate kepada Indonesia. Ini bukan hal yang baru. Beberapa tahun lalu Indonesia juga pernah membeli 8 unit drone bersenjata CH4 Wing Loong dari China. 

Intinya kita tidak ingin terjebak dalam pusaran konflik di era Unipolar saat ini dengan AS, NATO dan AUKUS sebagai penguasa hegemoni. Dalam visi over the horizon prediksi ke depan dunia sudah menuju Multipolar. China sedang menuju kejayaan sebagai kekuatan ekonomi number one in the world. Demikian juga dengan kekuatan militernya. Rusia-China-Korut-Iran sudah membentuk aliansi militer. Pasukan Korut sudah bertempur di Rusia melawan Ukraina. BRICS sudah semakin menguat dan berpengaruh, Indonesia mulai mendaftar ikut bergabung. Dari semuanya kita harus bersiap mengantisipasi prediksi untuk masa depan. Dengan tetap istiqomah di marwah non blok. Diplomasi militer kita sudah menyiratkan prediksi itu.

****

Jagarin Pane / 13 November 2024

46 comments:

Anonymous said...

salam kenal

Anonymous said...

Wah nampaknya Destroyer type 052 bakal dibeli nih. Tapi prediksi saya segala pembelian yg bernilai besar termasuk beli F15Id, Blackhawk, Frigate,Type052, Kapal Induk, dll akan diteken saat pameran Indo Defence bulan januari 2025

Anonymous said...

Bagaimana kabarnya blackhawk, apakah jadi dibeli 24 biji ?

Anonymous said...

kan sdh di beli 23 unit tinggal tunggu datangnya lagi

Anonymous said...

Mudah mudahan skema pembelian frigate type 052 mirip PPA dari Fincantieri Italia Plus tot jadi tidak terlalu lama dalam proses pembuatannya cukup 1 - 2 tahun kelar

Anonymous said...

Ralat destroyer type 052

Anonymous said...

@bung jagarin

Kenapa di setiap latgab seperti garuda shield,rimpac,carat, keris woomera,kakadu
TNI selalu menggunakan seragam (loreng malvinas) yg kontras dengan medan tempur apalagi dengan tambahan helm n rompi hitam,. Dengan kasat mata pun sangat terlihat kontras dengan medan tempur

Beda halnya dengan tentara AS dan Australia yg selalu menggunakan seragam camo/loreng sesuai dengan medan,


Jagarin Pane said...

Gak juga. Tentara Aussi daa AS gunakan seragam gurun (coklat) pada lokasi hutan tropis (hijau) seperti garuda shield, woomera. TNI punya seragam gurun utk tugas peace keeping PBB.

Rakyat jelata said...

Kilonya di tingling tidak m min di palu

Andrahacher said...

Nampaknya k depan Indo btul2 akan d perhitungkan apalagi bila 7 kesepakatan pembelian alutsista dr rusia segera terealisasi.. Kita betul2 akan kembali ke era 60 an dan menjadi salah satu kekuatan terbesar di bumi belahan selatan amin..

Anonymous said...

Aamin semoga tercapai🤲👍

Pusing pusing said...

Menurut saya sepanjang ada peraturan sepihak dari USA yg bernama CAATSA banyak negara yg berpikir ulang utk membeli alutsista militer dari Rusia maupun RRC. Bagi negara negara yg pendapatan negaranya tidak tergantung dari export maupun import dari USA mungkin berani melawan CAATSA tapi bagi RI akan berhitung ulang karena banyak pendapatan negara dari pemasukan barang ke USA baik itu barang mentah barang baju maupun barang jadi yg semua barang barang tersebut yg Made in RI mendapat kemudahan biaya biaya beserta kemudahan pajak pajak bea masuk dari pemerintah USA. Inilah kenapa RI tidak berani melawan CAATSA buatan USA takut semua kemudahan kemudahan dari pemerintah USA THD semua barang barang dari RI dihapus dan ini tentu menurunkan pendapatan negara.

Pusing pusing said...

Ralat: bukan barang baju tapi barang baku atau barang dasar.

Jagarin Pane said...

Betul. Fasiltas GSP impor dari RI bisa dicabut AS.

Anonymous said...

Tdk ada peraturan yg abadi termasuk caatsa.. Kita liat ke depannya bagaimana trump sekarang

Pusing pusing said...

Justru yg mengumandangkan peraturan CAATSA buatan USA ini adalah trump sendiri saat pertama kali menjadi presiden USA dan diteruskan oleh Joe Biden sebagai presiden USA berikutnya menggantikan ex presiden Trump.
Sekarang Trump menjadi presiden USA lagi utk mengganti ex presiden Jor Biden. Nah bisa anda tebak sendiri kira kira apa yg akan dilakukan presiden USA yg baru yaitu presiden Trump.

Pusing pusing said...

Sebetulnya peraturan CAATSA buatan USA ini adalah utk menghancurkan pangsa pasar produk alutsista militer Made in Rusia dan Made in RRC, tujuannya supaya tidak laku dan tidak ada satupun pembeli yg mau beli Made in Rusia atau Made in RRC. Ujung ujungnya adalah tidak ada uang yg masuk ke Rusia atau RRC dari penjualan produk alutsista nya. Antara Rusia dan RRC ini ternyata hanya RRC saja yg bisa mandiri 100% tanpa tergantung dari penjualan produk alutsista militer Made in RRC. Di luar produk alutsista militer ternyata RRC bisa mendapat pemasukan uang ke kas negara melalui produk produk sipil yg merajai hampir seluruh dunia mengalahkan produk negara negara barat . Dari sinilah akhirnya membawa RRC menjadi salah satu negara donor uang pinjaman dgn bunga rendah bagi negara negara di dunia ini yg membutuhkan uang buat membangun negaranya masing masing. Uang pinjaman dari RRC ini selain bunga rendah juga jangkauan waktu tenornya lama tinggal dipilih saja apa mau di samakan dgn tenor bank dunia atau mau pilih 50th atau mau pilih 100th atau mau pilih 150th dan yg dimaksud dgn tenor adalah waktu yg di utuhkan buat bayar utang. Ini yg tidak ada di Rusia sehingga untungnya kandungan alam Rusia sangat kaya seperti RI sehingga menjadi salah satu pemasok tunggal kebutuhan gas + minyak mentah yg dibutuhkan oleh negara negara di benua eropa.
Kelihatannya hanya Rusia yg terganggu akibat CAATSA sedang RRC tidak terganggu. Hanya RRC yg ekonominya bisa setara dgn negara negara Barat sedangkan Rusia ekonominya kalah sama RRC.

Pusing pusing said...

Entah alasan apa yg membuat USA ingin sekali membangkrutkan Rusia. Mungkin skenario USA adalah kalo Rusia bangkrut pastilah Rusia akan terpecah pecah lagi menjadi beberapa negara merdeka persis seperti runtuhnya adidaya UNI SOVIET dan kalo udah terpecah pecah begitu berarti blok timur bubar. Makanya ada skenario CAATSA dan perang Ukraina vs Rusia.
Kalo skenario ini berhasil maka Rusia tinggal sejarah dan kenangan masa lalu. Skenario berikutnya barulah menggoyang kedigdayaan ekonomi + alutsista militer Made in RRC. Kesimpulannya selama masih ada Rusia sulit bagi USA berikut sekutunya utk berhadapan dgn RRC yg menjadi sekutu Rusia ini.
Itulah kuncinya mengapa ada CAATSA dan perang Ukraina vs Rusia menurut saya ya.

Anonymous said...

Gw tau itu kerjaan trump tp segala sesuatu bs terjadi di dunia ini.. Apalagi Indonesia akan menjadi anggota Bric

Pusing pusing said...

Untuk memecah konsentrasi dukungan negara negara barat pimpinan USA bagi Ukraina dalam perang Ukraina vs Rusia adalah dengan dibuka Medan perang baru di tanah arab yaitu Israel vs Houthy dan Hamas, dimana Israel didukung negara negara barat sedang Houthy dan Hamas di dukung Iran Korea Utara RRC Rusia.
Masalah yg timbul bila di 2 tempat Medan perang yg berbeda ini kalo terus berlangsung tahunan apa jadinya perekonomian dunia ini karena otomatis misalnya banyak kapal dagang dan tanker kaga berani lewat laut merah dan harus memutar jauh lewat Afrika Selatan dan ini akan mempengaruhi ongkos delivery.
Perang Ukraina vs Rusia aja sudah lebih dari 3 tahun berlangsung dan belum menunjukkan tanda tanda perdamaian.
Di 2 perang ini bila dilihat lebih dalam sebetulnya ini menunjukkan kemampuan / kekuatan keuangan yahudi di perang Israel vs Hamas Houthy sedang di perang Ukraina vs Rusia menunjukkan kemampuan / kekuatan keuangan RRC.
Jadi sebetulnya ada 2 kekuatan uang yg bermain yaitu Kuang Yahudi dan uang RRC. Siapakah yg lebih unggul soal kekuatan uang ? Apakah uang Yahudi ataukah uang RRC ? Dari salah satu kekuatan uang inilah yg nantinya akan mendominasi simpan pinjam alias utang antar negara buat membiayai pembangunan proyek proyek di negara yg pinjam uang via negara donor.
Kira kira begitulah analisanya menurut saya

Anonymous said...

Kebanyakan analisa kau Ngab, seperti yg lain ndak tau saja kau ngomong apa dan kemana arahnya, maaf saja lebih baik ndak usah muncul lagi kau di forum ini.

Anonymous said...

Terlalu banyak analisa arahnya juga kasitu aja....indo masuk aliansi Bric memang langkah yg tepat..joss pak prabowo nih.👍🙏

Anonymous said...

Non blok = plin plan=tidak punya pendirian. Ada untungnya tapi juga ada ruginya. Untungnya kebijakan politik luar negri kita bebas gak ada yg bisa mengatur dan menekan, pun dalam hal kerjasama militer termasuk pembelian alutsista kita bisa bebas beli dari negara manapun tapi ruginya kita tidak bisa membeli alutsista kelas wahid dari AS bahkan untuk sekedar mendapatkan teknologi penting yg ada di IFX aja kita tidak di kasih. Jadi kekuatan militer Kita akan terus berada di bawah bayang2 singapura dan australia kecuali kalau kita mempunyai mental seperti iran korut dan turkiye.

Anonymous said...

Malah kemaren ada yg lucu malasia ingin jd anggota bric tp banyak anggotanya yg keberatan akhirnya kagak jadi.. Sebaliknya Indonesia sangat di harapkan.. Inilah beda pengaruh dan klas di dunia internasional.. Tp mereka tak pernah mengakuinya sehingga mereka dr masa ke masa berada di lingkaran yg sama dgn ketakinginan mereka menyadari hal trsbt🤭

Anonymous said...

Beli alutsista ke amerika kita cuma bisa di kasih beli kelas dua, beli ke rusia bakal kena sanksi dari AS padahal dua negara itulah tempatnya alutsista2 kelas wahid dunia

Pusing pusing said...

Menurut saya pendapat anda di atas memang benar, semua produk alutsista militer baik itu Made in USA atau Made in Rusia atau Made in RRC atau Made in negara maju yg lain memang ada 2 type produk yg ditawarkan tapi utk calon konsumen yg bukan sekutu selalu yg ditawarkan adalah type ke 2 yaitu type export dan tidak akan dikasih yg type 1.
Nah type export ini adalah type ke1 yg udah didowngrade, type downgrade ini macam macam jenisnya yaitu seperti KF21 Korsel-RI yg letaknya di teknologi kunci buatan USA yg tidak boleh di rakit oleh teknisi RI, downgrade berikutnya adalah di jet tempur baru Rafael Made in France, di mana diberitakan di berita gogle news bahwa pembeli jet tempur Rafael yg bukan sekutu tidak diijinkan beli rudal rudal yg menjadi kunci senjata jet tersebut yaitu rudal meteor misalnya dll. Nah bagaimana dgn 42 unit jet tempur Rafael baru utk TNIAU? Dikhawatirkan tidak boleh beli rudal meteor .
Lalu rudal Rusia yg dibeli RI utk TNI-AL yg lalu dipasang di fregat Van speikt TNI-AL juga jarak tempuhnya dibawah 150km padahal aslinya rudal tersebut jarak tempuhnya di atas 300km.
Jadi yg namanya bukan ciptaan asli sendiri ya memang harus menerima kenyataan kalo beli produk alutsista militer yg baru ya harus mau terima versi type export saja yaitu type downgrade saja

Pusing pusing said...

PT DI - Embraer Brasil
Beberapa waktu lalu saat BPK Prabowo berkunjung ke Brasil ada kerjasama di bidang pesawat komersial antara PT DI dgn perusahaan dirgantara Embraer Brasil. Mudah mudahan PT DI menawarkan kerjasama win win solution utk pembuatan bersama produk R80 dan N2130 buatan BPK ILham Habibie karena kedua produk tersebut benar benar produk baru Gress asli rancangan BPK Ilham Habibie.
Siapa tau R80 dan N2130 ini menarik perhatian pihak Embraer sehingga akhirnya tercipta proyek kerjasama seperti KFX / IFX antar Korsel -RI. Di sinilah jalan bagi R80 dan N2130 dapat dana utk mulai produksi pesawat prototype baik yg dibangun di hanggar PT DI maupun di hanggar Embraer Brasil dsbnya..

black eagle said...

Emng daftar blanjanya apa aja yg bakal diboyong?

Anonymous said...

f35 dan rudal tomahawk di pastikan kita tidak bisa membelinya

Pusing pusing said...

Gimana mau bersiap siap utk perang kalo peralatan militernya yg dibeli baru dari type versi export? Sudah menjadi rahasia umum yg namanya type versi export itu tidak sama dgn originalnya dan kebanyakan versi export juga dibatasi beli rudal rudalnya serta dibatasi sistem radarnya.
Beli rudalnya aja juga type versi export juga karena kalo beli original rudalnya kaga dikasih. Sistem radarnya pun bukan versi original tapi versi export juga.
Makanya dari itu kenapa RI kalo beli produk alutsista militer selalu pertama tama kosongan dulu baru kemudian dilengkapi persenjataannya bila ada anggaran.
Makanya jangan gembira dulu kalo dengar beli produk alutsista militer baru tapi versi export.
Fregat merah putin yg sedang dibangun PT PAL utk TNI-AL, kenapa harus diisi dgn perangkat Made in Turkey termasuk persenjataannya juga harus Made in Turkey? Fregat merah putih itu aslinya adalah rancangan heavy fregat A140 Arrow Inggris punya tapi dimodifikasi rancangan nya oleh PT PAL sesuai dgn permintaan TNI-AL sehingga nanti kalo udah jadi tidak akan sama persis dgn produk A140 Arrow asli dari Inggris. Produk Inggris punya teknologi canggih tapi mahal harganya dan belum tentu RI diijinkan utk membelinya. Teknologi dari Turkey memang canggih tapi masih dipertanyakan keandalannya saat perang karena belum teruji. Produk Turkey juga bukan 100% asli buatan Turkey sendiri tapi ada lisensi produk dari Israel dan RRC. Kenapa ada campur tangan Israel dan RRC di teknologi Turkey? Alasannya cuma satu yaitu harga lebih terjangkau alias murah sedangkan kwalitas dinomer duakan. . Itulah kenapa Turkey menggandeng Israel dan RRC di dalam pembuatan suatu produk alutsista militer Made in Turkey.
Masalahnya nanti adalah memang teknologi Turkey murah setara dgn Israel dan RRC tapi sudah belinya murah eh di downgrade pula ? Kan kasihan pembelinya nanti .

Anonymous said...

Liur ahh .....

Andrahacher said...

Mana bung jahatin ulasannya yg baru.. Akhir2 ini ckp bnyk berita yg menarik mengenai pertahanan mdh2 an ulasan bung nanti lebih seru lagi

Pusing pusing said...

Produksi jet tempur baru
Akhir akhir ini PT DI mendapat tawaran kerjasama produksi dari Turkey Rusia dan Perancis utk bisa produksi sendiri di hanggar PT DI. Turkey menawarkan jet tempur generasi 5 baru yg bernama KAAN lalu Rusia menawarkan jet tempur latih ringan dan Perancis menawarkan jet tempur Rafael bila RI beli 100unit. Semua tawaran dari ke 3 negara tersebut semuanya bisa diproduksi sendiri di hanggar PT DI. Untuk kerjasama KF21 Korsel-RI tampaknya makin banyak masalah apalagi muncul berita kalo bendera RI di prototype KF21 diganti dgn bendera Peru.
Sepertinya kerjasama KF21 bakalan kandas dan bubar yg semua kendalanya adalah ada7 perangkat elektronik asli USA yg tidak boleh disentuh oleh teknisi RI.
Nah pengganti proyek PT DI yg hampir kandas itu ada di ke 3 tawaran kerjasama tersebut , tinggal dipilih dianalisa mana yg paling tepat utk dikerjakan oleh PT DI.
Tawaran dari Turkey dan Rusia memang bagus karena barangnya Gress baru cuma utk pangsa pasarnya masih belum jelas. Sayang Rusia tidak menawarkan kerjasama produksi bareng utk SU 57 KPD RI.
Tinggal tawaran dari Perancis, menurut saya yg paling logis dan efisien adalah menerima kerjasama Perancis ini karena ada ToT besar alih teknologi jet tempur Rafael kepada PT DI. ToT besar ini apa juga merambah ke teknologi pembuatan rudal rudal yg bisa di bawa Rafael atau tidak itu belum jelas benar, juga masalah radar Aesa di jet tempur Rafael diberikan ToTnya juga kepada RI juga belum jelas.
Tapi di luar rudal dan radar AESA sepertinya pihak Perancis kasih besar besaran ToTnya kepada RI dari mulai merakit sendiri sampai produksi spare part bodi jet tempur Rafael + test test terbang tempur + bisa sendiri melakukan perawatan dan pemeliharaan sampai tingkat overhoul.
Jadi menurut saya sebaiknya PT DI mengambil saja kerjasama dgn Perancis soal pembuatan jet tempur mengingat jet tempur ini tidak murah. Mumpung Perancis kasih tawaran asal RI beli 100unit langsung sikat aja karena setelah 42 unit di produksi Perancis sisanya mulai unit ke 43 sampai unit ke 100 bisa dibikin sendiri di hanggar PD DI.
Intinya mumpung harganya mahal tapi ada nilai plusnya yaitu transfer ToTnya yg besar utk PT DI sehingga nantinya semua jet tempur Rafael TNIAU soal perawatan dan pemeliharaan sampai tingkat berat bahkan kalo mau di overhoul bisa dikerjakan sendiri oleh PT DI . Tinggal yg perlu diperhatikan juga sebelum putuskan menerima kerjasama Perancis harap minta transfer teknologi rudal rudal yg bisa dibawa oleh Rafael sehingga RI bisa menguasai teknologi rudal rudal yg bisa di bawa jet tempur secara mandiri.Jangan lupa minta transfer teknologi ToTnya utk radar AESA jet tempur Rafael. Inilah artinya sekali buang uang negara besar besaran tapi besar pula manfaat buat RI utk mandiri dibidang jet tempur + rudal rudalnya + radar AESA.

Anonymous said...

Apabila jadi kita membeli alatista dari Tiongkok seperti destroyer type 052 dsb bisa dibayangkan rumitnya mengintegrasikan system software dgn produk NATO seperti network centric warfare ( ncw ) dsbnya

Pusing pusing said...

Suriah membara
Tanpa angin tanpa hujan tiba tiba pemberontak Suriah menyerang tentara nasional Suriah sehingga terjadilah perang terbuka di Suriah.
Pemberontak Suriah tahukan siapa yg mendukung lalu pihak pemerintah resmi Suriah tahukan siapa yg mendukung. Intinya Suriah membara itu juga karena perang antara sekutu NATO Vs Rusia RRC Iran dan Korea Utara. Memang dari dulu negara Suriah harus dilenyapkan karena apa ? Karena Suriah anti berdirinya negara Israel dan menjadi salah satu negara di tanah Arab yg berani memasang badan utk menghancurkan negara Israel.
Perang Ukraina Vs Rusia belum selesai udah muncul lagi perang Israel Vs Houthi Hisbullah Hamas dan perang ini juga belum selesai udah muncul lagi perang di Suriah.
Terlihat bahwa di ke 3 perang ini sebetulnya adalah perang adu kekuatan antara sekutu NATO dgn sekutu Rusia RRC Iran Korea Utara.
Jadi sepertinya USA amat bernafsu sekali menghancurkan negara Rusia.
Targetnya adalah bila di ke 3 perang ini Rusia kalah, maka sekutu Rusia yaitu RRC Iran dan Korea Utara bisa dikalahkan dgn mudah oleh negara negara NATO karena sumber teknologi alutsista militer RRC Iran dan Korea Utara memang berakar dari Rusia.
Selama masih ada Rusia, maka RRC Iran dan Korea Utara berani bertingkah melawan sekutu USA .

Pusing pusing said...

Harimau dan badak
Harimau adalah tank Canon 105mm yg diharapkan menggantikan posisi AMX 13 Canon 76mm dan Canon 105mm. Sedang badak adalah panser Canon 90mm yg diharapkan mengganti posisi panser saladin Canon 76mm. Tapi sekarang ini sepertinya ada kesulitan utk mewujudkannya yg alasannya sangat klasik sekali yaitu tidak ada anggaran utk membelinya. Sangat lucu sekali karena utk membeli yg butuh anggaran besar selalu ada walau pakai skema pinjaman luar negeri sedang yg butuh anggaran tidak besar kok terasa sulit sekali mewujudkannya. Kenapa bisa begitu? RI sangat butuh sekali peremajaan posisi tank AMX13 Canon dan peremajaan posisi panser saladin yg usianya sudah tua. Barang baru pengganti ya sudah di depan mata tapi tetap sulit mengakuisisinya hanya karena tidak ada anggaran nya. Ini sangat aneh sekali..
Demikian pula panser Cobra juga sama, agak sulit menambah jumlah pembeliannya..

Pusing pusing said...

Tank AMX13 Canon 105mm
Bila nanti semua armada tank AMX Canon sudah diganti oleh tank Harimau Canon 105mm, maka yg dipensiunkan adalah tank AMX13 Canon 76mm sedang tank AMX13 Canon 105mm tetap dioperasikan tetapi turun derajat yaitu bukan sebagai tank tempur tapi sebagai meriam Medan 105mm self
propeled. Jadi nantinya fungsi Tank AMX13 Canon 105mm itu hanya sebagai meriam Medan seperti halnya meriam Medan tarik. Ini akan menambah deretan meriam Medan di TNIAD..

Pusing pusing said...

PERANG DUNIA 3
Saat ini negara negara di dunia ini sedang hati hati dan waspada takut PD ke3 pecah. Sebab utamanya adalah perebutan pengaruh dan wibawa antara sekutu USA vs sekutu Rusia. Sebut saja perang Ukraina vs Rusia lalu perang di Gaza antar Israel vs Houthi Hisbullah dan Hamas lalu perang Suriah yg baru baru ini pecah.
Kalo dilihat secara mendalam di ke3 perang tersebut ternyata yg terjadi adalah perang keroyokan bukan perang satu lawan satu.
Perang keroyokan ini mengingatkan kita pada masa lalu terutama di saat terjadi PD ke1 dan saat terjadi PD ke2. Belajar dari situ yg namanya perang keroyokan sudah dipastikan akan terjadi ketidakseimbangan perang yg nantinya mengakibatkan musuh yg dikeroyok akan terpojok diputus rantai logistiknya, rantai logistik yg terputus itu akan menggiring kekalahan di dalam perang apalagi musuh keroyokan itu sudah masuk ke negara nya alias halaman rumah sudah dimasuki musuh, ini terjadi pada Jerman dan Jepang saat PD ke2, akibatnya Jerman dan Jepang harus menyerah kalah di tangan musuh yg mengeroyoknya yaitu sekutu USA.
Dari pelajaran ini, Nisa di dapat bahwa kalo terjadi perang keroyokan sudah bisa dipastikan dampak buruknya.
Antisipasi bagi RI bila terjadi PD ke3 itu bagaimana? Karena RI tidak ikut ikutan sekutu USA maupun sekutu Rusia, RI adalah negara non blok.
Posisi negara RI yg non blok itu bagaimana bila ada perang yaitu PD ke3 yg bisa dipastikan PD ke3 ini juga adalah perang antara sekutu USA vs sekutu Rusia.
Dimanakah posisi RI bila perang itu terjadi? Apakah RI hanya menonton aja atau bagaimana karena ikut ikutan sekutu jelas tidak mungkin.
Nah inilah bagian tersulit bagi RI sebagai negara non blok, beda bila RI ini adalah negara netral pastinya sekutu USA vs sekutu Rusia bakalan tidak akan mengganggu teritorial wilayah RI.
Pertanyaannya adalah apakah RI harus berubah haluan dari negara non blok berubah menjadi negara netral seperti negara Swiss?
Dan itupun menjadi pertanyaan tersulit utk dijawab.

Pusing pusing said...

TU 16 TNIAU
Di jaman orde lama TNII AU punya puluhan unit TU16 berbagai type ada type MPA ada type AKS ada type bomber.
Seiring berjalannya waktu sekarang masih ada berapa unit TU16 TNIAU yg tersisa walau diparkir tanpa dirawat? Masalahnya TU16 baik itu milik Rusia maupun milik RRC masih terbang.
Nah di sini sy melihat ahwa TU16 TNIAU bisa diperbaiki di Rusia atau RRC sampai lauk terbang lagi dan jumlahnya kalo bisa minimal 3unit saja sehingga nantinya diharapkan setelah sukses diperpaoki dan dihidupkan lagi sampai ok operasional, maka saat dikirim kembali ke3 unit TU16 TNIAU itu, maka RI dipastikan akan punya kembali pesawat bomber 3unit TU16 TNIAU.
Itu lumayan buat mendongkrak kembali kemampuan TNIAU soal kepemilikan pesawat bomber dan kebetulan juga TU16 walau sudah tua tapi masih gahar dan ditakuti oleh musuh karena kemampuan terbangnya dan fungsinya sebagai pesawat bomber.
Mudah mudahan pihak kemhan RI dan TNIAU mau menghidupkan kembali 3unit TU16 TNIAU yg tersisa di parkiran yg terbengkalai tidak dirawat.

Anonymous said...

setuju .. TNI AU sebaiknya berhenti menjual atau membuang alutsista pesawat yang sudah tidak terpakai tapi tetap merawatnya dengan baik walau sudah tua.

pelajaran dari perang Rusia vs Ukraina adalah baik Rusia maupun NATO kembali mengeluarkan alutsista2 tua mereka untuk berperang. Itu artinya selama ini mereka tetap merawat alutsista tersebut walaupun disimpan.

Pusing pusing said...

OPV 90m next generation
Kemunculan produk OPV 90m buatan swasta merupakan tonggak sejarah yg baru bagi galangan kapal swasta yg telah mampu merancang sendiri dan memproduksi sendiri kapal perang jenis OPV .
OPV 90m ini rancangannya sangat mirip dgn light frigat sigma class buatan PT PAL.
Di sini sy menyarankan agar segera merancang dan membangun sendiri OPV berikutnya yg di adakan OPV next generation. Kalo bisa OPV next generation ini panjangnya dilebihkan menjadi 110m. Nantinya OPV 110m ini dinamakan light frigat. Tujuannya adalah OPV 110m ini diproyeksikan utk mengganti fregat Van speikt class TNI-AL. Kalo ini sudah terwujud berarti galangan kapal swasta sudah mampu membangun kapal perang setingkat light fregat. Artinya nanti kapal perang sampai tingkat light fregat diserahkan kepada galangan kapal swasta utk keperluan TNI-AL sedang heavy fregat diserahkan pembangunannya kepada PT PAL.
Dengan cara beginilah maka peremajaan kapal perang TNI-AL yg sudah tua bisa diganti semuanya.

Anonymous said...

Adakah kabar terbaru Kapal perang PPA dari Fincantieri Italia??

Anonymous said...

Saya lebih suka jika ukuran 90m dipertahankan tidak usah dibuat menjadi 110m selain lebih murah ukuran 110 dinilai tanggung untuk sebuah fregat lebih baik fregat langsung diatas 130 meter seperti arrow head sebagai pengganti fregat van speikt dengan spek diatas 130m luasan patroli jauh lebih besar dan senjata yg dibawa lebih banyak

Anonymous said...

kenapa harus TU 16 kenapa tidak CN235 sebagai MPA dan AKS
untuk menghidupkan kembali TU16 bukan biaya yg murah lebih baik memakai platform yg masih tersedia

Anonymous said...

Yang harus diwaspadai adalah tetangga selatan kita mereka mempunyai kemampuan untuk melakukan serangan jarak jauh presisi tanpa keluar dari wilayahnya

Anonymous said...

https://youtu.be/UkhusRFZPeA?si=i67rHdJYpJszTx3P